TintaSiyasi.id-- Manusia tak hanya berbicara dengan kata, tetapi juga dengan sikap dan niat yang tersembunyi di balik ucapan. Karena itu, para salafush shalih memberi pesan agung:
"Berbicaralah kepada manusia dengan lisan ilmu, amal, dan ikhlas."
Ungkapan ini bukan sekadar pedoman komunikasi, tetapi merupakan intisari dari metode dakwah yang menyentuh hati. Mari kita renungi tiga unsur tersebut.
1. Lisan Ilmu: Ucapan yang Berdiri di Atas Kebenaran
Ilmu adalah cahaya. Ketika seseorang berbicara tanpa ilmu, maka gelaplah kata-katanya, walau terdengar indah. Lisan ilmu berarti menyampaikan sesuatu yang kita pahami dengan dalil dan hikmah, bukan sekadar opini atau emosi.
Seorang dai atau penyeru kebaikan hendaknya tidak hanya bermodal retorika, tetapi memiliki fondasi keilmuan yang kokoh. Sebab kata-kata tanpa ilmu adalah api yang bisa membakar, bukan pelita yang menerangi.
2. Lisan Amal: Keteladanan yang Lebih Nyaring dari Ucapan
Amal adalah bukti dari apa yang diyakini dan dikatakan. Jika ilmu adalah cahaya, maka amal adalah cermin. Banyak orang tersentuh bukan karena apa yang didengar, tapi karena apa yang dilihat dari akhlak dan adab seseorang.
"Lisan amal" adalah ketika seseorang mencontohkan terlebih dahulu sebelum mengajak. Ia lebih memilih diam sambil berbuat, daripada banyak bicara tapi tak menapakkan langkah.
3. Lisan Ikhlas: Ucapan yang Tak Mengharap Selain Ridha Allah
Ucapan yang lahir dari hati yang ikhlas akan sampai ke hati pula. Sebaliknya, ucapan yang dihiasi ambisi pribadi atau ingin mendapat pujian, biasanya kehilangan ruhnya.
Ikhlas menjadikan ucapan kita tidak menyakitkan, walau menegur. Ikhlas menjadikan nasihat kita terasa hangat, walau menegakkan kebenaran. Karena hati yang bersih akan memancar lewat kata-kata yang jernih pula.
Penutup: Dakwah yang Membumi dan Mengangkasa
Dalam era digital seperti sekarang, setiap orang bisa menjadi penyampai pesan. Tapi pertanyaannya: dengan lisan apa kita berbicara? Apakah dengan ilmu yang sahih? Apakah dengan amal yang terlihat nyata? Apakah dengan hati yang benar-benar ikhlas?
Jika ketiganya menyatu, maka kata-kata kita bukan hanya didengar, tetapi juga dirasakan dan diikuti.
"Jadilah penyeru yang berbicara bukan hanya dengan suara, tetapi dengan cahaya ilmu, cermin amal, dan wangi keikhlasan."
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.