×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tidak Ada Jalan Menyelamatkan Dunia, kecuali...

Minggu, 06 Juli 2025 | 17:43 WIB Last Updated 2025-07-06T10:43:07Z

TintaSiyasi.id -- Memandang persoalan dunia yang kian memburuk di bawah hegemoni kapitalisme, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menegaskan bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan dunia hari ini kecuali dengan menghadirkan adikuasa Islam.

"Kalau kita ingin menyelamatkan dunia, itu sebenarnya tidak ada jalannya, kecuali ya, menghadirkan kekuatan atau adikuasa Islam karena dia-lah yang akan mewujudkan rahmatan lil alamin," tegasnya dalam Fokus Special: Hijrah, Inspirasi Perjuangan Menuju Peradaban Baru, Ahad (29/6/2025) di kanal YouTube UIY Official.

Lebih lanjut UIY menjelaskan, ketika manusia tidak berpegang pada keyakinan Islam, maka ia akan menggunakan keyakinan selain Islam. Begitu juga jika tidak hidup dengan cara islami di bawah adikuasa Islam, niscaya hidup dengan cara-cara selain Islam di bawah adikuasa yang lain. Karena dalam kehidupan dunia, senantiasa terjadi pergiliran kekuasaan (rolling power).

Ia mengungkapkan bahwa sejarah mencatat sebelum Islam datang ada kekuatan besar Persia dan Romawi. Kemudian Islam berhasil menaklukkan keduanya berawal dari takluknya Romawi Timur (Konstantinopel). Lalu ketika kemudian Islam jatuh, sekarang ini sisa-sisa Romawi Barat yang memimpin. 

Ia menguraikan berbagai persoalan kehidupan yang muncul di semua lini pada era kepemimpinan kapitalisme saat ini. Dalam ekonomi, menurutnya, terjadi eksploitasi hingga kesenjangan mencapai level yang tidak boleh lagi dibiarkan. Dalam hal politik dan militer, ketika adikuasa sekuler ini memimpin, dunia penuh kerusakan, penindasan, ketidakadilan yang tidak terperi, salah satunya yang terjadi di Gaza. Kerusakan di bidang sosial menurutnya juga tidak kalah parah, LGBT, pornografi, pornoaksi, perjudian dan marabahaya lainnya meningkat.

"Kalau tidak ada adikuasa Islam, dunia ini akan dikuasai oleh adikuasa jahiliyah. Mengapa? Karena tidak pernah dunia ini kosong dari apa yang namanya the rolling power, kekuatan atau kekuasaan yang menghegemoni atau yang memimpin," ungkapnya.

Hanya saja, UIY mengingatkan, sekalipun ada orang-orang yang memang betul-betul merujuk kepada rasionalitas hati nurani, termasuk dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang menginginkan Islam tegak kembali demi dunia lebih baik, namun untuk tegaknya adikuasa Islam, niscaya akan mendapatkan halangan dari para elite kekuatan sekuler karena mereka sudah menikmati sekian puluh tahun lamanya kekuatan yang hegemonik yang eksploitatif dan mereka mendapatkan kekuasaan dan kekayaan luar biasa termasuk dari dunia Islam. 

Makin seringnya kata khilafah disebut oleh elite kekuasaan Barat, seperti oleh George Bush, Tony Blair, Puttin, maupun Angela Merkel menurut UIY, menjadi indikasi hal itu karena mereka adalah orang-orang yang paham tentang up coming challanger (segera tegaknya kekuatan penantang).

Jadi, imbuhnya, mereka pasti akan mencegah, dan menghalang-halangi. Pecah-belah dunia Islam menjadi lebih dari 50 negara berbasis nasionalisme, stigmatisasi teroris, radikal, lalu ajarannya dibelah-belah dengan istilah moderasi beragama dan sebagainya dinilai UIY merupakan bagian dari upaya menghalang-halangi dan mencegah kembalinya kekuasaan Islam.

"Bagaimana mungkin itu semua akan dilepaskan? Mereka tidak mau. Dan mereka tahu siapa yang bakal memungkinkan kekuasaan mereka itu berakhir, hegemoni mereka berakhir. Adalah kekuatan Islam. Dan kekuatan Islam yang mana? Bukan sembarang Islam, tetapi Islam politik. Khilafah. mereka tahu itu," tegasnya.

Karena itu, UIY mengingatkan bahwa perjuangan menegakkan Islam tidak bisa dicapai dengan cuma-cuma, tidak mudah, akan ada tantangan dari keluarga, lingkungan, bahkan rezim penguasa. Namun demikian, mengutip perkataan Rasulullah, UIY mengatakan, "Mati dalam taat kepada Allah adalah lebih baik daripada hidup dalam maksiat kepada Allah." Untuk itu, imbuhnya, umat Islam mesti tetap berjuang penuh keyakinan karena tidak ada yang bisa memperjuangkan tegaknya Islam, kecuali umat Islam sendiri.

"Siapa yang memperjuangkan? Umat Islam. Umat Islam tak mungkin minta tolong kepada pihak yang pihak itu tahu bahwa dia itu akan dikalahkan. Tak mungkin. Karena itu maka kita sendiri yang harus memperjuangkannya. Dan ini itu basisnya adalah keyakinan. Tauhid," pungkasnya.[] Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update