Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ya Allah, Jangan Cabut Hidayah-Mu!

Minggu, 28 Juli 2024 | 22:11 WIB Last Updated 2024-07-28T15:12:13Z


TintaSiyasi.id — Ya  Allah, Jangan Cabut Hidayahmu!

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ  
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". ( QS. Ali Imran (3) : 8 )

Sobat. Sikap orang yang ilmu pengetahuannya telah mendalam, mereka selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah swt, bila mereka tidak sanggup lagi memikirkan ayat-ayat Allah. Mereka berdoa kepada Allah agar selalu dipelihara, dipimpin, diberi petunjuk, dan jangan sampai mereka tergelincir ke jalan yang sesat setelah mereka mendapat petunjuk. Dari doa mereka dipahami bahwa yang mereka mohonkan itu bukanlah semata-mata keselamatan dan kebahagiaan duniawi, tetapi juga mereka memohon kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.

Ungkapan "Ya Allah, Jangan Cabut Hidayahmu" adalah permohonan yang sangat mendalam kepada Allah SWT agar senantiasa memberikan petunjuk, bimbingan, dan kekuatan dalam menjalani kehidupan sesuai dengan jalan yang benar. Hidayah, dalam konteks ini, merujuk pada petunjuk dari Allah yang menuntun seseorang kepada jalan yang benar dan lurus, yang mengarah kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Meminta agar Allah tidak mencabut hidayah-Nya menunjukkan kesadaran akan pentingnya bimbingan Ilahi dalam setiap aspek kehidupan dan kesadaran akan ketergantungan penuh kepada Allah SWT. Permohonan ini mencerminkan rasa takut kehilangan petunjuk Allah dan harapan untuk tetap berada di jalan yang diridhai-Nya.

Doa agar Tetap Mendapat Hidayah

Berikut adalah contoh doa yang bisa diamalkan untuk memohon agar tetap dalam hidayah Allah SWT:

اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنَا فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنَا فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Artinya: "Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kami sebagaimana Engkau telah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah kesehatan kepada kami sebagaimana Engkau telah memberikan kesehatan kepada orang-orang yang Engkau beri kesehatan. Pimpinlah kami sebagaimana Engkau telah memimpin orang-orang yang Engkau pimpin. Berkahilah kami dalam apa yang Engkau karuniakan kepada kami. Lindungilah kami dari keburukan yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau yang menetapkan, bukan yang ditetapkan. Tidak akan hina orang yang Engkau pimpin, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, Tuhan kami, dan Maha Tinggi."

Doa ini merupakan bentuk ketundukan dan pengakuan akan kebesaran serta kekuasaan Allah SWT dalam menentukan nasib hamba-Nya. Semoga kita semua senantiasa berada dalam hidayah dan lindungan Allah SWT.

Hidayah menurut Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali, seorang cendekiawan Islam terkenal, memiliki pandangan mendalam tentang hidayah (petunjuk) dalam karya-karyanya. Berikut adalah beberapa aspek penting tentang hidayah menurut Al-Ghazali:

1. Definisi Hidayah
Al-Ghazali mendefinisikan hidayah sebagai petunjuk atau bimbingan dari Allah SWT yang menuntun seseorang kepada jalan yang benar dan lurus. Hidayah ini dianggap sebagai anugerah yang sangat berharga, yang membedakan orang yang mendapat petunjuk dari yang tidak.

2. Tingkatan Hidayah
Menurut Al-Ghazali, hidayah memiliki beberapa tingkatan:
• Hidayah 'Amm: Petunjuk umum yang diberikan kepada semua manusia, seperti insting dasar dan kemampuan berpikir.
• Hidayah Khass: Petunjuk khusus yang diberikan kepada orang-orang yang beriman, yang mencakup pemahaman mendalam tentang ajaran agama dan kemampuan untuk mengamalkannya dengan baik.
• Hidayah Khusus al-Khusus: Petunjuk yang sangat khusus yang diberikan kepada para nabi dan orang-orang yang sangat dekat dengan Allah, yang mencakup pengetahuan rahasia dan kedekatan spiritual yang tinggi dengan Allah SWT.

3. Sumber Hidayah
Al-Ghazali menekankan bahwa sumber utama hidayah adalah Allah SWT. Allah yang Maha Kuasa memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Petunjuk ini bisa datang melalui berbagai cara, seperti wahyu, ilham, pemahaman yang mendalam, serta pengalaman spiritual.

4. Peran Usaha Manusia
Meskipun hidayah berasal dari Allah, Al-Ghazali juga menekankan pentingnya usaha manusia dalam mencarinya. Manusia harus berusaha keras untuk mendapatkan hidayah melalui ibadah, pembelajaran, dan refleksi diri. Usaha ini mencerminkan kerendahan hati dan keinginan yang kuat untuk dekat dengan Allah.

5. Penghalang Hidayah
Al-Ghazali juga berbicara tentang penghalang-penghalang hidayah, yang meliputi:
• Dosa dan maksiat: Tindakan yang melanggar perintah Allah dapat menghalangi seseorang dari mendapatkan hidayah.
• Kesombongan: Sikap sombong dan merasa cukup tanpa petunjuk Allah bisa menjadi penghalang besar.
• Kebodohan: Kurangnya pengetahuan dan keengganan untuk belajar tentang ajaran agama bisa menghalangi seseorang dari mendapatkan hidayah.

6. Pentingnya Hidayah dalam Kehidupan
Bagi Al-Ghazali, hidayah adalah kunci utama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tanpa hidayah, seseorang akan tersesat dan tidak dapat mencapai tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai ridha-Nya.

Pandangan Al-Ghazali tentang hidayah sangat komprehensif dan menekankan betapa pentingnya petunjuk dari Allah dalam kehidupan seorang Muslim. Hidayah adalah anugerah yang harus dicari dengan usaha keras, doa, dan kerendahan hati, serta dijaga dari berbagai penghalang yang bisa menjauhkan seseorang darinya.

Barang siapa yang merasakan nikmatnya dekat dengan Allah, maka dia akan takut jauh dari-Nya.

Ungkapan "Barangsiapa yang merasakan nikmatnya dekat dengan Allah, maka dia akan takut jauh dari-Nya" mencerminkan pengalaman spiritual yang mendalam dan transformasi hati yang terjadi ketika seseorang mencapai kedekatan dengan Allah SWT. 

Konsep ini banyak dibahas oleh para ulama dan cendekiawan Islam, termasuk Imam Al-Ghazali. Beberapa poin penting terkait dengan ungkapan ini adalah sebagai berikut:

1. Nikmat Kedekatan dengan Allah
Nikmat kedekatan dengan Allah adalah salah satu anugerah terbesar yang bisa dirasakan oleh seorang mukmin. Kedekatan ini memberikan ketenangan jiwa, kebahagiaan sejati, dan rasa aman yang tidak bisa ditemukan dalam kesenangan duniawi. Al-Ghazali dan ulama lainnya seringkali menyebut pengalaman ini sebagai "halawatul iman" atau manisnya iman.

2. Ciri-Ciri Orang yang Dekat dengan Allah
Orang yang dekat dengan Allah memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain:
• Ketaatan yang tinggi: Mereka menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesungguhan.
• Kerendahan hati: Kesadaran bahwa semua nikmat berasal dari Allah membuat mereka rendah hati dan tidak sombong.
• Ketenangan batin: Mereka merasakan ketenangan dan kedamaian yang mendalam dalam hati mereka.

3. Takut Jauh dari Allah
Ketika seseorang telah merasakan nikmatnya kedekatan dengan Allah, mereka akan merasa takut untuk jauh dari-Nya. Takut di sini bukan dalam arti negatif, tetapi lebih sebagai rasa khawatir kehilangan keintiman dan perlindungan Allah. Rasa takut ini memotivasi mereka untuk selalu menjaga hubungan dengan Allah dan terus berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

4. Pentingnya Mujahadah (Usaha Keras)
Al-Ghazali menekankan pentingnya mujahadah, atau usaha keras dalam menjaga dan meningkatkan kedekatan dengan Allah. Ini termasuk ibadah rutin seperti shalat, puasa, dzikir, membaca Al-Qur'an, serta menjauhi dosa dan maksiat. Usaha ini adalah bentuk nyata dari keinginan untuk tetap dekat dengan Allah dan takut jauh dari-Nya.

5. Pengaruh Kedekatan pada Kehidupan Sehari-Hari
Kedekatan dengan Allah tidak hanya memberikan kebahagiaan spiritual tetapi juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Orang yang dekat dengan Allah cenderung lebih sabar, lebih pemaaf, dan lebih bersyukur. Mereka juga lebih mampu menghadapi cobaan dan ujian hidup dengan tenang dan penuh keyakinan.

6. Doa untuk Kedekatan dengan Allah
Doa merupakan salah satu cara penting untuk mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah SAW mengajarkan banyak doa untuk memohon kedekatan dengan Allah, di antaranya adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ

Artinya: "Ya Allah, aku memohon cinta-Mu, dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu, serta amal yang dapat menyampaikan aku kepada cinta-Mu."

Ungkapan tentang nikmatnya kedekatan dengan Allah dan rasa takut untuk jauh dari-Nya menekankan pentingnya hubungan spiritual yang kuat dengan Sang Pencipta. Kedekatan ini adalah sumber kebahagiaan sejati yang memotivasi seorang mukmin untuk terus beribadah, berusaha, dan menjaga diri dari hal-hal yang dapat menjauhkan mereka dari Allah SWT.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Pendidikan Islam Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update