TintaSiyasi.id -- Direktur Institut Muslimah Negarawan Dr. Fika Komara menuturkan, ulama punya peran terbaik, yakni mengkritisi kebijakan penguasa.
"Peran ulama yang terbaik adalah mengkritisi penguasa. Bukan malah jadi stempel atau legitimasi kebijakan penguasa, apalagi menjadi legitimator untuk kebijakan oligarki," jelasnya di kanal YouTube Muslimah Media Hub: Seruan Jihad untuk Palestina, Sabtu (12/4/2025).
Ia menyayangkan saat ini sebagian ulama di negeri-negeri Muslim, khususnya di Indonesia, justru menjadi stempel untuk mendukung kebijakan penguasa. Keadaan yang paling buruk bagi ulama adalah ketika dia memasuki pintu-pintu penguasa, menjadi stempel buat kebijakan-kebijakan yang sebenarnya justru bertentangan dengan syariat Islam, memperjualbelikan ayat Allah.
Dalam catatan sejarah, ia melihat sudah lama terjadi sekularisasi di dunia Islam, termasuk depolitisasi peran ulama. Menurutnya, proyek sekularisasi ini berhasil membuat umat memisahkan aturan agama dari kehidupan, yang akhirnya agama hanya berperan dalam ranah private, bukan untuk di ranah publik, apalagi dalam kehidupan bernegara.
Ia menjelaskan, di awal abad 20, setelah keruntuhan Khilafah Islam tahun 1924, sejak saat itu terjadi proses dekolonialisasi. Sekitar tahun 1948, imbuhnya, negeri-negeri muslim diberi kemerdekaan atas nama pembebasan dari koloni Inggris, namun ternyata aturan negara yang diterapkan adalah aturan bernegara ala Barat, yaitu sistem negara-bangsa yang sebenarnya berasal dari teologi Kristen.
"Jadi, teori atau konsep yang sebenarnya lahir dari negara-negara Kristen yang bersepakat untuk men-sekulerkan diri. Lahirlah konsep Westphalia State atau negara bangsa yang kita kenal selama ini memang mempromosikan nasionalisme. Pada tahun itu gelombang. 40 sampai 50-an itu hampir simultan dimerdekakan," bebernya.
Misalnya, sambung dia, negeri-negeri Muslim seperti Indonesia, Malaysia, wilayah Timur Tengah dan yang lainnya itu meraih kemerdekaan dalam rentang waktu yang relatif dekat serta memiliki bendera yang mirip dari segi desain maupun warnanya.
"Jadi ternyata sudah ada grand desain dimana umat Islam itu didikte tanpa disadari, atas nama kemerdekaan dari penjajahan, tapi sebenarnya masuk ke perangkap penjajahan baru; neokolonialisme. Seolah-olah merdeka, tapi sebenarnya tidak pernah betul-betul berdaulat," tandasnya.[] Tenira