Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Induk dari Berbagai Budi Pekerti

Sabtu, 01 Juni 2024 | 13:51 WIB Last Updated 2024-06-01T06:52:11Z

TintaSiyasi.id -- Induk dari berbagai budi pekerti yang baik ada empat yaitu hikmah, syaja'ah, iffah dan 'adalah menurut Imam Al-Ghazali.

Sobat. Menurut Imam Al-Ghazali, induk dari berbagai budi pekerti yang baik terdiri dari empat elemen utama, yaitu hikmah, syaja'ah, iffah, dan 'adalah. Mari kita bahas satu per satu:

1. Hikmah (Kebijaksanaan):
• Hikmah adalah kemampuan untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya yang tepat. Ini melibatkan pemahaman yang mendalam dan kebijaksanaan dalam bertindak. Orang yang memiliki hikmah mampu melihat situasi dengan jelas dan membuat keputusan yang bijak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman.

2. Syaja'ah (Keberanian):
• Syaja'ah adalah keberanian dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Ini bukan hanya keberanian fisik, tetapi juga keberanian moral untuk berdiri teguh pada kebenaran dan keadilan, bahkan ketika itu tidak populer atau berisiko.

3. Iffah (Menjaga Kehormatan Diri/Kesucian):
• Iffah adalah pengendalian diri dalam hal nafsu dan keinginan. Ini mencakup kesucian dalam tindakan, ucapan, dan pikiran. Orang yang memiliki iffah mampu menjaga diri dari tindakan yang tidak pantas dan tetap berpegang pada nilai-nilai moral yang tinggi.

4. 'Adalah (Keadilan):
• 'Adalah adalah prinsip keadilan yang melibatkan perlakuan yang adil dan merata kepada semua orang. Ini berarti memberikan hak kepada yang berhak, bertindak tanpa keberpihakan, dan menegakkan kebenaran serta keadilan dalam segala aspek kehidupan.

Keempat elemen ini merupakan landasan dari akhlak yang baik menurut Imam Al-Ghazali, dan mereka saling melengkapi satu sama lain untuk membentuk karakter

Ilmu yang baik akan berbuah hikmah. "Barang siapa di beri hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak (QS. Al-Baqarah (2): 269)

Ayat Al-Qur'an dalam Surah Al-Baqarah (2:269) berbunyi:

يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ  

“ Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah (2): 269)

Ayat ini menegaskan bahwa hikmah adalah anugerah dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Hikmah, yang dapat diterjemahkan sebagai kebijaksanaan atau pengetahuan yang mendalam, adalah bentuk kebaikan yang sangat besar dan berharga.

Hikmah memungkinkan seseorang untuk:

1. Menempatkan Pengetahuan pada Tempatnya:
• Bukan sekadar mengetahui banyak hal, tetapi memahami cara menggunakan pengetahuan tersebut dengan tepat dalam berbagai situasi.

2. Mengambil Keputusan yang Bijak:
• Hikmah melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dan benar, berdasarkan pemahaman yang mendalam dan pertimbangan yang matang.

3. Menghadapi Tantangan dengan Bijak:
• Orang yang memiliki hikmah mampu menghadapi tantangan dan kesulitan dengan cara yang bijaksana, sehingga menghasilkan solusi yang baik dan bermanfaat.

4. Memberikan Manfaat kepada Diri dan Orang Lain:
• Hikmah tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain, karena keputusan dan tindakan yang bijaksana seringkali membawa kebaikan dan keberkahan bagi lingkungan sekitar.

Dengan demikian, ilmu yang baik akan berbuah hikmah, dan hikmah adalah salah satu bentuk kebaikan terbesar yang bisa diperoleh seseorang. Hikmah membantu seseorang menjalani hidup dengan lebih baik, membuat keputusan yang tepat, dan membawa kebaikan yang berkelanjutan.

Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ  

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat (49): 15)

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan hakikat iman yang sebenarnya yaitu bahwa orang-orang yang diakui mempunyai iman yang sungguh-sungguh hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, tanpa keragu-raguan sedikit pun dan tidak goyah pendiriannya apa pun yang dihadapi. Mereka menyerahkan harta dan jiwa dalam berjihad di jalan Allah semata-mata untuk mencapai keridaan-Nya.

Orang mukmin di dunia ada tiga golongan: pertama, orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu dan berjihad fi sabilillah dengan harta dan dirinya. Kedua, orang yang tidak mengganggu harta dan diri orang lain. Ketiga, orang yang mendapatkan kemuliaan ambisi, ia meninggalkannya karena Allah. (Riwayat Ahmad dari Abu Sa'id al-Khudri)

Mereka itulah orang-orang yang imannya diakui oleh Allah. Tidak seperti orang-orang Arab Badui itu yang hanya mengucapkan beriman dengan lidah belaka, sedangkan hati mereka kosong karena mereka masuk Islam itu hanya karena takut akan tebasan pedang, hanya sekadar untuk mengamankan jiwa dan harta bendanya.

Keimanan kepada Allah dan Rasulullah tanpa keraguan adalah kekuatan keyakinan dan buah dari penalaran serta puncak dari kebijaksanaan (hikmah).

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo 

Opini

×
Berita Terbaru Update