Kiai Labib, sapaan akrabnya,
menukil sebuah potongan hadis yang berbunyi:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ
Sungguh telah
datang kepada kalian bulan yang penuh berkah
“Dalam bahasa Arab, berkah itu
mengandung makna al-khair atau kebaikan. Tetapi al-barakah bukan
sekadar kebaikan, di sana ada dua unsur,” sebutnya.
“Pertama, tsubut, yaitu
ada kebaikan tetap, tidak hilang-hilang; kedua, ziyadah, yakni
ada pertambahan dan pertumbuhan,” ulasnya.
Ia menyimpulkan, disebut berkah
itu adalah tsubutul khair waziyadatuhu. “Jadi tetapnya kebaikan dan
bertambahnya kebaikan itu,” sebutnya.
“Kalau kita semua yang ada dalam
Ramadan penuh dengan kebaikan, dan kebaikan itu bukan sekadar kebaikan tetapi
kata Ar-Raghib Al-Asfahani di dalam bukunya Al-Mufradat fi Gharibil
Qur'an mengatakan al-barakah adalah al-khairul Ilahi,
kebaikan yang sifatnya Ilahi,” ungkapnya.
Lanjut dikatakan, kalau disebut al-khairul
Ilahi itu berarti kebaikan yang sebenar-benarnya, hakiki, dan betul-betul
berakibat dan mengakibatkan kebaikan.
“Sebab banyak kebaikan-kebaikan
yang disangka oleh manusia baik, nyatanya berakibat sebaliknya. Kalau itu
kebaikan yang bukan ilahi. Tetapi ketika disebut al-khair al-ilahi fi
syai' berarti kebaikan yang sifatnya tsubut tadi. Itu selalu
dikaitkan dalam perkara iman dan takwa,” imbuhnya.
Kiai Labib mengaitkan kata barakah
itu dengan firman Allah Taala dalam surah Al-A'raf ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا
وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ...
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi...
“Kata barakaat dalam ayat
tersebut adalah bentuk jamak dari kata barakah, jadi artinya barakah-barakah.
Barakah-barakah itu dikaitkan dengan amanu wattaqau,” urainya.
“Oleh karena itu, ketika Ramadan
itu berpuasa, melipatgandakan ibadah, ketaatan, kesabaran, dan perjuangan, maka
dari situ akan banyak barakah,” tuntasnya menjelaskan.[] Rere