Tintasiyasi.id.com -- Akhir-akhir ini marak kasus perceraian baik dikalangan masyarakat biasa maupun influencer. Banyak faktor seseorang memutuskan bercerai mulai dari kdrt baik suami memukul istri atau sebaliknya, ketagihan judi online, terlilit pinjaman online, himpitan ekonomi ,ditambah perselingkuhan yang berujung zina.
Pada akhirnya membuat orang berpikir lebih baik berpisah, namun apakah dengan berpisah hidup lebih baik? Atau sebaliknya. Jika sudah memiliki anak bagaimana dengan kondisi anak?
Fenomena tersebut membuat sebagian orang takut menikah bahkan ada istilah marriage is scary, tidak jarang banyak anak muda yang memilih untuk tidak menikah, ada juga yang waithood lebih memilih karir dan pendidikan ketimbang menikah, jika pun menikah mereka ingin free child. Tentu saja ini berimbas pada angka pernikahan turun.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Laporan Statistik Indonesia 2024 mencatat, angka pernikahan pada 2023 sebanyak 1.577.255. Angka pernikahan pada 2023 ini turun sebanyak 128.093 dibanding tahun sebelumnya, yakni 1.705.348 angka pernikahan pada 2022. (18/9/2024).
Sebenarnya apa yang terjadi dengan dunia pernikahan? Apakah menikah tidak memberikan kebahagiaan? Tentu saja banyak kebahagiaan dan keberkahan yang didapat, namun tidak pernah disorot, yang disoroti hanya sisi buruk saja. Tentu ini tidak adil.
Seharusnya fenomena tersebut menjadikan kita yang belum menikah untuk tidak takut menikah, namun mempersiapkan lebih matang, dengan cara mencari ilmu, memperbaiki kualitas ibadah. Karena pernikahan adalah pembelajaran seumur hidup, seharusnya dipersiapkan sebaik mungkin. Bukan hanya segi finansial namun dari mental, kontrol emosi, visi pernikahan, kesehatan, dan lainnya.
Sehingga ketika menghadapi masalah bukan sedikit-sedikit cerai, namun bagaimana caranya mempertahankan rumah tangga ini sampai ke jannah, memang setan selalu menggoda manusia termasuk mereka yang sudah menikah, setan berusaha memisahkan mereka. Di sinilah dibutuhkan keimanan dalam menghadapi setiap permasalahan.
Oleh karena itu menikah bukan sekadar menikah, dibutuhkan support sistem dari keluarga, lingkungan, yang terpenting dari, negara harus mempersiapkan generasinya untuk menikah, dimulai dari menjaga kesehatan tubuh dan mental, memberikan lapangan pekerjaan bagi laki-laki, memudahkan urusan pernikahan bukan mempersulit dengan berbagai aturan adat dan lainnya.
Tidak seperti saat ini ketika anak muda sudah siap menikah namun terbebani berbagai macam seperti masalah adat yang bertentangan dengan hukum syarak, kondisi keuangan belum stabil, manajemen waktu, manajemen konflik dan lainnya.
Oleh karena itu jangan takut menikah, menikah adalah sunnah Rasulullah, menggenapkan separuh agama, sehingga diharapkan anak muda sekarang serius mempersiapkan pernikahan yang sakinah mawadah warahmah until jannah.[]
Oleh: Alfia Purwanti
(Analis Mutiara Umat Institute)