TintaSiyasi.id -- Dikutip dari CNNIndonesia.com (7/2/2025), yang sedang viral di media sosial saat ini adalah tagar #KaburAjaDulu di platform (Twitter) X. Warganet berbondong-bondong menyerukan tagar tersebut karena cuitan ini juga disertai dengan keluhan netizen mengenai berbagai permasalahan di Indonesia. Beragam unggahan tentang ajakan pindah ke negara lain atau meninggalkan Indonesia terus mengemuka, baik dalam bentuk beasiswa pendidikan, lowongan pekerjaan, maupun hal lainnya.
Dalam berita lain yang tak kalah menghebohkan, dilansir dari TribunJabar.id (13/2/2025), seorang kepala desa bernama Dodi Romdani di Ciamis rela mengundurkan diri dari jabatannya. Dodi Romdani memilih resign (mengundurkan diri) demi bekerja di Jepang. Padahal, jabatan pemerintahan tersebut merupakan impian dan dianggap sejahtera bagi sebagian orang.
Bagaimana tidak? Ternyata gaji yang diterimanya sebagai kepala desa 10 kali lipat lebih kecil dibandingkan dengan bekerja di Jepang. Diketahui, Dodi Romdani mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Desa Sukamulya, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pada 2024 lalu, sebagaimana disebutkan dalam unggahan @kerjadijepang.
Fakta-fakta di atas dirasa cocok dengan fenomena yang saat ini viral. Bisa kita analisis bahwa kehidupan di negara lain mungkin dianggap lebih menjanjikan. Maka, tak heran jika tagar #KaburAjaDulu mengemuka dan dianggap sebagai solusi praktis sementara bagi kaum yang mendukung tagar tersebut.
Pengaruh dari kualitas pendidikan yang rendah di dalam negeri, ditambah dengan penawaran pendidikan luar negeri yang jauh lebih baik, menciptakan celah bagi siswa pencari beasiswa untuk membenarkan "kabur" sebagai jalan keluar demi memperoleh pendidikan yang lebih baik. Di sisi lain, persyaratan kerja di dalam negeri yang terlalu berbelit, seperti batasan usia, tuntutan penampilan menarik, dan persyaratan lainnya, membuat banyak masyarakat tidak memenuhi kriteria tersebut. Akibatnya, tawaran kerja di luar negeri menjadi impian bagi mereka yang kesulitan mendapatkan pekerjaan di dalam negeri.
Gaji yang tinggi menjadi pertimbangan kuat. Apa pun pekerjaan yang didapat, baik sebagai pekerja terampil maupun buruh kasar, akan dijalani demi kehidupan yang lebih baik.
Dari segi pendidikan dan ekonomi, faktor-faktor tersebut memang menjadi alasan utama di balik viralnya tagar ini. Ketidakpuasan masyarakat terhadap kesejahteraan yang tidak mereka rasakan di dalam negeri semakin memperkuat isu ini. Minimnya peluang kerja serta arah pendidikan yang semakin tidak jelas menjadikan masyarakat lebih memilih pergi ke luar negeri. Fenomena "kabur" ini bisa jadi merupakan bentuk frustrasi terhadap kebijakan politik dan ekonomi dalam negeri yang semakin tidak masuk akal.
Hal ini menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi dalam negeri dalam memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sistem kapitalisme yang menjadi dasar negara adalah sumber dari kerusakan yang terjadi. Bagaimana tidak? Peluang yang seharusnya ditawarkan oleh negeri sendiri justru diberikan oleh negara lain. Kesenjangan ekonomi yang semakin lebar memperkuat persaingan antara negara maju dan berkembang. Kegagalan sistem ini seharusnya menyadarkan masyarakat dan penguasa akan rusaknya kebijakan politik yang diterapkan. Kehidupan ini bukan hanya milik para oligarki, tetapi rakyat pun ingin merasakan keamanan dan kenyamanan.
Sistem Islam, jika diterapkan, akan jauh lebih menenteramkan. Islam diterapkan bukan hanya untuk kenyamanan sebagian orang, tetapi untuk seluruh umat. Islam mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat serta memastikan pemenuhan hak asasi individu. Salah satu mekanisme yang dilakukan negara adalah menciptakan lapangan pekerjaan di berbagai sektor, seperti perdagangan, pertanian, industri, dan jasa, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang Allah Swt. limpahkan di negeri ini.
Selain itu, laki-laki yang nantinya akan menjadi pencari nafkah dalam keluarga juga harus diberikan peluang atau ilmu tambahan agar bisa berdaya di berbagai sektor. Seorang Muslim yang taat kepada aturan Allah Swt. akan senantiasa menjalankan kewajibannya dengan mencari nafkah yang halal.
Dari segi pendidikan, Islam akan memberikan strategi yang lebih unggul. Dalam Islam, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencari nafkah, tetapi juga membentuk generasi yang unggul dan bertakwa kepada Allah Swt. Sistem Islam ini dikenal sebagai Khilafah, di mana aturan Allah Swt. diterapkan, sehingga tercipta kesejahteraan, rahmat, dan keadilan bagi seluruh alam semesta.
Wallahu a‘lam bish-shawab.
Oleh: Marita Handayani
Aktivis Muslimah