TintaSiyasi.id -- Menanggapi wacana kurikulum cinta oleh kementrian agama Nasaruddin Umar, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menduga wacana kurikulum itu cenderung mengandung pluralisme dan sinkritisme agama.
"Memang ini baru gagasan. Kalau saya coba membaca narasi dari berita maka saya harus katakan bahwa kurikulum ini nampaknya cenderung mengandung pluralisme dan sinkritisme agama," ucapnya di kanal YouTube Khilafah News; Kurikulum Cinta Cetak Generasi Pluralis?, Senin (10/3/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan pluralisme agama yakni menempatkan kebenaran agama sebagai aspek yang relatif. Sedangkan gagasan membangun paham pluralisme agama di Indonesia telah lama menjadi narasi orang-orang liberal.
"Sebenarnya ini produk lama cuman mungkin dikemas dengan bahasa yang enak didengar," ungkapnya.
Dia menerangkan di dalam pluralisme agama terdapat paradigma tentang dimensi esoteris. Dimensi esoteris agama yang kalau dalam bahasa itu dimaknai dengan banyak jalan menuju Roma atau banyak agama menuju satu titik yang namanya Tuhan, itu rentang dimensi esoteris.
Adapun, ia menilai dimensi esoteris memandang dalam konteks agama meskipun berbeda namanya, berbeda cara ibadahnya namun prinsipnya menuju satu Tuhan atau satu sesembahan.
"Kalau kita khawatir wajar aja, ini bentuk kepedulian umat islam terhadap kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan agama," ujarnya.
Dengan demikian, ia melihat gagasan Kurikulum Cinta dapat melemahkan identitas agama islam di Indonesia. Dengan adanya Kurikulum Cinta sama dengan umat Islam masuk dalam jebakan pluralisme dan sinkretisme.
"Ini (kurikulum cinta) merusak akidah islam, justru dalam islam yang paling keren sebenarnya kalau kita mau pahami lebih dalam pluralisme dan sinkretisme merusak konsep toleransi dalam islam itu sendiri," jelasnya.
"Kita sudah punya 'lakum diinukum wa liya diin' ini adalah konsep toleransi terbaik antar agama dan aliran didunia ini, soal menyayangi dan cinta antar sesama di islam juga sudah ada lengkap," tegasnya.
Ia menambahkan di dalam islam terdapat konsep toleransi yang sempurna dengan paradigma rahmatan lil alamin. Terlebih pendidikan islam berbasis Al-Qur'an berasal dari Allah Swt.
"Pendidikan islam berbasis Al-Qur'an yang datang dari Allah Swt. yang menciptakan manusia maka Allah Swt. juga yang tahu kebutuhan manusia seluruh dunia, lintas agama, lintas ras, lintas negara pokoknya namanya manusia diciptakan Allah Swt. dan Allah Swt. juga paling tahu bagaimana sebenarnya membangun relasi yang baik antar manusia ini," tutupnya.[] Taufan