TintaSiyasi.id -- Syeikh Fudhail bin Iyadh berkata, "Dua hal yang mengeraskan hati; banyak berbicara dan banyak makan."
Kata-kata Syeikh Fudhail bin Iyadh ini mengandung hikmah mendalam tentang penyebab kerasnya hati, yaitu:
1. Banyak Berbicara (Katsratul Kalam)
Terlalu banyak berbicara, terutama tentang hal-hal yang tidak bermanfaat, dapat mengeraskan hati.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang banyak bicara, maka banyak pula kesalahannya. Barang siapa yang banyak kesalahannya, maka banyak dosanya. Dan barang siapa yang banyak dosanya, maka neraka lebih pantas baginya." (HR. Tirmidzi).
Oleh karena itu, diam lebih baik daripada berbicara yang sia-sia. Para ulama sering menekankan bahwa berbicara secukupnya, terutama tentang ilmu dan kebaikan, adalah tanda kebijaksanaan.
2. Banyak Makan (Katsratul Akal)
Makan berlebihan dapat menyebabkan kemalasan dalam ibadah dan menguatkan hawa nafsu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak ada bejana yang lebih buruk yang dipenuhi oleh manusia selain perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suap makanan untuk menegakkan punggungnya. Jika ia harus makan lebih banyak, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Makan secukupnya membantu menjaga kejernihan hati dan semangat dalam ibadah.
Kesimpulan
Terlalu banyak berbicara dan makan membuat hati tumpul dan sulit menerima kebenaran.
Sebaliknya, menjaga lisan dan makan dengan sederhana membantu menjaga kelembutan hati dan meningkatkan kualitas ibadah.
Tawadhu adalah tangga kemuliaan.
Benar sekali, tawadhu’ (rendah hati) adalah tangga menuju kemuliaan. Makin seseorang merendahkan dirinya di hadapan Allah dan makhluk-Nya, makin Allah meninggikan derajatnya.
1. Tawadhu dalam Al-Qur'an dan Hadis
Allah berfirman:
"Dan janganlah engkau memalingkan wajahmu dari manusia karena sombong, dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Luqman: 18).
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang rendah hati karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim).
2. Tawadhu’ Adalah Sifat Para Nabi dan Orang Saleh
Nabi Muhammad ﷺ adalah pemimpin terbaik, tetapi beliau tetap hidup sederhana, membantu pekerjaan rumah, dan tidak pernah merendahkan orang lain.
Ulama besar seperti Imam Malik dan Imam Syafi’i meskipun memiliki ilmu tinggi, tetap bersikap rendah hati kepada guru dan murid-muridnya.
3. Ciri-Ciri Orang yang Tawadhu’
Tidak sombong meskipun memiliki ilmu, harta, atau kedudukan.
Menghormati orang lain tanpa memandang status sosial.
Menerima kebenaran, bahkan jika datang dari orang yang lebih muda atau lebih miskin.
Tidak merasa lebih baik dari orang lain, tetapi selalu merasa membutuhkan rahmat Allah.
4. Tawadhu’ Mengantarkan pada Kemuliaan
Orang yang tawadhu’ akan lebih dicintai manusia dan dihormati, sementara orang sombong justru dijauhi.
Tawadhu membuat hati lebih tenang, jauh dari iri, dengki, dan merasa cukup dengan apa yang Allah berikan.
Jadi, makin seseorang tawadhu’, makin Allah akan mengangkat derajatnya, baik di dunia maupun di akhirat.
Bergaul dan akrab dengan orang bertakwa adalah termasuk pilihan yang baik.
Betul sekali! Bergaul dan akrab dengan orang-orang yang bertakwa adalah salah satu pilihan terbaik dalam hidup.
Mengapa Bergaul dengan Orang Bertakwa Itu Penting?
1.Mendapat Pengaruh Positif
Sifat dan kebiasaan orang yang kita dekati akan memengaruhi diri kita.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Seseorang akan mengikuti agama sahabat dekatnya. Maka, hendaklah kalian melihat dengan siapa kalian berteman." (HR. Abu Dawud & Tirmidzi).
2.Menjaga Keimanan dan Semangat Ibadah
Berada di lingkungan orang-orang saleh akan membuat kita lebih termotivasi untuk beribadah, menjauhi maksiat, dan terus memperbaiki diri.
Ibarat bara api, jika diletakkan bersama bara lainnya, ia akan tetap menyala. Tapi jika sendirian, akan cepat padam.
3.Mendapat Doa dan Nasihat yang Baik
Sahabat yang bertakwa akan selalu mendoakan dan menasihati kita jika kita melakukan kesalahan.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridhaan-Nya." (QS. Al-Kahfi: 28).
4.Terhindar dari Lingkungan yang Buruk
Jika kita salah memilih teman, kita bisa terbawa ke dalam kemaksiatan dan perbuatan sia-sia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu wewangian, atau kamu bisa membeli darinya, atau setidaknya kamu akan mencium aroma yang wangi."
Adapun pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu, atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap." (HR. Bukhari & Muslim).
Kesimpulan
Berteman dengan orang-orang bertakwa membawa banyak keberkahan: iman makin kuat, akhlak makin baik, dan hidup lebih tenang.
Sebaliknya, bergaul dengan orang yang salah bisa menjauhkan kita dari Allah.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo