TintaSiyasi.id-- Dalam Islam, orang yang berakal (atau yang disebut juga sebagai 'ulul albab' dalam Al-Qur'an) memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat penting. Akal adalah anugerah Allah yang membedakan manusia dari makhluk lain, dan dengan akal, manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Berikut adalah beberapa tugas utama orang yang berakal dalam Islam:
1. Menggunakan Akal untuk Memahami Ayat-ayat Allah
Orang yang berakal dituntut untuk merenungi dan memahami ayat-ayat Allah, baik yang terdapat dalam Al-Qur'an maupun tanda-tanda-Nya di alam semesta. Dalam beberapa ayat, seperti di Surah Al-Imran ayat 190-191, Allah berfirman bahwa orang-orang yang berakal adalah mereka yang memikirkan penciptaan langit dan bumi, serta berzikir kepada Allah. Mereka mengamati dan menyimpulkan bahwa semua ciptaan itu bukanlah sia-sia, tetapi memiliki tujuan.
2. Menjaga Amanah dan Tanggung Jawab
Orang yang berakal harus menjaga amanah yang diberikan kepadanya, baik amanah agama, sosial, maupun pribadi. Dalam Islam, seorang Muslim harus menunaikan tanggung jawabnya sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, termasuk dalam hal ibadah, keluarga, pekerjaan, dan pergaulan dengan sesama. Akal harus digunakan untuk mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan, karena setiap amanah akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
3. Berbuat Kebaikan dan Menjauhi Keburukan
Dengan kemampuan akal, seorang Muslim dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan buruk. Tugas orang yang berakal adalah mengarahkan dirinya pada kebaikan, meninggalkan kemaksiatan, dan membantu orang lain untuk juga berbuat baik. Al-Qur’an juga sering menyebut pentingnya akal untuk menghindari dosa dan keburukan.
4. Menuntut Ilmu
Orang yang berakal dalam Islam adalah mereka yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabda bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dengan ilmu, seorang Muslim dapat memahami agamanya dengan benar, memaksimalkan potensi akalnya, dan memperbaiki masyarakat.
5. Berzikir dan Mengingat Allah
Orang yang berakal adalah mereka yang tidak hanya menggunakan akal untuk urusan duniawi, tetapi juga menggunakannya untuk mengingat Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Mereka selalu sadar bahwa ada Tuhan yang menciptakan mereka dan yang akan meminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan mereka. Oleh karena itu, mereka memperbanyak zikir dan mendekatkan diri kepada Allah.
6. Bersikap Bijaksana dalam Mengambil Keputusan
Islam sangat menganjurkan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Orang yang berakal harus mempertimbangkan segala aspek secara matang, termasuk dampaknya terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Akal seharusnya digunakan untuk mengambil keputusan yang membawa maslahat dan menghindari kemudaratan.
7. Menjadi Teladan yang Baik
Orang yang berakal bertanggung jawab untuk menjadi teladan yang baik dalam akhlak, etika, dan perbuatan. Dalam Islam, sikap teladan ini bukan hanya menjadi ibadah pribadi tetapi juga menjadi contoh bagi orang lain dalam menjalankan kehidupan sesuai ajaran Islam.
8. Menyampaikan Kebenaran dan Mencegah Kemungkaran
Tugas orang yang berakal juga termasuk menyampaikan kebenaran dan meluruskan kesalahan di masyarakat. Seorang Muslim harus menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan cara yang baik, sebagaimana yang diperintahkan dalam Al-Qur’an, misalnya dalam Surah Ali Imran ayat 104.
Kesimpulan
Orang yang berakal dalam Islam memiliki tugas penting untuk menjaga diri dan lingkungannya dalam kebaikan. Mereka tidak hanya menggunakan akal untuk kepentingan duniawi tetapi juga sebagai jalan menuju kehidupan yang diridhai Allah. Dengan memenuhi tanggung jawab ini, seorang Muslim dapat mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah dan memberikan manfaat bagi umat manusia secara keseluruhan.
Menyiapkan Bekal untuk Kembali Ke kampung Akherat. Mencari biaya untuk kehidupan dunia. Mencari kenikmatan dengan cara halal.
Dalam Islam, kehidupan di dunia ini dipandang sebagai perjalanan sementara menuju kehidupan abadi di akhirat. Oleh karena itu, seorang Muslim dianjurkan untuk senantiasa menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat, tetapi tetap menjalani kehidupan dunia dengan baik dan penuh tanggung jawab. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa aspek penting dalam menjalani kehidupan dunia dan menyiapkan bekal untuk akhirat:
1. Menyiapkan Bekal untuk Kembali ke Kampung Akhirat
Kehidupan di dunia hanyalah tempat persinggahan sementara untuk mengumpulkan bekal berupa amal kebaikan yang akan dibawa ke akhirat. Menurut ajaran Islam, menyiapkan bekal untuk akhirat melibatkan beberapa hal berikut:
• Melaksanakan Ibadah dengan Konsisten: Ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, dan haji (jika mampu) adalah pilar utama dalam menyiapkan bekal akhirat. Ibadah-ibadah ini tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah tetapi juga membersihkan hati dan jiwa.
• Mengamalkan Akhlak Mulia: Selain ibadah wajib, bekal akhirat juga bisa diperoleh dari amal saleh sehari-hari seperti berkata jujur, menjaga amanah, berlaku adil, dan menjauhi perilaku tercela. Akhlak yang baik merupakan cerminan dari keimanan seseorang.
• Berbuat Kebaikan kepada Sesama: Islam mengajarkan bahwa kebaikan kepada sesama manusia, baik berupa sedekah, menolong orang lain, atau menjaga hubungan silaturahmi, adalah amal yang berpahala besar. Bekal ini akan sangat bermanfaat di akhirat nanti.
• Memperbanyak Dzikir dan Doa: Berdzikir kepada Allah dan berdoa dengan tulus juga merupakan bekal untuk akhirat, karena dzikir mengingatkan manusia akan tujuan hidupnya dan menambah kedekatan dengan Allah.
2. Mencari Biaya untuk Kehidupan Dunia
Dalam Islam, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencari nafkah yang halal adalah bagian dari ibadah jika dilakukan dengan niat yang baik. Berikut adalah beberapa cara yang dianjurkan dalam mencari nafkah di dunia:
• Bekerja dengan Jujur dan Amanah: Allah memerintahkan umat Islam untuk bekerja dengan cara yang jujur dan amanah, serta menjauhi segala bentuk penipuan, kecurangan, atau eksploitasi. Allah menyukai orang yang bekerja keras dan jujur dalam mencari nafkah.
• Menghindari Riba dan Hal-hal Haram: Dalam mencari nafkah, umat Islam diwajibkan untuk menjauhi riba dan praktik bisnis yang diharamkan. Islam melarang segala bentuk penghasilan yang tidak jujur atau berbahaya bagi orang lain, seperti perjudian, penipuan, atau eksploitasi.
• Mencari Keberkahan dalam Rezeki: Islam menganjurkan untuk mencari nafkah dengan cara-cara yang diridhai Allah, karena rezeki yang halal membawa keberkahan. Selain itu, menjaga kejujuran dalam bekerja, menyisihkan sebagian rezeki untuk sedekah, dan membantu orang lain juga dapat menambah keberkahan.
• Menghindari Kecanduan Harta: Meskipun mencari nafkah adalah bagian penting dari kehidupan dunia, Islam mengajarkan untuk tidak terlalu mencintai harta hingga melupakan kewajiban terhadap Allah. Segala harta yang kita miliki hanyalah titipan, dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
3. Mencari Kenikmatan dengan Cara Halal
Islam tidak melarang umatnya untuk menikmati kehidupan dunia, asalkan dilakukan dengan cara yang halal dan tidak berlebihan. Berikut adalah beberapa prinsip untuk meraih kenikmatan hidup yang diridhai Allah:
• Menggunakan Rezeki dengan Bijak: Kenikmatan yang diperoleh dari rezeki halal lebih berkah dan menenangkan hati. Rasulullah SAW mengajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, serta menggunakan rezeki untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, dan orang lain.
• Menjaga Keseimbangan dalam Kenikmatan Dunia: Islam mengajarkan untuk menjaga keseimbangan dalam mengejar kenikmatan dunia, tanpa melupakan persiapan untuk akhirat. Manusia diperbolehkan untuk menikmati makanan, pakaian, rumah, dan hiburan asalkan tidak melanggar ajaran Islam dan tidak melalaikan kewajiban.
• Menjauhi yang Haram dan Maksiat: Meskipun ada banyak cara untuk menikmati hidup, Islam menetapkan batasan tertentu. Menghindari segala bentuk maksiat dan perbuatan yang haram adalah bentuk pengendalian diri yang diajarkan Islam untuk melindungi diri dari kesengsaraan dunia dan akhirat.
• Memperbanyak Rasa Syukur: Rasa syukur adalah kenikmatan yang besar, dan Islam sangat menekankan pentingnya bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan. Rasa syukur ini tidak hanya dinyatakan dengan lisan, tetapi juga dengan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan.
Kesimpulan
Dalam Islam, menyiapkan bekal untuk akhirat, mencari nafkah di dunia, dan meraih kenikmatan hidup harus dilakukan dengan seimbang dan penuh tanggung jawab. Bekal untuk akhirat akan mengarahkan seorang Muslim pada kebahagiaan yang abadi, sementara usaha mencari nafkah dan kenikmatan halal akan membawa ketenangan dan keberkahan dalam hidup di dunia. Dengan cara ini, seorang Muslim dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki dan mendapatkan ridha Allah di dunia dan akhirat.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo