TintaSiyasi.id -- Menanggapi perubahan nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al-Ihsan, di Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar) karena diganti oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi menjadi RSUD Welas Asih, per 19 Juni 2025, Jurnalis Joko Prasetyo memaparkan beberapa perbedaan makna antara al-ihsan dan welas asih.
"Ameh disebut nyunda (Supaya disebut Sunda). Padahal, ihsan dan welas asih itu bedanya jauh. Welas asih hanya bagian kecil aja dari ihsan," tuturnya kepada Tintasiyasi.id, Kamis (3-7-2025).
Lebih lanjut Om Joy, sapaan akrabnya, menerangkan, ihsan itu melakukan perintah Allah sebaik mungkin karena seseorang itu sadar betul perbuatannya diawasi dan dihisab Allah Swt. Ihsan itu adalah level tertinggi keyakinan dan ketaatan seseorang dalam menjalankan Islam. Sebagaimana diketahui dalam Islam dikenal tiga tingkatan yang saling berkaitan, mulai dari iman, Islam, hingga ihsan.
"Jadi, ihsan bukan hanya sekadar baik yang bermakna welas asih (kasih sayang penuh empati). Namun melakukan kasih sayang penuh empatinya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan sebaik mungkin karena sangat sadar diawasi Allah Swt.," imbuhnya.
Bila ada rumah sakit dinamai Rumah Sakit Al-Ihsan, kata Om Joy, itu sangat mungkin maksudnya adalah merawat pasien dengan kasih sayang penuh empati sesuai dengan ajaran Islam karena sadar diawasi oleh Allah Swt. Karena itu, ia menyayangkan keputusan Gubernur Jawa Barat yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) mengganti nama Al-Ihsan menjadi Welas Asih.
"Penggantian nama dari Al-Ihsan menjadi Welas Asih, dikhawatirkan mencerabut akar Islamnya karena berubah menjadi sekadar kasih sayang penuh empati belaka," kata Om Joy.
Lebih lanjut ia menilai, pemilihan diksi Al-Ihsan oleh para pendiri rumah sakit tersebut bukan tanpa alasan. Menurutnya, orang-orang Sunda dahulu ketika menerima Islam, banyak menyerap kosa kata Arab, bukan semata-mata menggunakan bahasa Arab, tetapi memahami makna penting yang berasal dari akar Islam.
"Maka, tidak pas bila RS Al-Ihsan diganti menjadi RS Welas Asih. Pasalnya, para pendirinya bukan berarti tidak tahu diksi Sunda Welas Asih, tetapi mereka lebih memilih diksi level tertinggi dalam pengamalan ajaran Islam," pungkasnya.[] Saptaningtyas