Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ilusi Harapan di Sistem Demokrasi Kapitalisme

Minggu, 27 Oktober 2024 | 16:49 WIB Last Updated 2024-10-27T09:50:10Z
TintaSiyasi.id -- Setiap pergantian pemimpin sering dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai harapan baru akan perubahan. Mereka berharap pemimpin baru dapat membawa masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. 

Harapan ini seolah bertumpu pada sosok pemimpin sebagai individu yang dianggap mampu memperbaiki berbagai permasalahan sosial, ekonomi, hingga politik. 

Namun, apakah benar bahwa individu pemimpin menjadi faktor utama dalam mewujudkan perubahan signifikan dalam kehidupan bernegara? Ataukah ada faktor yang lebih fundamental, yaitu sistem yang menaungi kepemimpinan tersebut?

Pada dasarnya, keberhasilan kepemimpinan tidak hanya bergantung pada kemampuan individu, tetapi juga pada sistem yang diterapkan. Saat ini, kebanyakan negara di dunia, termasuk Indonesia, menganut sistem demokrasi kapitalisme. 

Meski dianggap sebagai sistem yang ideal untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebebasan, realitanya sistem ini justru menunjukkan banyak kelemahan. Demokrasi kapitalisme sering kali menciptakan ketimpangan sosial, memperkaya segelintir elit, serta memicu berbagai masalah lingkungan dan sosial. 

Sistem ini, jika ditelusuri lebih dalam, memiliki kelemahan yang mendasar, dan dalam prakteknya kerap gagal menciptakan kesejahteraan yang merata.

Kelemahan Sistem Demokrasi Kapitalisme

Demokrasi kapitalisme secara teoretis mengusung nilai-nilai kebebasan, keadilan, dan kesempatan yang sama bagi semua orang. Namun dalam praktiknya, sistem ini justru memperlihatkan ketimpangan dan eksploitasi. 

Salah satu penyebabnya adalah kapitalisme, yang menempatkan kepentingan ekonomi di atas kepentingan sosial dan kemanusiaan. Akibatnya, masyarakat menjadi terfragmentasi berdasarkan kepentingan pribadi atau kelompok, yang sering kali bertentangan dengan kesejahteraan umum. Dampaknya adalah kesenjangan ekonomi yang semakin lebar dan akses terhadap sumber daya yang tidak merata.

Selain itu, sistem demokrasi kapitalisme juga memberi ruang bagi kekuasaan uang dalam pengambilan keputusan politik. Dalam sistem ini, pemimpin sering kali didukung oleh modal besar, baik untuk kampanye maupun kegiatan politik lainnya.

Sehingga tidak jarang kebijakan yang diambil justru menguntungkan pihak yang memiliki kekuatan finansial besar. Hal ini menciptakan ketergantungan antara pemimpin dan pemodal, yang pada akhirnya mengorbankan kepentingan rakyat.

Dari sini dapat dilihat bahwa meski pergantian pemimpin terjadi, selama sistem yang digunakan masih sama, yaitu demokrasi kapitalisme, maka besar kemungkinan bahwa masalah-masalah mendasar akan tetap ada. Bagaimana pun, sistem ini cacat sejak lahir karena menempatkan kepentingan individu atau kelompok tertentu di atas kepentingan masyarakat luas. 

Akibatnya, perubahan yang diharapkan masyarakat sering kali hanya bersifat sementara, dan dalam jangka panjang masalah yang sama akan kembali muncul.

Keberhasilan Bergantung pada Sistem dan Pemimpin

Dalam konsep kepemimpinan, keberhasilan suatu negara tidak hanya ditentukan oleh kemampuan individu pemimpin, tetapi juga oleh sistem yang menjadi dasar kebijakan dan arah pemerintahan. Pemimpin yang baik akan kesulitan untuk melakukan perubahan apabila terikat pada sistem yang justru menghalangi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan. 

Dalam konteks ini, pergantian pemimpin tanpa perubahan sistem akan sulit menghasilkan perubahan yang substansial.

Sebaliknya, kebaikan dan kesejahteraan hanya akan dapat terwujud dalam naungan sistem yang benar-benar sahih. Dalam Islam, sistem yang sahih adalah sistem Islam itu sendiri, yang bersumber dari Dzat Yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT. 

Sistem Islam diyakini dapat membawa kebaikan karena aturan-aturannya berasal dari wahyu yang diturunkan langsung oleh Allah. Berbeda dengan sistem buatan manusia yang terbatas, sistem Islam dirancang untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia tanpa terkecuali.

Selain itu, penerapan aturan-aturan Allah juga diyakini akan membawa keberkahan. Berkah bukan hanya dalam bentuk materi atau kemakmuran, tetapi juga dalam bentuk ketenangan dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat. Islam mengajarkan keseimbangan antara hak individu dan kewajiban sosial.

Sehingga tercipta harmoni dalam kehidupan bersama. Hal ini berbeda dengan sistem kapitalisme, yang cenderung mengedepankan kebebasan individu dan sering kali mengabaikan kepentingan umum.

Syarat Pemimpin dalam Islam

Dalam Islam, seorang pemimpin tidak dipilih hanya berdasarkan popularitas atau kekuatan finansial semata. Islam menetapkan tujuh syarat in’iqad (kelayakan) yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin. Syarat-syarat ini mencakup keimanan, kejujuran, kecerdasan, dan kemampuan untuk menjalankan hukum Allah dengan adil. 

Dengan syarat-syarat ini, diharapkan seorang pemimpin dalam sistem Islam tidak hanya memiliki kualitas individu yang baik, tetapi juga mampu menegakkan keadilan dan melindungi rakyatnya.

Selain itu, tugas seorang pemimpin dalam Islam tidak hanya berperan sebagai kepala negara, tetapi juga sebagai pelaksana hukum Allah secara kafah (menyeluruh) dan sebagai raa’in (pengurus) serta junnah (perisai) bagi rakyatnya. Sebagai raa’in, pemimpin bertanggung jawab untuk mengurus kepentingan rakyat, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupun keamanan. 

Sementara itu, sebagai junnah, pemimpin berkewajiban melindungi rakyat dari berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan peran ini, seorang pemimpin Islam diharapkan mampu menciptakan kesejahteraan dan kedamaian bagi seluruh rakyatnya.

Perjuangan Menuju Sistem Islam

Tentu saja, penerapan sistem Islam tidak dapat diwujudkan begitu saja. Butuh perjuangan untuk mengubah sistem yang ada saat ini dan menggantinya dengan sistem yang benar-benar sahih. Perjuangan ini tidak hanya memerlukan upaya dari pemimpin atau sekelompok individu tertentu, tetapi juga membutuhkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. 

Kesadaran kolektif akan pentingnya sistem yang adil dan sahih perlu ditanamkan agar masyarakat tidak lagi terjebak dalam angan-angan perubahan yang kosong.

Perjuangan untuk mewujudkan sistem Islam juga harus dilandasi dengan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam itu sendiri. Tanpa pemahaman yang mendalam, perubahan yang diharapkan hanya akan menjadi sekadar wacana tanpa implementasi nyata. 

Dalam konteks ini, pendidikan dan dakwah memiliki peran penting dalam membangun kesadaran umat tentang pentingnya sistem Islam sebagai solusi bagi permasalahan yang dihadapi saat ini.


Oleh: Ema Darmawaty 
Praktisi Pendidikan

Opini

×
Berita Terbaru Update