Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Memutar Cakra Manggilingan

Selasa, 20 Mei 2025 | 20:55 WIB Last Updated 2025-05-20T13:56:51Z
TintaSiyasi.id -- Kita hidup di jaman ketika orang baik dipersekusi, orang jahat malah diberi tempat. Jaman ini adalah kelanjutan dari jaman kebingungan, dimana orang-orang telah menjadi egois dan individualis. Mereka akan berlomba-lomba untuk mempertahankan kedudukan dan kekayaannya sehingga sangat anti terhadap kritik dan nasehat. Mereka menyikapi nasehat dengan reaksi emosional bahkan mampu menindaklanjuti dengan tindakan brutal. Begitulah kondisi pada jaman Kalatidha.
Ketika jaman Kalatidha berlanjut menjadi Kalabendu, orang-orang tidak lagi dalam kondisi kebingungan, tapi justru sudah nyaman dengan kejahatan. Inilah yang disebut wolak-waliking jaman. Ketika orang-orang sudah terbiasa bersikap defensif apologetik, playing victim,_ bahkan tega melakukan pembunuhan karakter dengan argumentum ad hominem, maka sadarilah bahwa Cakra Manggilingan sudah bergeser ke Jaman Kalabendu dimana kebatilan sudah dianggap normal. 
Namun demikian Jaman Kalabendu akan bergeser lagi menjadi jaman Kalasuba. Dimana manusia akan menemukan kehidupan sosial dalam puncak keluhurannya. Stabilitas tanpa kebingungan, penerapan hukum sesuai aturan Tuhan, orientasi hidup masyarakat bukan sekedar kepuasan material, serta spiritualitas yang kental dalam menjalani kehidupan. Itulah jaman dimana Ratu Adil akan memimpin manusia dengan aturan Tuhan. 
Oleh karena itu, dengan menyadari, nggelemi kahanan bahwa saat ini kita sedang berada di jaman Kalabendu, maka Cipta dan Rasa kita akan mendorong diri melakukan perubahan. Pemahaman kita terhadap agama, Sambegana, serta ketajaman kita Nawang Krida terhadap peristiwa politik yang terjadi saat ini, menjadi pra syarat untuk menjadi Waskitha. Hal itu dikarenakan ngelmu yang sudah didapatkan akhirnya di implementasikan dalam laku. Baik laku dalam menjalani prosesnya, maupun pengejawantahan nya dalam kehidupan. Karena Ngelmu kuwi kelakone kanthi laku.

Dalam menjalani kehidupan di jaman edan ini, pemahaman kita terhadap Tri Wikrama kehidupan, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan sangat diperlukan. Kesimpulan rasional terhadap Sangkan Paraning Dumadi, dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup, dan akan kemana setelah kematian, menjadi kapal Nabi Nuh agar kita tidak hanyut dan menjadi edan. Karena konsep : ora edan ora keduman sudah menjadi slogan umum di masyarakat, maka banyak orang yang lupa terhadap jati dirinya sebagai hamba Tuhan. 
Karena kesadaran menjadi pre-cursor kebangkitan, maka urgensitas untuk memiliki ke- Waskitha-an bagi seorang manusia menemukan momentumnya. Agar selamat menjalani kehidupan dalam Mulkan Jabriyatan ini, yang harus kita miliki adalah sikap eling lan wapadha. Eling terhadap apa yang menjadi tujuan hidup kita, serta Waspadha dalam menjalaninya sesuai Sunatul Wujud dan Syari'at yang menjadi pedoman hidup kita. 

Dengan memiliki kualitas ini, maka kita bisa membaca apa yang tidak bisa dibaca dari ayat-ayat yang bertebaran di alam semesta. Kita akan dibimbing untuk memiliki Irtifa'ul Fikr yang membuat kita bisa melihat dari tempat tinggi, dimana orang-orang yang masih lupa tidak bisa melihatnya. Itulah yang kemudian akan membuat seseorang menjadi ikhlas, dan tidak bisa dipaksa untuk tidak ikhlas dalam perjuangan memutar Cakra Manggilingan, mengorkestrasi  perubahan.

Wallahu a'lam bish showwab. [dsh]


Oleh: Triyuono D. 
Aktivis Muslim

Opini

×
Berita Terbaru Update