Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menggenggam Kebahagiaan Melalui Riyadhus Shalihin

Rabu, 07 Mei 2025 | 22:25 WIB Last Updated 2025-05-07T15:26:11Z
TintaSiyasi.id -- “Pelajarilah Kitab Riyadhush Shalihin, dan pegang teguh serta amalkan apa yang tertulis di dalamnya, maka kebahagiaan akan engkau genggam.”

Mukadimah: Menemukan Jalan Menuju Bahagia

Kebahagiaan adalah dambaan setiap insan. Namun, betapa banyak manusia yang keliru dalam mencarinya. Ada yang mengejarnya dalam gemerlap dunia, ada yang mencarinya dalam gelimang harta, jabatan, bahkan pengakuan sosial. Padahal, semua itu seringkali menipu. Ia tampak indah di permukaan, tapi menyisakan kehampaan di hati.

Dalam pusaran pencarian itu, Islam menghadirkan jalan yang terang: kebahagiaan hakiki hanya dapat diraih dengan iman yang kuat, akhlak yang luhur, dan kehidupan yang sesuai tuntunan wahyu. Di antara wasilah agung menuju cita-cita itu adalah dengan mempelajari dan mengamalkan isi dari kitab Riyadhush Shalihin karya Imam Nawawi.

Kitab yang Hidup: Riyadhush Shalihin dan Pesan Abadinya
Riyadhush Shalihin — Taman Orang-Orang Saleh — bukan sekadar buku, melainkan warisan ilmiah dan spiritual yang telah menghidupkan hati umat Islam sejak abad ke-7 Hijriah. Kitab ini adalah kompilasi hadits-hadits Nabi ﷺ yang disusun dengan sistematika tematik, mulai dari niat, sabar, jujur, tawakal, hingga adab-adab sosial dan spiritual.

Apa yang membuat Riyadhush Shalihin begitu istimewa?

1. Susunan yang sistematis dan aplikatif.
Imam Nawawi tidak hanya mengumpulkan hadits, tetapi menatanya sesuai kebutuhan ruhani manusia: dari pembinaan batin hingga pergaulan sosial.
2. Sumber rujukan akhlak.
Di tengah krisis keteladanan, kitab ini menjadi mercusuar untuk menumbuhkan kembali akhlak Rasulullah ﷺ dalam kehidupan umat.
3. Kesesuaian sepanjang zaman.
Ajaran dalam kitab ini tidak lapuk dimakan usia. Ia tetap relevan bagi manusia zaman apa pun — dari dusun terpencil hingga kota modern.

Hidup Bersama Riyadhush Shalihin: Jalan Menuju Kejernihan Jiwa

1. Membangun Keikhlasan Melalui Ilmu dan Iman
Bab pertama kitab ini diawali dengan hadits yang menjadi fondasi utama Islam:
"Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kitab ini tidak langsung masuk pada amal, tetapi menanamkan kesadaran ruhani terlebih dahulu. Tanpa niat yang tulus, amal akan kosong makna. Tanpa kesadaran akan Allah, hidup akan berjalan tanpa arah.

Riyadhush Shalihin menanamkan pemahaman bahwa keikhlasan bukan sekadar niat dalam hati, tapi latihan berulang dalam amal. Seorang yang mempelajari dan mengamalkan kitab ini akan dibimbing menjadi pribadi yang jujur terhadap Allah, terhadap dirinya sendiri, dan terhadap sesama manusia.

2. Menemukan Kekuatan dalam Sabar dan Syukur

Dalam kehidupan ini, tak ada manusia yang luput dari ujian. Riyadhush Shalihin mengajarkan bahwa sabar bukanlah kelemahan, tapi sumber kekuatan batin. Bahkan, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Semua urusannya baik. Jika ia mendapat nikmat, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ditimpa musibah, ia bersabar, dan itu baik baginya.”
(HR. Muslim)
Dengan membenamkan diri dalam nilai-nilai Riyadhush Shalihin, seorang Muslim akan belajar mengubah luka menjadi ladang pahala, dan ujian menjadi jalan kemuliaan.

3. Menghidupkan Akhlak Nabi dalam Diri

Akhlak adalah ruh dari agama. Tanpa akhlak, ilmu menjadi kering dan ibadah kehilangan makna. Imam Nawawi menyusun bab-bab dalam kitab ini tentang tawadhu, pemaaf, kasih sayang, menahan marah, dan mencintai sesama karena Allah.
Membaca Riyadhush Shalihin berarti menghidupkan kembali akhlak Rasulullah ﷺ dalam realitas kita hari ini. Bukan sekadar mengenang, tapi meneladani dan menghadirkan dalam laku hidup sehari-hari.

4. Menemukan Kebahagiaan dalam Kedekatan kepada Allah

Kitab ini juga membimbing kita untuk mengisi hari-hari dengan ibadah dan dzikir. Hadits-hadits tentang keutamaan shalat malam, istighfar, zikir pagi dan petang, dan doa-doa penuh makna disusun untuk membangun kehidupan yang penuh hubungan dengan Allah.
Inilah rahasia kebahagiaan sejati: hati yang selalu terhubung dengan Sang Pencipta. Riyadhush Shalihin membuka jalan ke sana, tidak dengan teori kosong, tetapi dengan sunnah Nabi yang hidup dan penuh berkah.

Refleksi: Sudah Sejauh Mana Kita Mengenal Warisan Ini?

Sayangnya, di tengah serbuan konten digital dan informasi instan, banyak dari kita yang lebih akrab dengan narasi media sosial daripada mutiara hikmah dalam Riyadhush Shalihin. Kitab yang dahulu menjadi bacaan utama di pesantren, majelis taklim, dan rumah-rumah umat Islam, kini mulai ditinggalkan.

Padahal, kitab ini bukan hanya untuk santri atau ustadz. Kitab ini untuk semua Muslim yang ingin hidupnya bermakna dan akhiratnya bercahaya.

Sudah saatnya kita bertanya:

• Seberapa sering kita membaca hadits-hadits Nabi secara tematik?
• Seberapa jauh kita berusaha mengamalkan satu per satu nasihat beliau?
• Apakah kita telah membekali anak-anak kita dengan taman-taman kebaikan seperti ini?

Menjadikan Riyadhush Shalihin Sebagai Teman Seumur Hidup

Mari mulai hari ini. Jadikan Riyadhush Shalihin sebagai teman setia di meja kerja, di kamar, atau di ruang keluarga. Bacalah satu hadits setiap pagi, renungi maknanya, amalkan dalam keseharian. Sedikit demi sedikit, tapi terus-menerus, karena Allah mencintai amalan yang konsisten meskipun kecil.

Ajarkan juga kepada keluarga kita. Bacakan kepada anak-anak, diskusikan maknanya, dan jadikan itu bagian dari kehidupan rumah tangga Islami.

Sungguh, hidup yang digenggam dengan ilmu, dihias dengan amal, dan dibimbing oleh akhlak Nabi adalah hidup yang penuh keberkahan dan kebahagiaan sejati.

Penutup: Jalan Menuju Kebahagiaan Itu Nyata

“Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami beri dia kehidupan yang baik (thayyibah).”
(QS. An-Nahl: 97)

Riyadhush Shalihin adalah salah satu wasilah menuju hayatan thayyibah — hidup yang baik, tenteram, dan penuh makna. Maka pelajarilah, amalkanlah, dan ajarkanlah. Di dalamnya, engkau akan temukan cahaya kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dengan dunia dan seisinya.

Karena bahagia sejati bukan tentang memiliki segalanya, tapi tentang mengenal Allah, mencintai Rasul-Nya, dan hidup dalam taman-taman kebaikan yang ditunjukkan oleh sunah.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update