Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Keberanian dalam Dakwah: Ketegasan Menjaga Kebenaran di Tengah Gelombang Fitnah

Rabu, 19 November 2025 | 09:36 WIB Last Updated 2025-11-19T02:36:19Z
TintaSiyasi.id -- Dakwah Islam bukan sekadar menyampaikan pesan, ia adalah amanah besar yang menuntut keberanian, ketegasan, kejernihan berpikir, dan ketulusan hati. Para dai bukan hanya pengirim kata-kata, tetapi penjaga risalah yang menuntun manusia menuju jalan Allah. Karena itu, dakwah memerlukan kekuatan ruhani dan intelektual yang kokoh, bukan sikap lunak dalam prinsip, bukan kompromi terhadap kebenaran, dan bukan ketakutan menghadapi protes manusia.

1. Dakwah Menuntut Ketegasan Prinsip

Seorang dai harus berani terus terang ketika berbicara tentang kebenaran. Tidak boleh ada rasa takut terhadap celaan manusia, popularitas yang turun atau kecaman yang datang dari berbagai pihak.
Allah menegaskan:
“Mereka tidak takut kepada celaan orang yang mencela.” (QS. Al-Maidah: 54).

Ketegasan seperti ini bukanlah bentuk kekerasan hati, ia justru bukti cinta kepada ummat sebab kebenaran tidak layak dibangun dengan kata yang samar atau sikap yang ragu.
Dalam dakwah:
• Yang benar harus dikatakan benar
• Yang batil harus dinyatakan batil
• Tanpa perhitungan politik, demi like dan komentar, atau demi menjaga wibawa pribadi

2. Dakwah Bukan Ajang Kompromi Terhadap Kebatilan

Saat kebatilan muncul dalam bentuk ide, budaya, kebijakan, tren, atau perilaku masyarakat, seorang dai wajib menentangnya secara ilmiah dan santun, tetapi tetap tegas. Ia tidak boleh mendiamkan atau membiarkan kebatilan bercampur dengan kebenaran karena itu akan merusak kemurnian Islam.

Para ulama salaf sering berkata:
“Diam dari kebatilan adalah syaitan yang bisu.”
Dakwah yang benar adalah:
• Menjelaskan kebenaran dengan dalil
• Menjelaskan kepalsuan kebatilan dengan hujah
• Mengarahkan manusia agar kembali kepada petunjuk yang murni
Tanpa keberanian seperti ini, dakwah hanya akan menjadi slogan tanpa ruh

3. Keberanian Dalam Dakwah Berasal dari Keimanan

Keberanian bukan berasal dari mental baja semata, tetapi dari keyakinan yang mendalam bahwa Allah-lah yang mengatur hidup, rezeki, dan kedudukan manusia.
Orang yang yakin bahwa Allah bersamanya dalam setiap langkah dakwah tidak akan gentar meski dunia menentangnya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan Aku melihat.”
(QS. Thaha: 46).

Keberanian seorang dai lahir ketika ia memahami bahwa:
• Tugasnya hanya menyampaikan
• Hidayah milik Allah
• Hasil bukan urusannya
• Dan setiap langkah dakwah dicatat sebagai amal abadi

4. Menjelaskan Kepalsuan Tanpa Mempertimbangkan Hasil

Inilah sikap mental para rasul. Mereka tidak menilai dakwah dari banyaknya pengikut, popularitas atau keberhasilan duniawi. Mereka fokus pada menunaikan amanah, bukan pada konsekuensi.
Rasulullah Saw. berdakwah selama 13 tahun di Mekah dengan jumlah pengikut yang sangat sedikit. Namun, beliau tidak pernah:
• melunakkan ajaran untuk meraih massa
• menyesuaikan hukum demi diterima kaum Quraisy
• atau menghias-hiasi kebenaran agar tidak menyinggung orang

Karena hakikat dakwah adalah:

menyampaikan kebenaran meskipun tidak semua orang mau menerimanya.
Para dai harus membiasakan diri dengan kenyataan bahwa:
• Ada yang akan menolak
• Ada yang akan membenci
• Ada yang akan memfitnah
• Ada yang akan menyerang balik
Namun, tugas mereka tetap satu, yaitu terang dalam kebenaran, kokoh dalam hujah.

5. Dakwah Membutuhkan Pemikiran yang Kokoh dan Ilmu yang Mendalam

Dakwah bukan hanya keberanian, tetapi juga ilmu dan pemikiran yang jernih. Ketidaktahuan membuat seseorang keras tanpa hikmah, sedangkan ilmu membuat seseorang tegas, tetapi bijak.
Ilmu membuat seorang dai mampu:
• Menjelaskan kebatilan dengan argumentasi yang kuat
• Menghadapi ide-ide sesat dengan dalil dan logika
• Tidak mudah terbawa arus opini publik
• Tidak tertipu dengan istilah modern yang membungkus kebatilan

Dengan ilmu, keberanian menjadi terarah dan bermanfaat. Tanpa ilmu, keberanian hanya akan menjadi ketegasan kosong.

6. Dakwah Adalah Jalan Para Nabi: Jalan Keberanian, Bukan Kenyamanan

Para nabi berdakwah dengan penuh risiko:
• Nabi Ibrahim menghadapi raja tiran
• Nabi Musa menghadapi Fir’aun
• Nabi Muhammad Saw. menghadapi seluruh Quraisy
• Para sahabat menghadapi tekanan sosial dan politik
• Para ulama menghadapi penguasa zalim dan ide-ide menyimpang

Mereka tidak pernah mundur atau ragu karena mereka sadar bahwa jalan kebenaran tidak pernah sepi dari ujian, dan jalan dakwah tidak pernah bebas dari tantangan.

Maka, seorang dai hari ini harus meneladani keberanian itu:
• Tetap berkata benar meski tidak populer
• Tetap menyampaikan ajaran meski dikritik
• Tetap menjaga prinsip meski dicemooh

7. Penutup: Keberanian Sejati Adalah Keteguhan di Atas Jalan Allah

Dakwah adalah amanah, bukan sekadar aktivitas. Ia menuntut hati yang teguh, ilmu yang kuat, lisan yang jujur, dan keberanian yang tidak bergantung pada tepuk tangan manusia.
Seorang dai sejati:
• tidak ragu menyatakan kebenaran
• tidak takut membongkar kepalsuan
• tidak menukar prinsip demi penerimaan publik
• tidak mengabaikan kebenaran demi kenyamanan
• dan tidak berhenti meski hasilnya belum tampak
Karena yang ia cari bukan pujian manusia, tetapi ridha Allah.
Semoga Allah menjadikan kita dai-dai yang berani, jujur, kuat, berilmu, dan istiqamah dalam membela kebenaran.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.  
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update