Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Keluarga Sakinah Menyambut Zaman Now: Menjadi Pelita di Tengah Gelapnya Tantangan Zaman

Selasa, 29 April 2025 | 08:55 WIB Last Updated 2025-04-29T01:56:12Z

TintaSiyasi.id -- Di zaman now, dimana realita kehidupan dipenuhi dengan hiruk pikuk digitalisasi, gempuran media sosial, dan derasnya budaya instan, kita semakin merindukan ketenangan. Ironisnya, kemajuan zaman tidak selalu seiring dengan kedewasaan spiritual. Justru dalam derasnya arus perubahan inilah, keluarga sakinah menjadi oase yang amat berharga.

Makna Sakinah yang Tak Lekang oleh Zaman

Allah berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 21:
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya...".

Kata "sakinah" dalam ayat ini bermakna ketenangan jiwa, kedamaian batin, dan ketentraman hidup. Ia bukan hanya soal rumah tangga yang bebas konflik, tetapi tentang hadirnya suasana yang menghadirkan Allah dalam setiap keputusan dan cinta yang berakar pada iman.

Zaman boleh berubah, teknologi boleh berkembang, tetapi kebutuhan jiwa manusia atas ketenangan dan cinta yang suci takkan pernah berubah. Justru dalam dunia yang semakin bising ini, keluarga sakinah adalah penyejuk yang paling dicari.

Tantangan Zaman Now: Keluarga di Tengah Gelombang

Hari ini, tantangan keluarga tidak lagi sederhana. Ada pergeseran nilai, pola komunikasi yang mulai pudar, dan budaya digital yang seringkali lebih akrab daripada canda anak kepada orang tuanya.

1. Waktu yang Tergadai Gadget
Banyak keluarga duduk serumah, tetapi hati berjauhan, karena masing-masing sibuk dengan layar kecil di tangan. Komunikasi antar anggota keluarga melemah, dan kehangatan rumah pun perlahan memudar.

2. Gaya Hidup Serba Instan
Kehidupan modern menawarkan kecepatan dalam segala hal. Namun sayangnya, dalam relasi, tidak ada yang instan. Cinta dan sakinah butuh proses, kesabaran, dan pengorbanan.

3. Krisis Adab dan Keteladanan
Di era "content is king", banyak anak muda lebih mengenal tokoh publik digital ketimbang ayah atau ibunya sendiri. Keluarga kehilangan fungsinya sebagai madrasah pertama jika tidak segera kembali pada fitrah.

Langkah Kecil Menuju Rumah Tangga Sakinah di Era Modern

Lantas, bagaimana agar kita bisa menghadirkan keluarga sakinah di tengah tantangan zaman now?

1. Kembali kepada Allah sebagai pusat cinta.
Jadikan rumah tangga bukan sekadar persekutuan sosial, tapi jalan bersama menuju surga. Shalat berjamaah, tilawah Al-Qur’an, dan zikir keluarga harus dihidupkan.

2. Budayakan komunikasi yang hangat dan terbuka.
Keluarga sakinah tidak dibangun oleh diam dan prasangka, tapi oleh kejujuran, pelukan, tawa, dan air mata yang dibagi bersama.

3. Bijak dalam teknologi, kuat dalam nilai.
Gunakan media sosial untuk berbagi nilai-nilai kebaikan. Buat aturan penggunaan gadget dalam rumah. Ajarkan anak-anak bahwa yang viral belum tentu benar, dan yang sunyi bukan berarti salah.

4. Hadir sebagai teladan, bukan hanya pengarah.
Anak belajar dari apa yang ia lihat. Ayah yang lembut pada ibunya adalah pelajaran kehidupan. Ibu yang sabar adalah madrasah akhlak terbaik.

Refleksi: Keluarga sebagai Ladang Amal Terbaik

Banyak orang mencari pahala dengan aktivitas publik, tetapi lupa bahwa senyuman di rumah, kesabaran terhadap pasangan, dan pelukan untuk anak juga bernilai ibadah. Dalam hadits, Nabi Saw. bersabda:

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya." (HR. Tirmidzi).

Sakinah bukanlah hadiah, tetapi hasil. Ia hadir karena kita memilih untuk mencintai dalam diam, memaafkan dalam luka, dan bertumbuh bersama dalam ridha-Nya.

Penutup

Menjadi Lentera dalam Zaman yang Gelap

Di zaman now, menjadi keluarga sakinah bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan. Ketika dunia tak lagi menawarkan kepastian, rumah tangga yang kokoh di atas iman akan menjadi pelita. Dari keluarga sakinah lahir anak-anak yang kuat jiwanya, tenang akalnya, dan terang langkahnya.

Mari kita mulai dari hal yang sederhana: bertegur sapa saat pulang, shalat berjamaah walau hanya maghrib, dan duduk bersama tanpa gawai. Karena di sanalah, benih-benih sakinah mulai tumbuh.

Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update