Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Begini Penyebab Overthinking

Sabtu, 25 Januari 2025 | 18:01 WIB Last Updated 2025-01-25T11:03:03Z
TintaSiyasi.id -- Pemerhati Keluarga dan Generasi, Ustazah Dedeh Wahidah Achmad mengungkapkan dua faktor penyebab overthinking

"Ada dua faktor penyebab overthinking," ungkapnya dalam rubrik Family Zone: Overthinking di dalam Islam di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Sabtu (04/01/2025). 

Pertama, karena terlalu khawatir tentang masa lalu. Jadi semacam traumatik. Dia selalu berpikir apa yang sudah terjadi pada masa lalunya. Biasanya ditampakkan dengan kalimat penyesalan. 

"Kenapa saya pergi ketempat itu, coba kalau saya tidak menempuh jalan itu, mungkin saya tidak akan terjebak macet. Kalau saya menasihati teman untuk hijrah, nanti dia akan dijauhi dan dibenci, dan sebagainya. Kalau ini terus menerus terjadi, maka dia berada di atas bayang-bayang masa lalunya. Akhirnya terjadi penyesalan dan dia tidak mau melangkah lagi ataupun melakukan lagi," terangnya.

Kedua, katanya, karena terlalu khawatir dengan masa depan. Jadi, belum melakukan sesuatu, tetapi sudah takut dengan konsekuensi sesuatu tersebut. Orang yang demikian, biasanya akhirnya jadi tidak berani untuk memutuskan sesuatu, senantiasa maju mundur karena takut risiko. Misalnya, kalau berbicara nanti akan dibenci, kalau berdakwah nanti dijauhi.

Solusi Islam

Pertama, menurutnya, muhasabah diri. Jika seseorang pernah mengalami kegagalan di masa lalu, harus intropeksi diri atau muhasabah. Apakah karena kelalaian, ada kesalahan yang  dilakukan atau karena melakukan pelanggaran hukum syarak. Ketika seseorang melakukan intropeksi, mudah-mudahan orang tersebut akan sampai pada kesimpulan bahwa dirinya mengalami kegagalan karena ada kesalahan yang dilakukan. 

"Maka dia akan terdorong untuk mohon ampun kepada Allah, kalau kesalahan itu terkait dengan hak-hak Allah. Kalau terkait hubungan dia interaksi dengan orang lain, maka dia akan terdorong untuk minta maaf dan berazam akan berupaya keras untuk tidak mengulangi kesalahan," terangnya. 

Kedua, lanjutnya, mengambil hikmah atau pelajaran. Terkait dengan masa lalunya, harus berpikir proporsional, memikirkan untuk mengambil pelajaran. Jika ada kesalahan mohon ampun, ada kekurangan bisa melengkapinya. Sehingga, ke depan bisa melakukan perbaikan. 

"Ketiga, membangun keyakinan yang benar. Sebagai seorang mukmin harus melakukan dengan keyakinan. Yakin apa yang dilakukan itu adalah perintah Allah Swt. dan yang dia tinggalkan adalah sesutu yang sia-sia. sesuatu yang diperintahkan Allah Swt. ketika mengerjakan akan bernilai ibadah. Melakukan sesuatu karena Allah Swt. bukan karena terpaksa apalagi hanya rutinitas semata," tutupnya.[] Rina

Opini

×
Berita Terbaru Update