TintaSiyasi.id -- Pimpinan Ma'had Al- Abqary Kiai Yasin Muthohar menyatakan tidak tahu tentang politik maka semua orang pasti akan tertipu.
"Kalau kita tidak tahu politik, tidak tahu apa yang terjadi maka semua pasti akan tertipu. Kita dalam hal ini tidak akan mempermasalahkan Iran itu Syiah atau Sunni, itu masalah lain. Tapi ini kita berbicara tentang konstalasi politik," tuturnya di kanal YouTube Kajian Tematik Abi Yasin Muthohar bertajuk Sikap Umat Terhadap Perang Iran - Israel, Selasa (24/6/25).
Menurutnya Iran itu antek Amerika tapi tidak sepenuhnya, jadi ganda. Iran itu memerankan peran ganda. Iran harus memihak Amerika tapi di permukaan Iran harus memusuhi Amerika. Di belakang tidak boleh keluar dari kendali Amerika.
"Berat perannya Iran, yang terjadi itu ternyata begitu, ketika Amerika mau menyerang Iran itu, Donald Trump tuh bilang dulu kepada Iran. Ngapain atuh kalau serang-serangan, perang-perangan itu bilang dulu? Entar saya mau nyerang ya hati-hati," singgungnya.
Ia menambahkan, Nabi itu kalau mau menyerang tiba-tiba datang ke tengah musuh waktu subuh, ketika subuh belum bangun. Pas bangun sudah lihat umat Islam sudah ada dihadapan mereka, pada saat menaklukkan Khaibar. Ini yang terjadi saat futuhat Makkah, datang tiba-tiba.
"Jadi bukan kalau nyerang itu bukan "hai hallo, siap-siap nanti aku mau nyerang" ini namanya apa? Jadi sebenarnya itu permainan," tegasnya.
Persiapan
Abi Yasin menilai, umat Islam yang penting hari ini mempersiapkan apa yang bisa disiapkan hari ini. Terlepas nanti itu apakah akan perang campur atau perang rudal.
"Umat Islam hari ini ketika mampu belajar, belajarlah! Mampu bikin rudal, bikin rudal lah! Di Indonesia itu banyak ahli nuklir, ada profesor nuklir di Indonesia. Ada fisika nuklir, di Indonesia banyak doktor bahkan profesor nuklir. Masalahnya Indonesia enggak punya keinginan bikin nuklir," katanya.
Abi Yasin menekankan bahwa Indonesia harus dipimpin oleh pemimpin yang punya visi ke depan, punya cita-cita besar. Sehingga memacu bangsanya, umatnya, anak-anaknya generasi mudanya untuk menjadi orang-orang hebat, pinter, melek teknologi tapi Islamnya hebat.
"Sehingga kemajuan teknologi untuk kejayaan Islam. Dan Indonesia punya kesempatan waktu belum habis, kita belajar. Ini pelajaran bagi kita," pungkasnya.[] Munamah