Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Peran Gen Z dalam Perjuangan Menegakkan Islam Kaffah

Minggu, 24 November 2024 | 15:57 WIB Last Updated 2024-11-24T08:57:35Z

TintaSiyasi.id -- Belakangan topik perbincangan mengenai generasi Z (gen Z) semakin menarik, terlebih terkait karakteristik dan tantangan hidup yang dimiliki generasi ini. Di tengah berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia, nyatanya gen Z pun tak luput dari himpitan persoalan kehidupan. Mereka menghadapi berbagai tantangan unik yang secara signifikan mempengaruhi kehidupan mereka.

Persoalan yang harus dihadapi Gen Z saat ini beberapa di antaranya adalah mahalnya UKT, dan sulitnya mencari pekerjaan, mengutip Cnbcindonesia.com (29/10/2024), mengatakan "Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nyaris 10 Juta Gen Z Indonesia menganggur," hal ini akibat sulitnya lapangan pekerjaan dan tidak adanya kecocokan antara keahlian (skill) dan kebutuhan pasar kerja.

Permasalahan lain yang dihadapi Gen Z seperti ketidakstabilan emosi, pergaulan bebas, kecanduan internet yang menyebabkan penurunan produktivitas, degradasi moral, belum lagi terkait isu mental health yang dimiliki, dll. Bahkan dari itu semua, muncullah istilah generasi strawberry untuk menggambarkan generasi (khususnya Gen Z) yang dianggap rapuh. 

Namun perlu dipahami bahwa di balik itu semua terdapat potensi besar dalam diri Gen Z. Jika kita lihat di negeri ini, Gen Z menempati 29% dari populasi masyarakat yang ada. Bahkan Gen Z merupakan 30% dari populasi dunia, dan dianggap sebagai generasi yang akan mendominasi dunia kerja pada tahun 2025. Itu artinya Gen Z akan menjadi aset bahkan generasi emas di masa mendatang, jika potensi generasi ini dibentuk dan dikelola dengan baik.

Potensi lain yang dimiliki generasi ini adalah: Multitasking atau dapat melakukan banyak hal dalam satu, mereka dikenal menghargai otonomi, memiliki intelektual yang baik, lebih terbuka terhadap segala sesuatu, memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang lebih, memiliki motivasi tinggi terhadap suatu hal, mengedepankan transparansi, menyukai tantangan, dan fokus pada keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi. Potensi-potensi ini tentu harus diarahkan kearah yang tepat untuk menjadikan mereka sebagai generasi gemilang. 


Dibajak Kapitalisme Sekuler

Gen Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga awal 2012-an, merupakan kelompok yang tumbuh dan berkembang di era digital yang sudah maju. Gen Z juga sering disebut generasi "digital native" (penduduk asli digital) karena mereka tumbuh dengan teknologi yang tertanam dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari smartphone, internet, dan media sosial hingga hingga kecerdasan buatan.

Namun sayangnya, dunia saat ini masih ada dalam cengkraman kapitalisme-sekuler yang mengedepankan kepentingan materi dan memisahkan agama dari kehidupan, sehingga tak ayal menciptakan orang-orang yang pragmatis dan jauh dari pemahaman agama. 

Begitupun dengan Gen Z, kapitalisme sekuler telah membajak potensi yang dimiliki generasi, sehingga tak sedikit dari Gen Z yang memiliki gaya hidup yang rusak, terjebak pada sifat konsumtif, dan hedonistik. Mereka hanya fokus pada kesenangan dunia. Ini lah buah dari pendidikan sekuler, yang sukses mencetak generasi dengan materi oriented. 

Di sisi lain, kedekatan generasi ini dengan dunia digital, membawa mereka pada tren FOMO (fear of missing out) untuk sekadar eksistensi di kalangan mereka, bahkan tak sedikit pula yang nir empati akibat moral yang terdegradasi. 

Pandangan kapitalisme telah sukses membelokkan generasi muda yang seharusnya menjadi tumpuan harapan bangsa menjadi generasi yang mengemban paham sekuler yang memisahkan kehidupan dengan agama. Agama hanya diletakkan pada ranah privasi yang menjadi pilihan boleh diambil atau tidak. Terkhusus generasi muda Muslim saat ini yang seolah kehilangan tujuan hakikinya untuk menghamba dan mengharap ridho Allah, sebaliknya mereka hidup hanya untuk mencari kepuasan dan kebahagiaan yang bersifat materi semata. 

Ini lah konsekuensi dari diterapkannya sistem kapitalisme sekuler yang fasad! Seandainya umat sadar seberbahaya itu sistem kehidupan yang digunakan saat ini, pasti mereka enggan dan akan mencampakkan paham kapitalisme sekuler dan ide-ide turunannya. Seandainya umat sadar bahwa ada sistem kehidupan lain (yakni Islam) yang mampu menggantikan sistem kehidupan yang rusak tersebut, pastilah mereka akan bersegera menerapkan kehidupan Islam di tengah-tengah mereka. 


Islam Selamat Potensi Generasi

Masa muda adalah masa kekuatan di antara dua kelemahan. Dua kelemahan yang dimaksud antara lain: kelemahan saat masa kanak-kanak dan kelemahan saat usia tua dan beruban.

Allah Ta'ala berfirman,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” [QS. Ar-Rum (30): 54].

Sejatinya Gen Z merupakan ujung tombak perjuangan, ia memiliki modal besar sebagai agen perubahan, termasuk membangun sistem kehidupan yang shahih. Namun sayangnya demokrasi sekuler menjauhkan generasi ini dari perubahan hakiki (Islam kaffah), padahal hanya dengan sistem Islam generasi dan umat manusia akan selamat. 

Secara historis, tersebarnya Islam di bumi ini banyak didominasi oleh para pemuda. Para pemuda dalam Islam gigih melakukan amar makruf nahi mungkar, terdepan dalam jihad fii sabilillah hingga kekuasaan Islam terus melebar tidak hanya di Jazirah Arab melainkan hingga 2/3 dunia. 

Mabda Islam sukses membentuk mereka menjadi generasi yang kuat dan berkarakter (Islam). Ini tak bisa dilepaskan dari pemahaman yang membentuk prilaku mereka.

Mereka sadar betul hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan tujuan utama mereka adalah keridhaan Allah semata. Berbekal keimanan dan ketaqwaan mereka mampu menggambarkan syurga dan neraka di pelupuk mata, sehingga mampu menjadi benteng mereka dari melakukan kemaksiatan dan memotivasi mereka dalam beramal sholih. 

Rasulullah SAW bersabda,

يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

Rabb-mu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah (kecenderungan untuk menyimpang dari kebenaran).” (HR Ahmad)

Untuk itu, generasi muda saat ini harus sadar dan bangkit dari belenggu pemikiran kapitalisme sekuler yang menyesatkan. Mereka butuh pemikiran dan pemahaman yang benar yakni Islam.

Oleh karena itu, adanya kelompok ideologis merupakan sebuah kebutuhan bagi generasi muda, mereka akan membina generasi dengan pemikiran-pemikiran yang shahih, memberikan pemahaman sehingga terbentuk kepribadian Islam dalam diri generasi. Dengan begitu, generasi mampu menyalurkan potensinya dalam membela dan membangun peradaban Islam yang mulia.

Kelompok ideologis itu harus berjuang melawan pemikiran Barat yang jelas bertentangan dengan syariat Islam. Mereka terus istiqamah untuk meraih cita-cita mereka yakni melanjutkan kembali kehidupan Islam di bumi ini dalam bingkai Daulah Khilafah. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Wiwit Irma Dewi, S.Sos.I.
Pemerhati Sosial Media

Opini

×
Berita Terbaru Update