Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jebakan Gaya Hidup Serba Materi bagi Pemuda

Sabtu, 26 Oktober 2024 | 20:11 WIB Last Updated 2024-10-26T13:11:14Z

Tintasiyasi.id.com -- I want it, I get it, I want it, I get it. I see it, I like it, I want it.

Penggalan lirik salah satu lagu hits Ariana grande ini nampaknya sangat relevan dengan lifestyle generasi muda saat ini yang konsumtif dan juga impulsif. Lokadata.id melaporkan bahwa sebanyak 78% masyarakat dari generasi milenial dan gen Z menggunakan aplikasi fintech setiap harinya seperti dompet digital, layanan pinjaman dan pembayaran digital (KOMPAS, 11/10/2024).

Hal ini memperlihatkan bahwa ada masalah serius pada generasi muda yang membuat mereka begitu mudah mengeluarkan uang tanpa berpikir panjang. Salah satu faktor yang menumbuhsuburkan lifestyle ini adalah kehadiran teknologi digital, terutama media sosial yang menjelma menjadi ruang interaksi virtual dengan berbagai konten dan visual yang begitu menarik perhatian.
 
Hal ini tanpa disadari membentuk perbandingan sosial sehingga ada dorongan bahkan tekanan untuk menjadi relevan dengan menjadi bagian dari tren yang sedang viral. 

Situasi seperti ini membuat generasi muda menjadi begitu terikat dengan media sosial dan khawatir ketika ketinggalan berita atau tren terbaru. Inilah yang mendorong munculnya fenomena FOMO (fear of missing out). 

Fenomena ini semakin meledak seiring dengan perkembangan teknologi digital. Dengan begitu fenomena ini begitu lekat pada mereka yang sering menggunakan media sosial seperti generasi Z yang memang tumbuh berdampingan dengan kecanggihan teknologi.
 
Media sosial yang awalnya digunakan untuk memudahkan komunikasi dan terhubung dengan teman dan kerabat jauh kemudian berubah menjadi ruang untuk mencari validasi. Mereka pun merasa terdesak untuk menunjukkan dan memiliki hal-hal yang mereka lihat di media sosial. 

Hal ini menjadi masalah ketika kebutuhan akan validasi sosial membuat seseorang menggadaikan banyak hal, seperti berhutang misalnya. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa lebih dari 60% dari generasi muda Indonesia memiliki Tingkat utang yang tinggi. 

Generasi milenial juga gen Z menjadi penyumbang utama kredit macet pinjaman online (pinjol) (Kompasiana,02/06/2024).
 
Tentu ini menjadi masalah yang serius karena akan berujung pada karut marutnya sistem finansial dan membuat mereka menjadi tergantung dengan utang. Mereka terjebak didalam kedangkalan gaya hidup hedonis yang menilai segala sesuatu termasuk harga diri hanya dari materi.

Haus akan validasi sehingga sibuk membangun citra diri. Sangat disayangkan jika hal ini terus berlangsung, karena mereka sebagai generasi muda memiliki potensi luar biasa untuk membangun sebuah peradaban, ditambah dengan adanya kemudahan melalui teknologi digital.

Seharusnya generasi muda ini bisa “menguasai” dunia dengan pemikiran mereka bukan malah dikuasai oleh warna warni kehidupan duniawi yang serba semu dan melemahkan pemikiran dan gerak mereka.

Dunia saat ini dikuasai oleh sistem kehidupan yang mendewakan kebebasan. Menomorsatukan kebahagiaan duniawi yang berorientasi pada kemewahan materi, yaitu sistem kapitalis sekuler.

Dalam sistem ini arah kehidupan masyarakatnya memang didorong untuk menjadi materialistis karena masyarakat tidak dilihat sebagai individu manusia melainkan hanya pasar yang menjadi target penjualan.

Maka tidak heran begitu banyak iklan-iklan dengan visual menggoda bertebaran di seluruh dunia maya dan dijajakan oleh para idola ataupun influencer yang akhirnya  membuat banyak orang ikut berlomba-lomba untuk belanja dan menjadi konsumtif. 

Masyarakat termasuk didalamnya generasi muda didorong untuk terus memenuhi keinginannya, hanyut dalam warna warni barang duniawi dan gaya hidup trendi.
 
Membuat mereka terlena dan sibuk dalam mengaktulisasikan diri melalu materi hingga mereka lupa akan jati diri mereka sebagai penerus generasi. Tanpa disadari pemikiran dan potensi generasi muda ini dibajak oleh kapitalisme.
 
Lalu bagaimana menyadarkan kembali generasi muda dari gaya hidup serba materi dan konsumtif? Tentunya permasalahan ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan memberikan literasi keuangan, tapi harus dilihat secara menyeluruh, tidak bisa diselesaikan individu per individu saja.

Karena ini sudah menyangkut masalah sistemik, yang mana memang sistem saat inilah yang menjerumuskan generasi kepada gaya hidup materialistis. Maka generasi muda membutuhkan sistem lain yang bisa menjadi Penawar dari gaya hidup ini.
 
Sistem yang lain itu adalah Islam, sebuah ideologi yang asas dasarnya adalah keimanan kepada Allah Subhanallahu wata’ala sehingga segala sesuatunya akan disandarkan kepada hukum syara’. Islam memandang bahwa generasi muda adalah agen perubahan yang memiliki potensi luar biasa untuk membentuk dan menggerakkan masyarakat dengan cara berpikirnya yang kritis, semangat dan energi yang luar biasa dan tentunya keimanan yang mengakar kuat kepada Allah ta’ala.

Oleh karena itu, sistem Islam akan memupuk potensi generasi muda sedari dini dengan pendidikan yang tidak hanya sekedar menambah ilmu tapi juga membentuk kepribadian islam yang tangguh sehingga mereka memahami peran mereka dalam kehidupan serta bisa membedakan antara yang haq dan bathil.

Mereka tidak lagi menjadi generasi yang mengalami krisis identitas diri. Mereka sibuk mengaktualisasikan diri untuk meninggikan peradaban islam dan menjemput ridho Ilahi.
 
Sistem Islam yang diadposi oleh negara Khilafah juga akan menjaga potensi generasi muda dari gaya hidup yang hanya fokus pada pemenuhan hasrat duniawi. Negara disini berperan aktif menjadi perisai bagi generasi dan melindungi mereka dari pembajakan potensi dengan memfilter arus informasi digital sehingga pemikiran-pemikiran asing yang merusak bisa segera dieliminasi.

Negara pun memiliki kewajiban untuk melakukan literasi digital sehingga generasi muda bisa berselancar didunia maya dengan bijak. Begitulah sedikit gambaran tentang sistem Islam yang akan menjaga para pemuda dan pemudi dari arus materialistis yang begitu menghisap saat ini. Wallahua’lam bishshawwab.[]

Oleh: Phihaniar Insaniputri
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update