TintaSiyasi.id -- Cepat atau lambat Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan berada di garis depan dalam memastikan ketahanan energi nasional, mengapa karena PLN lah yang akan memimpin yang lain dalam sebagian besar proses transisi energi yang menjadi topik utama dunia dewasa ini.
Sejauh ini PLN cukup berhasil dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Bahkan lebih jauh dari itu PLN memiliki kapasitas yang sangat memadai untuk mengakomodir kebutuhan konsumsi energi bagi usaha usaha transisi energi di _Scope 3_ termasuk eletrifikasi kendaraan bermotor, kompor induksi pengganti LPG dan semua kebutuhan listrik di level konsumsi akhir.
Perkembangangan penyediaan enegi listrik yang sangat pesat yang dihasilkan PLN memang menyisahkan masalah baru yakni pasokan listrik yang berlebihan. Kelebihan pasokan energi listrik PLN saat akan teratasi seiring usaha usaha yang dilakukan secara serius oleh pemerintah untuk meningkatkan konsumsi energi listrik dalam tema transisi energi.
Jika upaya transisi energi berhasil termasuk didalamnya elektrifikasi peralatan memasak, kendaraan bermotor, industri ramah lingkungan dan lain sebagainya maka semua listrik yang saat ini dihasilkan PLN akan tetserap. Dengan demikian maka PLN akan menjadi perusahaan dengan penjualan sangat besar, dan masuk dalam jajaran perusahaan energi terbesar 500 di dunia.
Mengapa demikian? Karena seluruh listrik yang dihasilkan PLN akan terjual. Saat ini hanya terjual sekitar 30 persen. Sebanyak 70 persen listrik PLN tidak terjual. Saat ini PLN berhasil mencapai penjualan listrik senilai Rp. 487,4 triliun. Jika semua listrik yang dihasilkan PLN terjual atau 100 persen terjual maka nilainya akan mencapai sekitar Rp. 1.623 triliun. Dengan penjualan sebesar ini maka PLN telah mengalahkan penjualan BBM dan LPG serta produk lain yang dicapai perusahaan energi Pertamina, bahkan mencapai 1,5 kali penjualan Pertamina.
Usaha untuk meningkatkan penyerapatan energi listrik yang dihasilakan oleh PLN akan menjadi kerja serius pemerintahan ke depan. Tentu dengan cara mempercepat usaha di bidang transisi energi, seperti penggunaan kendaraan listrik dan konversi peralatan rumah tangga serta industri yang berorientasi hijau atau energi ramah lingkungan.
Usaha ini tentu akan didukung penuh oleh masyarakat karena akan membawa manfaat significant dalam mengurangi polusi di perkotaan, yang sekarang ini kondisinya sudah sangat parah. Kualitas udara di kota kota besar seperti Jakarta sudah tidak layak bagi kelompok sensitif dan bahkan membahayakan.
Usaha meningkatkan penyerapan atau penjualan listrik PLN selain akan mengurangi subsidi dan kompensasi listrik yang sekarang mencapai Rp. 130 triliun, juga akan menambah keuntungan PLN senilai lebih dari Rp. 1000 triliun. Ini akan menjadi tambahan bagi deviden yang nantinya akan diserahkan kepada negara. Maknyus ini. []
Oleh: Salamuddin Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia