Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tingkatkan Ukhuah dan Raih Kemenangan Sejati

Selasa, 29 April 2025 | 09:03 WIB Last Updated 2025-04-29T02:03:49Z

Tintasiyasi.ID -- Di tengah derasnya arus dunia dan hiruk-pikuk kehidupan modern, kita kerap lupa bahwa kekuatan sejati umat ini terletak pada satu kata yang sederhana namun dahsyat: ukhuah. Persaudaraan.

 

Ukhuah bukan hanya tentang senyum dan sapa. Ia adalah ikatan hati yang tumbuh karena keimanan, yang melahirkan kepedulian, solidaritas, dan kekuatan kolektif. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membangun Madinah bukan semata dengan strategi, tetapi dengan ukhuah—antara Muhajirin dan Ansar, antara sahabat dan masyarakat yang berbeda latar belakang.

 

Kemenangan Sejati Bukan Sekadar Menang di Medan Laga

Kemenangan sejati bukan hanya ketika kita mengalahkan musuh. Kemenangan sejati adalah ketika kita mampu mengalahkan ego, menyatukan barisan, dan berjalan bersama menuju rida Allah. Ukhuah itulah pondasinya. Tanpa ukhuah, umat ini rapuh. Dengan ukhuah, umat ini kokoh bagai bangunan yang saling menguatkan.

 

Ukhuah Membangun Jiwa Pejuang

Saat ukhuah mengalir dalam jiwa, engkau tak akan pernah merasa sendiri dalam perjuangan. Tangismu ada yang menemani, lelahmu ada yang menguatkan, dan doamu ada yang mengamini. Maka bangkitlah, wahai jiwa-jiwa yang merindukan kemenangan! Genggam tangan saudaramu, satukan visi dan langkah, karena perjuangan tak pernah dimenangkan oleh mereka yang berjalan sendiri.

 

Langkah Nyata Menuju Ukhuah yang Hakiki

Mulailah dari diri sendiri. Buang prasangka. Semaikan husnuzan. Ringankan lisan untuk mendoakan, bukan mencela. Buka hati untuk memaafkan, bukan membenci. Karena ukhuah adalah cermin keimanan: Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR Bukhari dan Muslim)

 

Akhirnya…

Mari kita tanamkan kembali semangat ukhuah di hati-hati kita. Sebab ketika ukhuah tumbuh, kekuatan umat bangkit. Dan saat kekuatan umat bangkit, kemenangan sejati bukan lagi sekadar harapan, tetapi sebuah keniscayaan.

 


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.

Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo


 

Opini

×
Berita Terbaru Update