TintaSiyasi.id -- Sobat, setiap hamba akan menerima balasan atas amal perbuatannya, baik itu kebaikan maupun keburukan. Hal ini ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur'an, di antaranya QS. Az-Zalzalah (99): 7-8
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya)."
Prinsip Balasan Amal dalam Islam
Setiap amal akan diperhitungkan,
Allah Maha Adil, sekecil apa pun amal kita, baik atau buruk, pasti akan mendapatkan balasan.
Kebaikan dibalas dengan kebaikan, keburukan dibalas dengan keadilan
“Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebaikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa: 40).
Artinya, kebaikan selalu dilipatgandakan, sementara keburukan dibalas setimpal atau diampuni jika kita bertaubat.
Setiap orang akan menerima hasil dari usahanya sendiri
"Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS. An-Najm: 39).
Ini menunjukkan bahwa kehidupan di dunia adalah tempat menanam, dan akhirat adalah tempat memanen hasil dari amal kita.
Hari Pembalasan adalah kepastian
"Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah." (QS. An-Nisa: 123).
Di hari kiamat, semua perbuatan akan ditimbang dengan keadilan mutlak oleh Allah.
Bagaimana Kita Bisa Mempersiapkan Diri?
1. Perbanyak amal kebaikan, seperti shalat, sedekah, dzikir, dan membantu sesama.
2. Menjauhi maksiat dan segera bertaubat jika terlanjur melakukan kesalahan.
3. Mengikhlaskan niat dalam setiap perbuatan agar bernilai ibadah di sisi Allah.
4. Bersabar dalam kebaikan karena balasannya dijamin oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Jadi, marilah kita memanfaatkan waktu di dunia ini untuk mengumpulkan amal saleh, karena setiap hamba akan diberi balasan sesuai amalnya.
Jibril As berkata : "Wahai Muhammad : Hiduplah semaumu, tetapi kelak engkau pasti mati. Cintai siapa saja, tetapi engkau pasti berpisah dengannya. Beramallah semaumu, tetapi engkau pasti mendapat balasannya. (Nashoihul Ibad).
Perkataan ini mengandung hikmah yang sangat dalam dan mengingatkan kita tentang hakikat kehidupan yang fana serta pentingnya amal sebagai bekal akhirat.
Makna dan Pelajaran dari Perkataan Malaikat Jibril
1. "Hiduplah semaumu, tetapi kelak engkau pasti mati."
Tidak peduli seberapa lama atau bagaimana kita menjalani hidup ini, kematian adalah kepastian yang tidak bisa dihindari.
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati..." (QS. Ali Imran: 185).
Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan diri dengan ibadah dan amal saleh, bukan hanya mengejar dunia semata.
2. Cintai siapa saja, tetapi engkau pasti berpisah dengannya.
Cinta kepada manusia bersifat sementara. Orang yang kita cintai bisa meninggal, menjauh, atau berubah.
Namun, cinta kepada Allah akan kekal dan tidak akan mengecewakan.
"Dan orang-orang yang beriman lebih mencintai Allah (daripada apa pun)." (QS. Al-Baqarah: 165).
Maka, jangan sampai cinta dunia atau seseorang membuat kita lalai dari Allah.
3. Beramallah semaumu, tetapi engkau pasti mendapat balasannya.
Semua amal akan diperhitungkan, sekecil apa pun itu.
"Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya)." (QS. Az-Zalzalah: 7-8).
Oleh karena itu, jangan meremehkan kebaikan sekecil apa pun dan jauhi keburukan meskipun tampak ringan.
Bagaimana Kita Bisa Mengamalkannya?
Hidup dengan kesadaran bahwa dunia hanya sementara, sehingga lebih fokus mencari bekal akhirat.
Cinta karena Allah, bukan hanya berdasarkan hawa nafsu atau keinginan duniawi.
Menjaga amal saleh dan terus memperbaiki diri, karena amal adalah investasi yang pasti kembali kepada kita.
Kesimpulan
Kehidupan, cinta, dan amal adalah bagian dari ujian. Namun, hanya ketakwaan kepada Allah yang akan menyelamatkan kita di akhirat. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan hidup ini untuk kebaikan sebelum ajal menjemput.
Dr Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo