Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Al-Qur'an dan Sunah Mengajak Berpikir tentang Nafs

Sabtu, 25 Januari 2025 | 16:15 WIB Last Updated 2025-01-25T09:15:56Z

TintaSiyasi.id-- Al-Qur'an dan As-Sunnah Mengajak Berpikir tentang Nafs adalah topik penting yang mencakup kajian tentang jiwa manusia dari perspektif Islam. Konsep nafs dalam Islam merujuk pada jiwa, diri, atau aspek psikologis manusia yang sangat erat kaitannya dengan hubungan individu kepada Allah dan tanggung jawabnya di dunia. Dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, nafs sering disebut dalam berbagai konteks yang mengajak manusia untuk merenungi, memahami, dan mengelolanya.

Makna Nafs dalam Al-Qur'an

Kata nafs dalam Al-Qur'an memiliki beberapa makna, tergantung pada konteksnya, antara lain:

1. Diri atau Individu
Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu membunuh jiwa (nafs) yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar..."
(QS. Al-Isra: 33)
Di sini, nafs berarti individu atau diri manusia.

2. Ruh atau Jiwa
Al-Qur'an juga menyebut nafs sebagai bagian dari manusia yang bersifat ruhani dan menjadi inti dari kehidupan.
"Setiap jiwa (nafs) akan merasakan mati..."
(QS. Ali 'Imran: 185)

3. Kondisi Psikologis atau Nafsu
Dalam beberapa ayat, nafs mengacu pada dorongan batin yang bisa berupa dorongan positif atau negatif, seperti keinginan, hawa nafsu, atau motivasi moral.
"Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu (nafs) itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku..."
(QS. Yusuf: 53)

Tingkatan Nafs dalam Islam

Dalam tafsir dan ajaran Islam, nafs sering dikategorikan menjadi tiga tingkatan berdasarkan sifat dan hubungannya dengan kebaikan atau keburukan:

1. Nafs Ammarah (Jiwa yang Memerintahkan kepada Keburukan)
"...Sesungguhnya nafsu (nafs) itu selalu menyuruh kepada kejahatan..."
(QS. Yusuf: 53)
Tingkatan ini menunjukkan jiwa yang dikuasai oleh hawa nafsu, keinginan duniawi, dan kecenderungan kepada dosa.

2. Nafs Lawwamah (Jiwa yang Mencela Diri Sendiri)
"Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu menyesali dirinya (nafs lawwamah)."
(QS. Al-Qiyamah: 2)
Jiwa ini mulai sadar akan kesalahan dan cenderung introspektif. Orang dengan nafs ini sering merasa bersalah ketika melakukan dosa dan berusaha untuk memperbaiki dirinya.

3. Nafs Muthmainnah (Jiwa yang Tenang)
"Wahai jiwa yang tenang (nafs muthmainnah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya."
(QS. Al-Fajr: 27-28)

Ini adalah tingkatan tertinggi, di mana jiwa berada dalam kedamaian, tunduk sepenuhnya kepada Allah, dan senantiasa berada dalam ketaatan.

Ajakan Berpikir tentang Nafs dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah

1. Merenungi Hakikat Nafs
Al-Qur'an mengajak manusia untuk berpikir tentang siapa dirinya dan apa tugasnya di dunia.
"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"
(QS. Adz-Dzariyat: 20-21)
Ayat ini mengarahkan manusia untuk mengamati diri, termasuk hakikat jiwa dan hubungan spiritualnya dengan Allah.

2. Memahami Kelemahan Nafs
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Musuhmu yang paling besar adalah nafsumu sendiri yang berada di antara kedua lambungmu."
(HR. Al-Baihaqi)
Hadis ini menegaskan bahwa musuh terbesar manusia bukanlah faktor eksternal, tetapi dorongan buruk dari dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, Islam mengajarkan pentingnya mujahadatun nafs (perjuangan melawan nafsu).

3. Membersihkan dan Menyucikan Nafs
"Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya."
(QS. Asy-Syams: 9-10)
Ayat ini menjadi dasar penting dalam konsep tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), yang mencakup upaya mendekatkan diri kepada Allah, menjauhi maksiat, dan memperbanyak amal kebaikan.

4. Mengendalikan Nafs untuk Mendekat kepada Allah
"Adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh, surga lah tempat tinggalnya."
(QS. An-Nazi'at: 40-41)
Ayat ini mengajarkan pentingnya pengendalian diri untuk mencapai keberuntungan di akhirat.

Penerapan Ajakan Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam Kehidupan

1. Introspeksi Diri
Merenungi dan mengevaluasi kondisi jiwa adalah langkah awal untuk memperbaiki hubungan dengan Allah. Kebiasaan muhasabah (introspeksi) membantu seseorang mengenali kelemahan dirinya.

2. Mengelola Emosi dan Hawa Nafsu
Islam mengajarkan keseimbangan, tidak menekan nafsu secara berlebihan tetapi juga tidak membiarkannya menguasai diri. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Bukanlah orang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya saat marah."
(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Mengutamakan Tazkiyatun Nafs
Membersihkan hati dari sifat buruk seperti sombong, iri hati, dan hasad adalah bagian dari perjalanan spiritual menuju nafs muthmainnah.
4. Memperkuat Hubungan dengan Allah
Shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur'an adalah sarana untuk menenangkan jiwa dan mengokohkan hubungan dengan Allah.

Pemahaman mendalam tentang nafs berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah memberikan panduan bagi setiap Muslim untuk memahami dirinya, mengendalikan dorongan negatif, dan mengarahkan jiwa menuju kedekatan kepada Allah.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update