Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Perintah Bertakwa kepada Allah SWT dan Mati dalam Keadaan Islam

Minggu, 07 Juli 2024 | 00:19 WIB Last Updated 2024-07-06T17:19:39Z

TintaSiyasi.id -- Allah SWT  berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ  
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”  (QS. Ali Imran (3): 102)

Sobat. Diserukan kepada kaum Muslimin terutama kaum Aus dan Khazraj agar mereka tetap di Medinah, beriman, bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dengan memenuhi segala kewajiban takwa. Dengan mengerahkan segala daya dan kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, secara keseluruhan, dan jangan mati, melainkan dalam keadaan memeluk agama Islam.

Ada dua tuntutan dalam ayat ini:

Pertama. Takwa kepada Allah dengan sebenar-benar Takwa.

Kedua. Mati dalam keadaan Islam.

Benar, dalam Surat Ali Imran ayat 102, Allah SWT memberikan dua tuntutan kepada umat-Nya. Ayat ini berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."

Dua tuntutan dalam ayat ini adalah:
1. Bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa: Ini berarti kita harus takut dan tunduk kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita, menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan senantiasa mengingat-Nya dalam setiap perbuatan kita. Takwa yang sebenarnya adalah takwa yang melibatkan seluruh hati, pikiran, dan tindakan kita secara konsisten dan terus-menerus.

2. Mati dalam keadaan Islam: Ini mengharuskan kita untuk mempertahankan keimanan dan keislaman kita sampai akhir hayat. Kita harus berusaha untuk selalu hidup dalam jalan Allah sehingga ketika kita dipanggil kembali kepada-Nya, kita meninggal dalam keadaan sebagai seorang Muslim yang taat.

Kedua tuntutan ini sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim, karena menggabungkan antara amal perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan kondisi keimanan pada saat ajal menjemput.

Unsur-unsur Takwa menurut Saydina Ali Bin Abi Thalib : 1. Takut Kepada Dzat Yang Mahaperkasa. 2. Mengerjakan apa yang diturunkan Allah SWT.

Sayidina Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang sangat dihormati dan dikenal karena kebijaksanaannya, memberikan definisi yang mendalam tentang takwa. Menurutnya, unsur-unsur takwa meliputi:

1. Takut kepada Dzat Yang Mahaperkasa (Allah SWT):
o Ini mencakup rasa takut dan penghormatan yang mendalam kepada Allah SWT. Takut di sini bukan hanya ketakutan terhadap hukuman-Nya, tetapi juga rasa hormat dan cinta yang mendorong kita untuk menjauhi segala bentuk maksiat dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan ketaatan dan ibadah. Takut kepada Allah SWT berarti kita selalu sadar akan kehadiran-Nya dan konsekuensi dari perbuatan kita di dunia dan akhirat.

2. Mengerjakan apa yang diturunkan Allah SWT:
o Ini berarti menjalankan segala perintah Allah SWT yang telah diturunkan melalui Al-Qur'an dan Hadis. Melaksanakan perintah-perintah ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari ibadah seperti salat, puasa, zakat, hingga akhlak dan muamalah (hubungan sosial dan ekonomi). Mengerjakan apa yang diturunkan Allah juga berarti mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam menerapkan ajaran Islam.
Kedua unsur ini menggambarkan pendekatan komprehensif terhadap takwa, yaitu ketundukan hati kepada Allah SWT dan pelaksanaan nyata dari ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Takwa yang sejati tidak hanya berfokus pada aspek batiniah (hati) tetapi juga tampak dalam tindakan dan perilaku seseorang.

3. Puas dengan Rezeki yang sedikit.

Sayidina Ali bin Abi Thalib juga menyebutkan bahwa salah satu unsur takwa adalah:

3. Puas dengan rezeki yang sedikit:
o Ini berarti menerima dan merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah SWT, tidak terobsesi dengan kekayaan duniawi, dan selalu bersyukur atas nikmat yang diterima. Kepuasan dengan rezeki yang sedikit mencerminkan sikap qana'ah, yaitu merasa cukup dan tidak tamak terhadap harta. Sikap ini menunjukkan keimanan dan ketergantungan penuh kepada Allah SWT sebagai Pemberi Rezeki, serta kesadaran bahwa rezeki tidak hanya terbatas pada materi tetapi juga mencakup kesehatan, keluarga, ketenangan jiwa, dan nikmat lainnya.

Kepuasan dengan rezeki yang sedikit juga mendorong seseorang untuk menjalani kehidupan dengan sederhana, tidak berlebih-lebihan, dan selalu mensyukuri apa yang ada. Hal ini mencerminkan sikap rendah hati dan kesadaran bahwa segala sesuatu yang dimiliki adalah titipan dari Allah SWT, yang harus digunakan dengan bijak dan penuh rasa tanggung jawab.

Dengan demikian, tiga unsur takwa menurut Sayidina Ali bin Abi Thalib adalah:
1. Takut kepada Dzat Yang Mahaperkasa (Allah SWT).
2. Mengerjakan apa yang diturunkan Allah SWT.
3. Puas dengan rezeki yang sedikit.

Ketiga unsur ini menggambarkan dimensi yang komprehensif dari takwa, mencakup aspek spiritual, amal perbuatan, dan sikap hati yang penuh syukur.

4. Mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari Kepergian.
Sayidina Ali bin Abi Thalib juga menyebutkan bahwa salah satu unsur takwa adalah:
4. Mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari Kepergian:
o Ini berarti selalu sadar dan bersiap-siap untuk kehidupan setelah kematian, yaitu Hari Akhirat. Seorang yang bertakwa harus senantiasa mengingat bahwa kehidupan di dunia ini sementara, dan bahwa mereka akan menghadapi Allah SWT di Hari Pembalasan. Persiapan ini mencakup meningkatkan kualitas ibadah, beramal shaleh, bertaubat dari segala dosa, dan menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.

Persiapan untuk Hari Kepergian juga berarti memperbanyak amal yang bermanfaat dan meninggalkan warisan yang baik, baik itu ilmu yang bermanfaat, anak yang shaleh, atau amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Ini mencerminkan kesadaran dan ketulusan dalam beribadah, serta upaya untuk selalu berada di jalan yang diridhai Allah SWT.

Dengan demikian, empat unsur takwa menurut Sayidina Ali bin Abi Thalib adalah:
1. Takut kepada Dzat Yang Mahaperkasa (Allah SWT): Rasa hormat dan takut kepada Allah yang mendorong ketaatan dan menjauhi maksiat.
2. Mengerjakan apa yang diturunkan Allah SWT: Melaksanakan perintah Allah dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
3. Puas dengan rezeki yang sedikit: Bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah, tanpa tamak terhadap harta dunia.
4. Mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari Kepergian: Senantiasa mengingat akhirat dan mempersiapkan diri dengan amal shaleh dan taubat.

Keempat unsur ini mencakup seluruh aspek kehidupan seorang Muslim, baik dari segi spiritual, ibadah, akhlak, dan persiapan untuk kehidupan setelah mati. Mereka memberikan panduan yang lengkap untuk mencapai takwa yang sejati.

Sebab-Sebab Husnul Khatimah Itu

Husnul khatimah, yang berarti "akhir yang baik," adalah keinginan setiap Muslim agar meninggal dunia dalam keadaan yang diridhai oleh Allah SWT. Terdapat beberapa sebab atau faktor yang bisa membantu seseorang mencapai husnul khatimah:

1. Keimanan dan Ketakwaan yang Kuat:
o Menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sepanjang hidup. Ini termasuk melaksanakan ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta menjaga hubungan yang baik dengan Allah dan sesama manusia.

2. Berbuat Amal Shaleh Secara Konsisten:
o Berusaha untuk selalu berbuat baik dan melaksanakan amal shaleh, seperti membantu orang lain, sedekah, berbakti kepada orang tua, dan berbuat baik kepada tetangga.

3. Bertaubat dari Dosa:
o Senantiasa bertaubat dan memohon ampunan Allah SWT atas segala dosa yang telah dilakukan. Taubat yang tulus dan ikhlas merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan rahmat dan ampunan Allah.

4. Memperbanyak Dzikir dan Doa:
o Selalu mengingat Allah dengan dzikir dan memperbanyak doa, khususnya doa agar diberikan husnul khatimah. Mengamalkan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

5. Menghindari Maksiat dan Perbuatan Dosa:
o Menjauhi segala bentuk maksiat dan perbuatan dosa yang dapat mengundang murka Allah. Ini termasuk menjaga lisan, perbuatan, dan hati dari segala bentuk kemaksiatan.

6. Menjaga Silaturahim:
o Menjaga dan mempererat hubungan silaturahim dengan keluarga, saudara, dan sesama Muslim. Rasulullah SAW menekankan pentingnya silaturahim dalam berbagai hadis.

7. Ikhlas dalam Segala Amal:
o Melakukan segala amal dan perbuatan dengan ikhlas hanya karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau mendapatkan keuntungan duniawi.

8. Berserah Diri dan Bertawakal kepada Allah:
o Menyerahkan segala urusan dan hasil dari usaha kita kepada Allah, serta yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak-Nya. Bertawakal kepada Allah dalam setiap keadaan.

9. Memperbanyak Membaca Al-Qur'an:
o Membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur'an adalah petunjuk hidup bagi setiap Muslim.

10. Bersikap Sabar dan Syukur:
o Bersikap sabar dalam menghadapi cobaan dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Sabar dan syukur adalah sifat-sifat yang sangat dianjurkan dalam Islam.

11. Mendoakan Husnul Khatimah:
o Berdoa secara khusus untuk husnul khatimah, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan berbagai doa untuk meminta akhir yang baik.

Dengan menjaga dan menerapkan faktor-faktor di atas dalam kehidupan sehari-hari, seorang Muslim dapat meningkatkan peluang untuk meraih husnul khatimah, meninggal dalam keadaan yang diridhai oleh Allah SWT.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT LIrboyo 

Opini

×
Berita Terbaru Update