Tintasiyasi.ID-- Dalam beberapa dekade terakhir, dunia menyaksikan peningkatan kasus bunuh diri secara signifikan. Menurut data WHO, setiap 40 detik ada satu orang di dunia yang mengakhiri hidupnya sendiri. Di Indonesia, meskipun budaya malu dan nilai religius masih tinggi, kasus bunuh diri tetap muncul dengan angka yang tidak sedikit.
Fenomena ini seringkali terjadi secara diam-diam, namun dampaknya sangat menghancurkan: meninggalkan luka bagi keluarga, mengguncang komunitas, dan menjadi indikator adanya krisis eksistensial di masyarakat.
Apa yang menyebabkan seseorang memilih untuk mengakhiri hidupnya?
Beberapa faktor umum mencakup:
• Depresi mendalam dan gangguan mental
• Kehilangan makna hidup dan tujuan
• Tekanan ekonomi dan sosial
• Kehilangan orang tercinta
• Isolasi sosial dan kesepian
• Merasa tidak berharga atau menjadi beban
Namun sesungguhnya, yang lebih dalam dari itu adalah keretakan spiritual. Kehampaan hati. Kehilangan koneksi dengan Pencipta.
Pandangan Islam tentang Bunuh Diri
Islam memandang jiwa manusia sebagai amanah suci dari Allah SWT. Allah yang memberi kehidupan, dan hanya Dia yang berhak mencabutnya. Bunuh diri adalah bentuk pelanggaran besar terhadap amanah Ilahi.
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
(QS. An-Nisa: 29)
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besinya itu akan berada di tangannya, menusuk perutnya di neraka Jahannam, kekal di dalamnya selama-lamanya...”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Namun Islam tidak sekadar melarang, Islam juga memberi solusi, memberi pelukan kasih sayang, dan membentangkan jalan pulang bagi jiwa-jiwa yang tersesat dan terluka.
Solusi Islam: Jalan Kesembuhan Jiwa
1. Mengenal Tujuan Hidup
Islam mengajarkan bahwa hidup ini bukan kebetulan. Ada tujuan agung:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Makna hidup bukan pada popularitas, jabatan, atau kekayaan, tapi pada penghambaan kepada Allah dan menjadi rahmat bagi sesama.
2. Membangun Hubungan Spiritual dengan Allah
Solusi terdalam bagi hati yang terluka adalah menguatkan hubungan dengan Rabb-nya. Dalam Al-Qur'an, Allah menegaskan:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang."
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Shalat, dzikir, membaca Al-Qur'an, dan memohon kepada-Nya dengan tangisan tulus adalah terapi ruhani terbaik. Allah mendengar bahkan ketika dunia diam terhadap jerit hati kita.
3. Berani Bicara dan Mencari Pertolongan
Dalam Islam, meminta bantuan adalah bentuk keberanian, bukan kelemahan. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk menolong dan ditolong.
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”
(HR. Muslim)
Penderita gangguan jiwa dan pikiran tidak perlu malu untuk berkonsultasi kepada psikolog, konselor, atau ustadz yang bijak. Memperoleh bantuan profesional adalah bentuk ikhtiar syar’i.
4. Dukungan Sosial dan Keluarga yang Menguatkan
Islam menekankan pentingnya ukhuwah, kasih sayang dalam keluarga, dan menjalin silaturahmi. Jangan biarkan anggota keluarga merasa sendiri. Jadilah pendengar yang tulus, bukan hakim yang menyalahkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
5. Harapan dan Ampunan Allah Selalu Terbuka
Banyak orang yang merasa bahwa mereka terlalu berdosa untuk diampuni. Mereka merasa tidak layak untuk kembali. Namun Allah menepis anggapan itu:
"Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."
(QS. Az-Zumar: 53)
Inilah cahaya harapan yang tak pernah padam. Selama masih hidup, masih ada waktu untuk kembali. Masih ada harapan untuk sembuh. Masih ada pintu rahmat terbuka.
Penutup: Mari Menjadi Cahaya bagi Sesama
Bunuh diri bukan sekadar isu medis atau psikologis. Ia adalah tangisan jiwa yang kehilangan arah, kehilangan pegangan, dan kehilangan makna. Islam hadir bukan hanya sebagai agama ritual, tapi sebagai petunjuk hidup yang penuh kasih dan harapan.
Jika kamu sedang merasa tidak berarti, ingin menyerah, ingatlah:
• Kamu adalah ciptaan Allah yang berharga.
• Kamu tidak sendiri. Allah bersamamu.
• Selalu ada orang yang ingin menolongmu, dan Allah akan membalas setiap langkah kecil menuju-Nya.
Dan jika kamu mengenal seseorang yang sedang berjuang dalam kesunyian, jangan abaikan. Jadilah pelita kecil dalam hidupnya. Peluk ia dengan empati. Pandang dengan kasih. Dengarkan dengan hati.
"Barangsiapa yang menghidupkan satu jiwa, maka seakan-akan ia telah menghidupkan seluruh manusia."
(QS. Al-Maidah: 32)
Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)