×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mendidik dengan Cinta Ilahi: Jalan Islam dalam Membentuk Anak yang Tangguh dan Bahagia

Kamis, 17 Juli 2025 | 05:33 WIB Last Updated 2025-07-16T22:33:51Z
Tintasiyasi.ID-- “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
— Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim

Pendahuluan: Amanah Terbesar Bernama Anak

Dalam Islam, anak bukan sekadar anugerah, melainkan amanah agung yang harus dijaga, dibimbing, dan ditumbuhkan dengan nilai-nilai ilahiah. Seorang anak lahir dalam keadaan fitrah—murni, polos, dan siap menerima nilai. Di tangan orang tualah nasib fitrah itu: akan tetap bercahaya, atau justru teredupkan oleh salah asuh dan salah arah.

Mendidik anak bukan hanya soal membuatnya cerdas secara akademik, tetapi lebih dari itu: membentuk jiwanya agar mengenal Allah, mencintai kebaikan, dan mampu menjadi manusia yang kuat secara iman dan akhlak.

1. Anak Butuh Cinta Sebelum Ceramah
Banyak orang tua tergesa ingin menanamkan akhlak, menuntut prestasi, menasihati tentang adab. Tetapi sebelum itu semua, pastikan hati anak telah kenyang oleh cinta.
Rasulullah ﷺ adalah contoh sempurna dalam mendidik dengan cinta:
Beliau mencium dan memeluk cucunya di depan para sahabat.
Beliau membiarkan Hasan dan Husain naik ke punggungnya saat sujud, sebagai bentuk kehangatan dan penerimaan total.
Beliau tidak pernah membentak anak kecil, apalagi memukul.
Cinta adalah bahasa pertama yang dipahami anak. Sebelum mereka memahami kata-kata, mereka memahami pelukan dan senyuman.

2. Sentuhan Fisik: Bahasa Kasih Sayang yang Paling Awal
“Barangsiapa tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu kebutuhan paling dalam seorang anak adalah sentuhan fisik positif: pelukan, ciuman, belaian. Dalam Islam, ini bukan hanya sunnah—tetapi bentuk nyata dari rahmat (kasih sayang) yang Allah ajarkan lewat Rasul-Nya.

Anak yang tumbuh tanpa sentuhan, seringkali menjadi keras, haus validasi, dan mudah mencari kasih sayang di tempat yang salah. Sebaliknya, anak yang sering dipeluk akan tumbuh dengan rasa aman, stabil secara emosional, dan mudah diarahkan.

3. Hadir Secara Penuh: Anak Butuh Anda, Bukan Sekadar Barang Anda

Banyak orang tua berkata, “Saya sibuk bekerja demi masa depan anak saya.” Tapi yang sering dilupakan: anak tidak hidup di masa depan. Ia hidup di hari ini. Dan yang ia butuhkan hari ini adalah Anda.
Hadir secara penuh berarti:
• Mendengarkan tanpa tergesa
• Menatap mata anak saat ia bercerita
• Menunda gadget dan pekerjaan saat ia meminta waktu
Anak takkan ingat semua hadiah mahal, tapi ia akan selalu ingat siapa yang benar-benar hadir untuknya.

4. Batasan adalah Bentuk Cinta, Bukan Kekangan

Dalam Islam, cinta bukan berarti membiarkan anak tanpa arah. Cinta juga bukan membiarkan semua keinginan anak dipenuhi. Justru dalam batasan yang tegas dan lembut, seorang anak akan merasa aman.

Rasulullah ﷺ mengajarkan:
“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (dengan cara mendidik) jika mereka tidak shalat saat berumur sepuluh tahun.”
(HR. Abu Dawud)

Bukan dalam rangka kekerasan, tetapi sebagai pendidikan bertingkat: ada usia pemahaman, ada ketegasan, dan ada penegakan disiplin. Batasan akan membuat anak:
• Mengerti konsekuensi
• Menghormati aturan
• Belajar tanggung jawab

5. Doa dan Teladan: Fondasi Spiritual yang Tak Tergantikan

Tak cukup hanya dengan metode. Pendidikan dalam Islam selalu menyertakan doa dan teladan. Orang tua adalah cermin pertama akhlak bagi anak-anaknya.
Doa yang terus dipanjatkan:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”
(QS. Ash-Shaffat: 100)
“Wahai Rabb kami, jadikanlah kami dan anak cucu kami sebagai orang-orang yang tetap mendirikan shalat.”
(QS. Ibrahim: 40)

Teladan yang tak bisa dipalsukan:
• Anak belajar shalat dari melihat Anda shalat, bukan dari disuruh saja.
• Anak belajar sabar, jujur, dan adil dari apa yang Anda lakukan, bukan dari apa yang Anda katakan.

6. Bangun Rumah sebagai Taman Ruhani
Ingin anak tumbuh cinta Islam? Jadikan rumah Anda sebagai taman ruhani:
• Bacakan Al-Qur’an bersama
• Buat waktu khusus dzikir dan doa
• Ceritakan kisah para nabi dan sahabat
• Bangun budaya saling memaafkan, memberi, dan bersyukur
Jadikan rumah bukan hanya tempat tinggal, tetapi tempat tumbuhnya iman, ilmu, dan cinta kepada Allah.

7. Didiklah Anak Sesuai Zamannya, Tapi Jangan Tinggalkan Nilai-Nya
Anak kita hidup di zaman digital. Maka:
• Dampingi, bukan memusuhi teknologi
• Arahkan mereka memilih konten yang halal, bermanfaat, dan membangun iman
• Jadikan gadget sebagai alat, bukan tuan
Namun meski zaman berubah, nilai-nilai Islam tetaplah abadi:
• Kejujuran, adab, tanggung jawab
• Rasa takut kepada Allah, cinta kepada Rasul
• Kemandirian dan kasih kepada sesama

Penutup: Mendidik Anak Adalah Jalan Menuju Surga
“Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

Mendidik anak bukan hanya tugas duniawi. Ia adalah investasi ukhrawi yang tak ternilai. Setiap lelah, sabar, dan tangisan Anda dalam mendidik anak akan dibalas oleh Allah dengan pahala yang terus mengalir.

Jangan menyerah. Jangan lelah.

Bila kita menanam cinta dengan iman, insyaAllah kita akan menuai generasi penerus yang tangguh dalam iman dan indah dalam akhlak.

Dr Nasrul Syarif,M.Si.  (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update