“Dalam bahasa Arab, peradaban itu
disebut al-hadharah. Ada tiga hal terkait al-hadharah, yaitu: pertama,
asas yang menjadi pilar atau pijakan bagi peradaban itu; kedua, tashwirul
hayat (gambaran kehidupan); ketiga, ma'na sa'adah (makna
kebahagiaan),” paparnya.
Di saluran One Ummah TV
tersebut, ia mengatakan, jika melihat Al-Qur'an, jelas Islam datang membawa
akidah yang betul-betul baru dan berbeda dengan akidah bangsa Arab yang ada
pada waktu itu, yaitu arkanul iman (rukun iman).
“Nah, dasar akidah inilah yang
menjadi dasar sebuah peradaban. Misalnya, jika Islam memberikan pandangan bahwa
tidak ada ilah selain Allah (laa Ilaha ilallah), la ma'bud
(tidak ada yang ditaati) ilallah. Maka memberi keniscayaan bahwa tidak
ada hukum yang wajib diterapkan kecuali hukum dari Allah,” ujarnya menerangkan
dalam peringatan nuzululqur’an tersebut yang bertema Al-Qur’an dan Perubahan
Dunia.
Begitu juga dengan muhammadur
Rasulullah, lanjutnya, memberikan makna hukum Allah yang wajib ditaati
adalah hukum Allah yang dibawa oleh Muhammad saw., bukan hukum yang Allah
turunkan kepada nabi-nabi sebelumnya.
“Ini tentu akan berbeda dengan
seluruh peradaban yang ada. Misalnya peradaban kapitalisme sekularisme yang ada
fashluddin 'anilhayah, memisahkan agama dari kehidupan. Artinya
pengakuan terhadap agama dan Tuhan itu ada, tetapi agama dan Tuhan tidak ada hak
dan otoritas mengatur kehidupan manusia. Akibatnya agama adalah hanya salah
satu bidang dari kehidupan, tetapi tidak mengatur kehidupan yang lain,”
ungkapnya.
Dicontohkannya dengan jelas
kondisi di Indonesia, “Ada Departemen Agama, tetapi Departemen Agama hanya
ngurusi tentang maksimal kehidupan rumah tangga. Paling maksimal mengurusi
waris. Artinya Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen
Pendidikan, Departemen Keuangan, dan sebagainya tidak ada kaitannya dengan
agama dan tidak boleh diatur dengan agama. Jadi agama hanya satu bidang dan
bukan dasar negara.”
“Ini artinya Islam meletakkan
dasar peradaban dengan sangat jelas. Ketika laa Ilaha ilallah Muhammadur
Rasulullah mengharuskan seluruh sendi kehidupan harus didasarkan pada Islam,
maka seluruh aturan hukum harus diterapkan Islam,” tegasnya.
Lanjut dijelaskannya, “Maka
kemudian terbentuk tashwirul hayat (gambaran kehidupan), yaitu
berdasarkan halal dan haram. Seluruh perbuatan manusia harus mengikatkan diri
pada syariat Islam.”
“Kita lihat di dalam Al-Qur'an
dan juga hadis bukan hanya bicara salat, puasa, tetapi juga berbicara tentang
ekonomi, politik, pengaturan negara, perang, perdamaian, rampasan perang,
semuanya diatur dalam Islam,” tandasnya.[] Rere