TintaSiyasi.id -- Dalam dunia yang penuh hiruk-pikuk, tantangan, dan tekanan hidup, pikiran manusia menjadi medan pertempuran utama. Di situlah keimanan diuji, harapan diuji, dan identitas kita sebagai hamba Allah diuji. Dalam kondisi seperti itu, berpikir positif bukan sekadar pilihan, ia adalah kebutuhan spiritual dan mental yang mendalam. Salah satu tokoh Muslim terkemuka dalam bidang motivasi dan pengembangan diri, Dr. Ibrahim Elfiky, telah mewariskan warisan pemikiran yang luar biasa. Sepuluh Wasiat Berpikir Positif. Wasiat ini bukan sekadar tips motivasi, tetapi jalan hidup yang selaras dengan ajaran Islam.
Mari kita telaah satu per satu, dengan hati yang lapang dan jiwa yang siap ditumbuhkan.
1. Percayalah Bahwa Dirimu Berharga
Allah tidak menciptakanmu sia-sia. Dalam dirimu ada potensi, ada tugas, ada nilai. Berhentilah mengukur dirimu dengan standar dunia. Ukurlah dirimu dengan pandangan Allah: Engkau adalah makhluk-Nya, yang diberi akal, ruh, dan amanah.
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.". (QS. At-Tin:4).
Siapa pun kamu hari ini, masa depanmu tidak ditentukan oleh masa lalumu, tetapi oleh tekadmu untuk bangkit dan berjalan di jalan Allah.
2. Fokus pada Solusi, Bukan Masalah
Setiap kesulitan hadir dengan jalan keluar. Berhenti memperbesar masalah. Mulailah memperbesar niat dan ikhtiar. Islam mengajarkan kita untuk berdoa, berusaha, dan bertawakal.
"Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 6).
Orang yang berpikir positif akan memandang masalah sebagai ladang pahala dan peluang peningkatan diri. Ia tidak akan menyalahkan keadaan, tetapi memperbaiki diri untuk menghadapi keadaan.
3. Jangan Pernah Bandingkan Dirimu dengan Orang Lain
Penyakit hati bermula dari perbandingan yang tak sehat. Kita lupa bahwa setiap jiwa memiliki jalan hidup yang unik. Allah tak menilai siapa yang lebih terlihat sukses, tetapi siapa yang lebih ikhlas, sabar, dan bersungguh-sungguh.
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain."
(QS. An-Nisa: 32).
Jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri, bukan tiruan dari orang lain.
4. Hidup di Saat Ini, Bukan Masa Lalu atau Masa Depan
Masa lalu adalah pelajaran, bukan tempat tinggal. Masa depan adalah harapan, bukan ketakutan. Namun, hidup nyata adalah di saat ini, di detik ini.
Rasulullah Saw. hidup dengan kesadaran penuh. Beliau tidak dibebani masa lalu, tidak cemas terhadap masa depan. Beliau hadir untuk umatnya, untuk Rabb-nya, di setiap waktu.
“Jadilah hamba Allah yang hidup dalam waktu, bukan yang terperangkap oleh waktu.”
5. Ubah Kata-Kata Negatif Menjadi Afirmasi Positif
Kata-kata adalah doa. Pikiran positif berawal dari lisan yang baik. Setiap ucapan menciptakan getaran dalam jiwa. Ucapkanlah yang baik-baik, bahkan kepada dirimu sendiri.
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).
Mulailah hari dengan ucapan: "Saya diberkahi hari ini." Ulangi: "Saya kuat, saya bersyukur, saya dicintai Allah."
6. Kelilingi Dirimu dengan Orang-Orang Positif
Teman yang baik adalah cermin. Ia akan memperbaiki pikiran dan hati kita. Pilihlah lingkungan yang membuatmu semakin dekat dengan Allah, bukan yang membuatmu tenggelam dalam dunia.
"Teman yang baik seperti penjual minyak wangi: kamu akan mendapatkan harumannya, atau setidaknya tercium bau wanginya."
(HR. Bukhari).
Bertemanlah dengan orang yang sering menyebut Allah dalam lisannya dan mencerahkanmu dengan ilmunya.
7. Syukur adalah Kunci Kebahagiaan
Syukur mengubah sedikit menjadi cukup, mengubah kekurangan menjadi keberkahan, mengubah keluh menjadi tenang. Ia adalah fondasi utama pikiran positif.
"Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu."
(QS. Ibrahim: 7).
Mulailah dengan bersyukur atas hal-hal kecil: bisa bernapas, bisa berjalan, bisa tersenyum. Dari situlah kekuatan luar biasa akan lahir.
8. Jangan Takut Gagal, Gagal Adalah Guru Terbaik
Orang sukses bukan yang tak pernah jatuh, tetapi yang bangkit setiap kali ia terjatuh. Dalam Islam, kegagalan bukan aib, ia adalah ujian dan tempat belajar.
Nabi Musa pernah gagal. Nabi Yunus pernah kecewa. Namun, mereka bangkit, dan Allah muliakan mereka. Maka, kamu pun bisa.
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 5).
9. Miliki Tujuan Hidup yang Jelas
Tanpa visi, hidup seperti perahu tanpa arah, tetapi ketika tujuan hidupmu adalah Allah, semua kesulitan menjadi ringan.
"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162).
Setiap langkahmu akan lebih kuat jika ditujukan kepada-Nya.
10. Berdoa dan Berserah kepada Allah
Berpikir positif yang tertinggi adalah ketika kita berserah diri kepada Allah. Bukan pasrah dalam kelemahan, tetapi tawakal dalam kekuatan iman. Kita tahu, di balik semua kejadian ada hikmah dan cinta-Nya.
"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal." (QS. At-Taubah: 129).
Orang yang berserah akan selalu damai, karena hatinya yakin Allah tidak pernah salah dalam mengatur hidupnya.
Penutup: Positif dalam Pikiran, Positif dalam Iman
Berpikir positif bukan sekadar berpikir baik, tetapi juga bertindak baik, berkata baik, dan berharap baik hanya kepada Allah. Wasiat-wasiat dari Dr. Ibrahim Elfiky bukan hanya teori psikologi modern, tetapi sesungguhnya adalah bagian dari warisan hikmah Islam yang luhur.
Mari hidup dengan pikiran yang lebih bersih, hati yang lebih lapang, dan jiwa yang lebih kokoh. Dalam dunia yang serba gelap, jadilah cahaya. Dalam hidup yang penuh cobaan, jadilah harapan. Dan dalam diri yang terus diuji, jadilah pribadi yang terus berbenah dengan iman dan pikiran positif sebagai pelita.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
