TintaSiyasi.id -- Sejarawan Septian AW menjelaskan perkembangan politik Palestina dari segi identitas kebangsaan mereka mulai dari pengungsian ke West Bank dan Yordania pasca peristiwa Nakba hingga kependudukan Israel.
“Ada empat partai besar yang berkembang di West Bank (Tepi Barat) sejak tahun 1948-1967. Pertama partai Nasionalisme Arab, kedua partai Sosialisme Arab, ketiga Ikhwanul Muslimin, dan keempat Hizbut Tahrir.,” ungkapnya dalam kelas daring Mengerti Palestina, Sabtu (22/2/2025).
Ia mengungkapkan pada Peristiwa Nakba pada tahun 1948, yang menyebabkan banyak warga Arab-Palestina terusir dari tanah air mereka akibat penjajahan militer Yahudi. Sebagian besar masuk ke Tepi Barat yang dikuasai orang Arab yaitu Yordania. Namun setelah 20 tahun kemudian, bukannya mereka bisa kembali, justru Tepi Barat ini akhirnya dikuasai oleh Israel.
“Berikutnya muncul proses pematangan politik masyarakat pengungsi Palestina ini untuk mencirikan identitas mereka agar bisa bangkit sebagai suatu entitas kebangsaan. Akhirnya mereka terseret dalam politik Nasionalisme Arab,” jelasnya.
Arah pemikiran pengungsi Arab-Palestina ini kata Septian kemudian semakin menjadi ketika akhirnya West Bank berhasil dikuasai Israel akibat perang enam hari. Septian menceritakan muncul gerakan-gerakan nasionalisme, sosialisme, selain juga gerakan-gerakan Islam dari wilayah West Bank.
“Karena kenyataan bahwasanya mereka di sini dijajah memiliki perasaan dan keinginan yang sama itu akhirnya memunculkan rasa kepalestinaan. Itu yang tidak bisa dipungkiri,” tuturnya.
Bahkan rupanya pada proses perkembangan ideologi di masa penjajahan tersebut yang kemudian memunculkan gerakan pro-Israel dari kalangan Palestina sendiri.
“Nanti larinya muncul PLO dan politisi-politisi Palestina yang itu pro terhadap tuntutan-tuntutan Amerika Serikat dan Israel,” pungkasnya.[]Nurichsan