Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Muslim Intelektual: Salah Satu Wujud Pemimpin Bertakwa Adalah Mengayomi Kebutuhan Rakyat

Kamis, 20 Maret 2025 | 19:42 WIB Last Updated 2025-03-21T12:51:40Z

Tintasiyasi.ID -- Muslim Intelektual Ustaz Muhammad Rahmat Kurnia menyatakan bahwa salah satu wujud pemimpin yang bertakwa adalah mengayomi urusan dan kebutuhan rakyatnya.

 

“Dalam konteks kepemimpinan, salah satu wujud pemimpin yang bertakwa adalah mengayomi urusan dan kebutuhan rakyatnya,” demikian tertulis dalam buletin Al-Wa’ie Media Politik dan Dakwah, edisi Maret 2025, halaman 7.

 

Masih dalam sumber yang sama, ia sampaikan, Khalid Muhammad Khalid dalam buku Ar-Rijal Hawla Rasûl (Para Ksatria di Sekitar Rasul), menuturkan bahwa suatu ketika pernah terjadi kelaparan hingga mencapai puncaknya di Madinah. Khalifah Umar bin Khathab, pemimpin kaum Mukmin kala itu, pernah disuguhi roti yang dicampur dengan minyak samin. Lalu beliau memanggil seorang Badui dan mengajak untuk makan bersama.

 

Khalifah Umar tidak memakan makanan itu sebelum orang Badui tersebut makan terlebih dahulu menikmatinya.

 

“Kayaknya Engkau tidak pernah merasakan enaknya makanan itu?” tanya Khalifah Umar.

 

Orang itu menjawab, “Benar. Saya tidak pernah makan dengan samin atau minyak zaitun. Saya juga sudah lama tidak menyaksikan orang-orang memakannya sampai sekarang."

 

Kontan saja mendengar kata-kata itu Khalifah Umar berkata, "Kalau rakyatku kelaparan, aku ingin orang pertama yang merasakannya. Kalau rakyatku kekenyangan, aku ingin orang terakhir yang menikmatinya."

 

“Sungguh luar biasa sikap Khalifah Umar yang mengajak orang papa tidak punya apa-apa, makan bersama. Bukan mendahulukan yang kaya,” ujar lelaki Badui tersebut.

 

“Karena itu tidak terbayang bagaimana bisa pemimpin saat ini memberikan sumber daya alam termasuk laut kepada oligarki,” ia meneruskan.

 

“Tanggung jawab yang mencerminkan wujud takwa Khalifah Umar bukan hanya ditunjukkan pada manusia, bahkan ditunjukkan pada hewan sekali pun,” ungkapnya.

 

Dalam suatu riwayat dikisahkan, lanjutnya, Khalifah Umar bin al-Khaththab suatu waktu berjalan di Kota Madinah. Tiba-tiba ia melihat seekor burung pipit yang dijadikan mainan seorang anak. Rasa kasihan dan iba pun segera muncul dari Khalifah yang dikenal tegas tersebut. Umar pun segera membeli burung tersebut dari anak itu. Lalu, melepaskan burung itu agar bisa terbang bebas.

 

“Må sya Allâh... Tabarakallah... Luar biasa. Burung pipit yang lemah dan kecil pun sangat diperhatikan oleh Khalifah Umar bin al-Khaththab,” terang Ustaz Rahmat.

 

Bukan sebatas itu, Abu Nu'aim dalam kitab Hilyah Awliya meriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin al-Khaththab mendapatkan kabar tentang kerusakan jalan di Irak.  Umar merasa khawatir dan gelisah. “Andai saja seekor kambing mati di tepi Eufrat karena terpeleset, sungguh ia yakin bahwa Allah Swt. pasti akan bertanya tentang hal itu kepadanya pada Hari Kiamat,” sambungnya.

 

Ia menegaskan bahwa tanggung jawab yang mencerminkan wujud takwa Khalifah Umar bukan hanya ditunjukkan pada manusia, tetapi juga pada hewan sekali pun.

 

Bisa dibayangkan, lanjut dikatakan, betapa jauh jarak dari Madinah ke Sungai Eufrat di Irak, yaitu sekitar 1671 km. Bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 373 jam atau 31 hari tanpa berhenti. “Walaupun jaraknya sangat jauh, ada di ujung wilayah kekuasaan Islam kala itu, Khalifah Umar sangat peduli,” ungkapnya.

 

“Itulah kekuatan energi takwa. Syekh Abdul-lah bin Baz pernah menulis dalam Majalah Universitas Islam Madinah (No. 2. pada 9 Dzulhij-jah 1396H/I Desember 1976). ‘Engkau wahai hamba Allah, apabila membaca Kitab Tuhanmu (Al-Qur’an) dari awalnya hingga akhirnya Engkau akan menemukan bahwa takwa itu merupakan pangkal segala kebaikan, kunci semua kebaikan, dan sebab semua kebaikan di dunia dan di akhirat. Musibah, ujian, dan uqubat (sanksi) datang karena mengabaikan takwa atau menghilangkan takwa,” tuturnya.

 

Sebab takwa itu terangnya merupakan wujud kehadiran kebahagiaan dan kesuksesan, penghilang malapetaka serta mendatangkan kemuliaan dan kemenangan di dunia dan di akhirat.[] M. Siregar


Opini

×
Berita Terbaru Update