Tintasiyasi.id.com -- Dalam era digital yang semakin maju, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi remaja. Namun, di balik kemudahan akses informasi dan komunikasi yang ditawarkan, penggunaan media sosial yang berlebihan telah terbukti berdampak negatif pada kesehatan mental generasi muda.
Sebuah penelitian yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry, menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam per hari berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental, terutama terkait dengan citra diri.
Selain itu, data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental emosional, dengan lebih dari 12 juta di antaranya menderita depresi. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya permasalahan kesehatan mental yang mengancam generasi muda akibat pengaruh media sosial (Disway.id, 16-02-2025).
Salah satu dampak terbesar dari media sosial adalah perbandingan sosial yang tidak sehat. Remaja sering kali terpapar kehidupan ‘sempurna’ yang ditampilkan di media sosial. Mulai dari pencapaian akademik, gaya hidup mewah, hingga standar kecantikan yang tidak realistis. Hal ini menyebabkan mereka merasa tidak cukup baik, tidak cukup menarik, atau tidak cukup sukses dibandingkan dengan teman sebaya mereka.
Akibatnya, perasaan rendah diri dan kecemasan meningkat, yang dalam jangka panjang dapat berujung pada gangguan mental seperti depresi dan gangguan makan. Selain itu, cyberbullying menjadi ancaman serius yang semakin marak terjadi di platform digital. Komentar negatif, perundungan daring, serta tekanan sosial untuk tampil ‘sempurna’ membuat banyak remaja merasa terisolasi dan kehilangan kepercayaan diri.
Lebih dari sekadar perbandingan sosial dan cyberbullying, media sosial juga mengubah pola tidur dan kebiasaan hidup remaja. Banyak dari mereka yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar hingga larut malam. Mengorbankan waktu tidur yang sangat penting bagi perkembangan otak dan kesejahteraan mental mereka.
Kurangnya tidur berkualitas dapat menyebabkan gangguan konsentrasi, peningkatan stres, dan bahkan memperburuk kondisi kesehatan mental yang sudah ada. Selain itu, paparan konten negatif seperti kekerasan, ujaran kebencian, atau berita hoaks juga dapat membentuk pola pikir yang salah dan mempengaruhi kestabilan emosional remaja.
Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk membatasi waktu penggunaan media sosial dan meningkatkan kesadaran akan dampak negatif yang mungkin timbul dari penggunaannya yang berlebihan. Pendidikan digital harus diperkenalkan secara luas. Baik di sekolah maupun dalam lingkungan keluarga. Agar remaja lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Orang tua dan pendidik perlu berperan aktif dalam mengawasi serta mendampingi anak-anak mereka dalam menjelajahi dunia digital. Selain itu, negara juga memiliki tanggung jawab dalam mengatur regulasi yang dapat melindungi remaja dari dampak buruk media sosial. Termasuk memperketat aturan mengenai konten berbahaya serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.
Jika dibiarkan tanpa pengawasan dan solusi yang konkret, media sosial akan terus merusak kesehatan mental generasi muda. Yang pada akhirnya akan berdampak pada masa depan bangsa. Oleh karena itu, kesadaran kolektif serta tindakan nyata dari berbagai pihak diperlukan untuk menyelamatkan generasi dari dampak buruk media sosial. Serta membangun lingkungan yang lebih sehat bagi perkembangan mental mereka.
Islam Melindungi Mental Generasi
Islam memberikan solusi komprehensif dalam menjaga kesehatan mental generasi dengan menerapkan nilai-nilai keimanan, akhlak, dan sistem sosial yang kuat. Dalam Islam, individu diarahkan untuk memiliki hubungan yang erat dengan Allah melalui ibadah yang konsisten, seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an, yang dapat menjadi sumber ketenangan jiwa.
Selain itu, Islam menekankan pentingnya lingkungan yang baik, di mana keluarga dan masyarakat berperan dalam mendidik dan membimbing generasi agar memiliki kepribadian yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di media sosial.
Pendidikan dalam Islam juga berorientasi pada pembentukan karakter dan ketahanan mental. Dengan memahami tujuan hidup yang hakiki, remaja akan lebih mampu menghadapi tekanan sosial dan tidak mudah terjebak dalam perbandingan yang merusak. Islam juga mengatur penggunaan media dengan prinsip-prinsip yang menjauhkan umat dari konten yang merusak moral dan mental.
Negara dalam sistem Islam memiliki tanggung jawab untuk memastikan informasi yang beredar di masyarakat sehat dan membangun. Serta memberikan perlindungan terhadap individu dari dampak negatif dunia digital. Dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, generasi yang kuat secara mental dan spiritual dapat terwujud. Wallahua'lam bishshowwab.[]
Oleh: Umul Asminingrum, S.Pd
(Aktivis Muslimah)