Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mewaspadai Pesantren Lintas Agama: Inikah Agenda Pluralisme dan Moderasi Beragama yang Merusak Bangsa?

Rabu, 04 Desember 2024 | 13:11 WIB Last Updated 2024-12-04T06:11:47Z

TintaSiyasi.id-- Adanya pesantren lintas agama cukup meresahkan publik. Pasalnya potensi pencampuradukkan agama bisa terjadi jika pesantren tersebut ada. Begitu pun tanggapan dari Prof. K.H.Yahya Zainul Ma'arif, Lc., M.A., Ph.D. yang kerap disapa Buya Yahya dalam YouTube Al Bahjah TV (24-11-2024) menyampaikan, pernyataan semua agama benar itu keliru. Lebih baik, katanya, dengan tegas menyatakan semua agama beda karena memang memiliki konsep keimanan yang berbeda dan cukup dilakukan toleransi dengan menghargai keyakinan agama lain. Tidak perlu mencampuradukkan semua agama, justru ini berpeluang menimbulkan perpecahan bangsa. 

Begitu dengan ulama aswaja K.H. Yasin Muthohar mengatakan dalam akun instagramnya, pesantren lintas agama berpotensi menjadi wasilah kekufuran. Ustaz Alfian Tanjung seorang ulama dan akademisi dalam YouTube Ustadz Alfian Tanjung (13-11-2024) pun menduga upaya peleburan semua agama menjadi satu agama adalah agenda zionis dan paganis. Adanya pesantren lintas agama juga memungkinkan terjadinya peleburan semua agama dan ini bentuk penistaan agama. 

Beberapa ulama mengkritisi pesantren lintas agama karena memang beberapa waktu yang lalu viral berdirinya pesantren lintas agama di Wates, Kediri, Jawa Timur. Aktivitas pelajaran di Pesantren Jatidiri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara di Persada Soekarno Ndalem Pojok Soekarno di Wates Kabupaten Kediri mulai berjalan Sabtu (02-11-2024). Sekitar 280 calon guru pendidik menerima pelajaran Jati Diri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara Menuju Dunia.

Ketua Pembangunan Pesantren Jati Diri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara R.M. Suhardono mengatakan, program yang baru berjalan adalah pembekalan bagi para calon guru pendidik yang digelar 1—2 November 2024. Pesantren kebangsaan lintas agama yang selesai dibangun ini merupakan persembahan untuk bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guna mendidik generasi bangsa agar tidak melupakan jati diri bangsa Indonesia. (Kediriapik.com, 2-11-2024)

Pluralisme yang menganggap semua agama sama adalah paham sesat yang bisa mengikis akidah umat IsIam. Faktanya, semua agama tidak bisa disamakan. Begitu pun dengan paham moderasi beragama, telah mempromosikan cara beragama yang setengah-setengah dan sebatas mengambil jalan tengah. Padahal umat Islam diperintahkan masuk ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah) tidak boleh setengah-setengah.

Membedah Salah Kaprah Konsep Pesantren Lintas Agama

Terlepas dari pelaksanaan pesantren lintas agama tersebut seperti apa. Titik kritisnya adalah, pertama, pluralisme adalah ajaran yang menyimpang dan menyecoh umat Islam. Tidak boleh umat Islam meyakini semua agama benar karena ini merusak fondasi keimanan umat Islam. Kedua, begitu pun dengan paham moderasi beragama yang hari ini santer dikampanyekan Barat di tengah-tengah umat Islam. Bahkan, banyak negeri-negeri muslim menelan mentah-mentah paham ini. 

Moderasi beragama mengajarkan beragama tidak secara ekstrem dan saling menghargai. Namun, pada faktanya doktrin moderasi beragama adalah setengah-setengah dalam berislam dan memaksa umat Islam ikut-ikutan dalam peribadahan mereka supaya dicap toleran. Sehingga dalam praktiknya banyak umat Islam yang offside dalam mengaplikasikan konsep teloransi. 

Ketiga, soal mewujudkan perdamaian dengan pesantren lintas agama. Tujuan pendirian pesantren lintas agama katanya untuk mewujudkan perdamaian dunia tetapi berbicara soal mewujudkan perdamaian dunia tidak cukup dengan membangun sekolah. Namun, harus membangun konsep perdamaian yang benar itu seperti apa. Perdamaian tercipta cukup dengan memahami konsep surah Al-Kafirun ayat 7: lakum dinukum waliyadin (untukmu agamamu dan untukku agamaku). Tidak perlu mencampuradukkan semua agama. 

Kerukunan antara umat beragama memang harus dijaga, tetapi tidak dengan membangun pondok pesantren lintas agama. Pembangunan pesantren lintas agama jelas salah kaprah dan tidak mampu berkorelasi terhadap perdamaian dunia. Kenyataannya, yang memicu permusuhan dan peperangan di dunia ini adalah penerapan sistem sekuler kapitalisme yang mengakomodasi keserakahan dan penjajahan di dunia ini.

Bagaimana muslim Palestina dijajah dan digenosida? Bagaimana muslim Rohingya dibantai, diusir dari tanah kelahirannya sampai terlunta-lunta, dan mati di tengah lautan? Bagaimana muslim Xinjiang mendapatkan intimidasi yang kejam dari rezim Cina karena keimanannya? Bagaimana muslim di dunia mendapatkan stigma teroris dan radikal yang dipropagandakan Barat? Mungkinkah gonjang-ganjing dunia ini bisa diselesaikan dengan pesantren lintas agama? Tentu tidak bisa sedangkal itu memahami kekacauan di dunia ini. 

Fiks, yang menghancurkan perdamaian dan kedamaian dunia adalah ideologi kapitalisme sekuler yang dipimpin Barat. Untuk menciptakan perdamaian dan kerukunan dunia, baik umat antarbangsa, antar-ras, antar suku, dan antarumat beragama adalah dengan penerapan syariat Islam secara keseluruhan. Karena syariat Islam berisi aturan yang lengkap dan mampu mendatangkan rahmat untuk seluruh alam, tidak hanya untuk umat Islam, tetapi seluruh umat manusia dan semesta.

Dampak Pesantren Lintas Agama terhadap Akidah Umat Islam

Menyorot upaya pendirian pesantren lintas agama ada beberapa hal yang berpotensi mengancam dan membahayakan akidah kaum muslim. Pertama, ada upaya mencampuradukkan kelima agama. Bentuk menghargai keyakinan orang lain adalah dengan membiarkannya beribadah sesuai keyakinannya. Namun, ada upaya toleransi kebablasan yang berimbas pada pemaksaan umat Islam untuk turut andil dan berkontribusi dalam ibadah dan pelajaran keyakinan agama lain.

Kedua, ada upaya mengukuhkan pluralisme, yakni paham yang menganggap semua agama benar dan tidak boleh ada agama yang merasa paling benar ataupun superior. Bagaimana pesantren lintas agama bisa memberikan bekal tsaqafah Islam yang paripurna jika santrinya lintas agama? Jangan-jangan pembahasan tentang kaum kafir dihapus, karena dianggap tidak toleran. Bagaimana bisa tercipta bangunan akidah yang kuat, jika santrinya dijejali pluralisme? Ini yang patut dipertanyakan. 

Ketiga, deislamisasi dan pemurtadan terselubung. Masyarakat yang plural itu adalah keniscayaan, tetapi menganggap semua agama benar adalah agenda hitam untuk mengeluarkan umat Islam dari keyakinannya. Umat Islam diajak untuk ragu-ragu dengan akidahnya sendiri, meyakini semua agama benar, dan semua Tuhan itu sama saja. Inilah yang berpeluang besar terjadi pemurtadan terselubung dan terjadinya deislamisasi. 

Keempat, ada upaya sinkretisme berdalih persatuan. Sinkretisme adalah perpaduan dari beberapa aliran atau paham yang berbeda untuk mencari keseimbangan dan keserasian. Mereka bisa jadi berupaya menyeimbangkan dan menyatukan kelima agama dengan membangun pesantren lintas agama. Padahal setiap agama butuh pendalaman agama, ruang pembahasan, dan privasi masing-masing. Mengapa dipaksa harus bercampur? Khawatirnya, dalam praktiknya akan terjadi sinkretisme dan akhirnya menciptakan agama baru yang menyimpang dari jalannya. 

Kelima, penguatan profil moderasi beragama. Seolah-olah memang umat Islam disekularisasi dengan diksi moderasi beragama. Mereka mengatakan, moderasi beragama adalah berislam yang tidak ekstrem dan berlebihan. Lha ini diksi apa? Diksi yang disematkan kepada muslim yang meyakini IsIam secara kafah. Sengaja, mereka ingin menciptakan umat Islam yang imannya setengah-setengah, ketaatannya prasmanan berdasarkan mana yang disuka, dan tidak PD dengan Islam. 

Sudah selayaknya pesantren lintas agama ini dibatalkan dan ditolak oleh seluruh elemen masyarakat, karena berbahaya dan berpotensi akan timbul banyak masalah. Lebih baik mendirikan pesantren fokus saja pada satu keyakinan dan tidak perlu lintas agama. Patut diduga, hal ini adalah upaya promosi keyakinan non-muslim, membuat muslim tidak memiliki pemahaman Islam yang jelas, dan membuat makin sekuler karena bias konsep pesantren lintas agama.

Strategi Islam dalam Membangun Pesantren yang Lurus dan Benar

Pondok pesantren adalah kawah candradimuka santri untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan Islam yang menyeluruh. Selain menanamkan akidah Islam yang kuat, di pesantren para santri juga dibiasakan untuk menghidupkan amalan-amalan sunah. Harapannya, setelah lulus dari pesantren, santri memiliki bangunan kepribadian Islam yang tangguh dan berpengaruh di tengah-tengah masyarakat.

Begitulah seharusnya gambaran pesantren yang benar dalam Islam. Hal tersebut, tidak mungkin tercipta, jika pemerintah masih menerapkan sistem sekulee seperti hari ini. Penting mengaktivasi fungsi pesantren dalam mencetak generasi Islam dengan menerapkan Islam secara keseluruhan dalam bingkai khilafah. 

Berikut pandangan Islam terhadap pendidikan di pesantren yang sesungguhnya. Pertama, dalam pesantren hal yang menjadi visi utama adalah mambangun fondasi akidah yang kuat dan membekali dengan tsaqafah yang mengantarkan mereka memiliki karakter Islam yang tangguh.

Tugas utama seorang santri di pondok pesantren adalah mempelajari ajaran agama secara mendalam, seperti Al-Qur'an, hadis, fiqih, akidah, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Mereka wajib mengikuti pelajaran-pelajaran agama Islam yang diajarkan oleh para ustaz atau kiai. Seandainya akan diajarkan tsaqafah asing, tentunya diajarkan untuk membongkar kebobrokan dan kebusukannya. 

Kedua, pesantren memiliki kurikulum pendidikan Islam yang bisa mencetak dan mendisiplinkan santri kaya akan tsaqafah Islam dan rajin dalam mengamalkan ibadah-ibadah sunah. Memberikan tsaqafah dan pembiasaan menjadi pembelajar hingga ulama.

Ketiga, jika dalam pesantren ada tambahan ilmu sains dan teknologi atau mata pelajaran umum yang diajarkan. Tentunya semua diajarkan setelah akidah mereka kuat, sehingga tujuan mereka belajar ilmu tersebut adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Begitu pun terkait dengan olah raga, seperti memanah, berkuda, berenang, dan lain sebagainya bisa masuk dalam kurikulum pesantren demi sinergitas membangun kekuatan fisik para santri. 

Dalam institusi khilafah, pesantren tidak bekerja sendirian dalam mencetak generasi muslim yang unggul. Namun, khilafah memiliki perangkat aturan yang lengkap dan sempurna untuk mewujudkan itu semua. Penjagaan akidah, akal, dan jiwa benar-benar tampak komprehensif ketika sistem Islam diterapkan di segala aspek kehidupan. Walaupun kondisi masyarakat dalam negara Islam (khilafah) plural, tetapi perdamaian dapat terwujud. 

Oleh karena itu, untuk menciptakan perdamaian dunia tidak lain dan tidak bukan adalah dengan menerapkan sistem Islam secara keseluruhan dalam naungan Khilafah Islamiah. Hanya dengan mengembalikan penerapan Islam dalam bingkai khilafah, keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran dapat diwujudkan. Selain itu, perdamaian antara umat beragama, ras, suku, maupun bangsa dapat terwujud harmonis.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. 

Pluralisme yang menganggap semua agama sama adalah paham sesat yang bisa mengikis akidah umat IsIam. Faktanya, semua agama tidak bisa disamakan. Begitu pun dengan paham moderasi beragama, telah mempromosikan cara beragama yang setengah-setengah dan sebatas mengambil jalan tengah. Padahal umat Islam diperintahkan masuk ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah) tidak boleh setengah-setengah.

Sudah selayaknya pesantren lintas agama ini dibatalkan dan ditolak oleh seluruh elemen masyarakat, karena berbahaya dan berpotensi akan timbul banyak masalah. Lebih baik mendirikan pesantren fokus saja pada satu keyakinan dan tidak perlu lintas agama. Patut diduga, hal ini adalah upaya promosi keyakinan non-muslim, membuat muslim tidak memiliki pemahaman Islam yang jelas, dan membuat makin sekuler karena bias konsep pesantren lintas agama.

Dalam institusi khilafah, pesantren tidak bekerja sendirian dalam mencetak generasi muslim yang unggul. Namun, khilafah memiliki perangkat aturan yang lengkap dan sempurna untuk mewujudkan itu semua. Penjagaan akidah, akal, dan jiwa benar-benar tampak komprehensif ketika sistem Islam diterapkan di segala aspek kehidupan. Walaupun kondisi masyarakat dalam negara Islam (khilafah) plural, tetapi perdamaian dapat terwujud. 

Oleh. Ika Mawarningtyas (Direktur Mutiara Umat Institute)

MATERI KULIAH ONLINE UNIOL 4.0 DIPONOROGO. Rabu, 4 Desember 2024. Di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.
#LamRad #LiveOpperessedOrRiseAgainst

Opini

×
Berita Terbaru Update