Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Cahaya Agama dan Hijab Dunia: Menemukan Jalan Menuju Allah

Jumat, 02 Mei 2025 | 07:57 WIB Last Updated 2025-05-02T00:57:30Z

TintaSiyasi.id —“Segala sesuatu yang membuatmu sibuk bersama Allah atau membantumu mendekat kepada-Nya adalah bagian dari cahaya agama. Sebaliknya, semua yang melalaikanmu atau menghijabmu dari Allah merupakan bagian dari dunia.”

Di tengah derasnya arus dunia dan hiruk-pikuk kehidupan, manusia sering kali kehilangan arah ruhani. Banyak yang terjebak dalam kesibukan tanpa makna, hingga lupa bahwa hidup bukan sekadar bergerak, tetapi tentang ke mana dan untuk siapa kita bergerak. Di sinilah pentingnya menyadari nilai spiritual dari setiap aktivitas.

Dunia dan Agama: Bukan Masalah Bentuk, tapi Arah Hati

Dalam pandangan para ulama hakikat, dunia bukan ditentukan oleh bentuknya, tetapi oleh efeknya terhadap jiwa. Dunia yang melalaikan dari Allah, meski tampak "baik", tetaplah hijab. Sebaliknya, pekerjaan duniawi yang dilakukan dengan niat ikhlas dan kesadaran spiritual bisa menjadi amal akhirat.

Imam Al-Ghazali menyebut bahwa dunia bukanlah apa yang tampak, tetapi segala sesuatu yang membuatmu lupa kepada Allah. 

Inilah dunia yang tercela. Sedangkan agama—dalam makna ruhaniahnya—adalah segala yang menghadirkan cahaya iman, penghambaan, dan pengingatan kepada-Nya, meski tersembunyi di balik aktivitas sehari-hari.

QS. Al-An‘am (6): 125 — Kelapangan Dada sebagai Tanda Hidayah
Allah SWT berfirman:
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِۖ وَمَن يُرِدۡ أَن يُضِلَّهُۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِۚ كَذَٰلِكَ يَجۡعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ  

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-An‘am: 125)

Tafsir para ulama seperti Al-Qurthubi dan Al-Jalalayn menjelaskan bahwa kelapangan dada adalah tanda bahwa seseorang telah dibukakan oleh Allah untuk menerima iman dengan tenang, lapang, dan penuh keikhlasan. Sedangkan hati yang sempit dan sesak, seolah-olah mendaki ke langit, adalah hati yang tertutup dari cahaya kebenaran—meski mata terbuka dan akal berpikir.

Dalam kehidupan, ini bisa dirasakan secara nyata: ada saatnya hati terasa ringan dan damai kala mendengar zikir, membaca Al-Qur’an, atau melihat keindahan ciptaan Allah. Itulah saat ketika dada dilapangkan oleh cahaya-Nya. Sebaliknya, saat hati berat untuk beribadah, mudah gelisah, dan kosong dari makna, bisa jadi itu tanda telah datangnya hijab dunia.

QS. Asy-Syu‘ara (26): 88–89 — Hari Ketika Dunia Tak Lagi Berguna
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ۝ إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍۢ سَلِيمٍۢ
"Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."
(QS. Asy-Syu‘ara: 88–89)

Ayat ini mengandung pesan yang amat kuat: bahwa pada akhirnya, hanya hati yang bersih (qalbun salīm) yang akan diterima di hadapan Allah. Bukan jabatan, bukan kekayaan, bukan keturunan—semuanya sirna. Yang tersisa hanyalah kondisi batinmu: apakah engkau datang kepada-Nya dengan hati yang selamat dari penyakit syirik, riya’, hasad, ujub, dan cinta dunia?

Menurut tafsir Ibnu Katsir, qalbun salīm adalah hati yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan, dipenuhi keikhlasan, keyakinan kepada Allah, dan cinta yang benar kepada-Nya. Maka, kehidupan di dunia ini bukan soal mengumpulkan amal sebanyak mungkin secara lahir, tetapi tentang menjaga agar hati tetap bersih dan terhubung dengan Allah.

Cahaya atau Hijab: Evaluasi Harian

Dalam konteks ini, kita perlu bertanya:
Apakah aktivitas kita sehari-hari menjadi cahaya atau justru hijab?
Apakah kita membaca Al-Qur’an dengan hati yang hadir, atau hanya karena rutinitas?
Apakah pekerjaan kita mendekatkan kita kepada Allah, atau semakin menjauh karena kesibukan tanpa niat?

Jika pekerjaan, pergaulan, atau bahkan aktivitas keagamaan menjadi ajang pamer dan pencitraan, maka kita sedang menanam dunia dalam balutan agama. Inilah yang harus diwaspadai.

Menjaga Hati Tetap dalam Cahaya

Hati adalah poros utama. Jika hati terjaga dalam keikhlasan dan kesadaran akan kehadiran Allah (muraqabah), maka dunia akan tunduk di bawah kaki, bukan di atas kepala. Dunia akan menjadi ladang akhirat, bukan penghalang menuju-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad menjadi baik. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, itu adalah hati."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis Nabi: Tiga Kekayaan Hakiki

Rasulullah SAW bersabda:
"Kekayaan yang paling baik ialah lidah yang selalu berdzikir kepada Allah, hati yang senantiasa bersyukur, dan istri yang shalihah yang menolong suaminya untuk tetap beriman."
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi dari Sauban)

Hadis ini merumuskan tiga pilar kekayaan sejati dalam pandangan Islam:

1. Lisan yang selalu berdzikir, yang artinya: hati dan pikiran senantiasa terhubung dengan Allah di setiap keadaan.

2. Qalbun syākir (hati yang bersyukur), yang mampu melihat rahmat Allah di balik segala keadaan.

3. Pasangan shalih/shalihah, yang menjadi penopang ruhani dalam menjaga keimanan dan ketaatan.

Inilah kekayaan yang tidak ditentukan oleh saldo di rekening, tetapi oleh nilai spiritual dan dukungan batin yang membawa seseorang mendekat kepada Allah.

Penutup: Berjalan Menuju Allah dengan Qalbun Salīm

Kita hidup bukan untuk membangun istana dunia, tetapi untuk menyiapkan rumah ruhani di sisi Allah. Maka, mari kita tata kembali arah hidup ini. Dunia hanyalah kendaraan, bukan tujuan. Hati yang bersih, itulah yang akan menyelamatkan kita.

"Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, bukan di hati kami. Jadikanlah setiap langkah kami bagian dari cahaya-Mu, dan wafatkan kami dalam keadaan membawa qalbun salīm."

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update