×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ketika Hati Letih, Kembalilah kepada Allah, Refleksi Spiritual dalam Dunia yang Menyesakkan

Rabu, 16 Juli 2025 | 18:54 WIB Last Updated 2025-07-16T11:55:03Z

TintaSiyasi.id -- Hidup: Antara Gelap dan Cahaya.
Kita hidup di zaman yang penuh pencapaian, tetapi miskin ketenangan. Gedung menjulang tinggi, teknologi makin canggih, ilmu pengetahuan berkembang pesat, tetapi jiwa manusia semakin gelisah, hati makin rapuh, dan ruh makin gersang.

Lihat sekelilingmu. Betapa banyak orang tersenyum di luar, tetapi berteriak dalam sunyi. Betapa banyak yang sibuk memoles citra, tetapi rapuh dalam makna. Kita mencari kesuksesan, tetapi kehilangan arah. Kita berburu pengakuan, tetapi kehilangan ketenangan.

Saat semuanya tampak berjalan tak sesuai harapan...
Saat dunia tidak memberi tempat bagi air mata dan kejujuran...
Saat manusia lebih peduli pada rating dan popularitas daripada kebenaran...
Di mana lagi kita bisa bersandar?

Jawabannya hanya satu: kembalilah kepada Allah.

Ketika Dunia Membuat Letih, Allah Menawarkan Kedamaian

Allah tidak pernah menjanjikan dunia tanpa kesulitan. Bahkan, kepada Nabi-Nya yang paling mulia pun, Allah timpakan ujian berat. Tapi satu yang pasti, Allah menjanjikan ketenangan bagi hati yang kembali kepada-Nya.

"Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang."
(QS. Ar-Ra’d: 28).

Bukan harta yang menenangkan hati, bukan jabatan, bukan popularitas. Semua itu adalah sarana, bukan makna. Hanya Allah yang mampu memberi makna sejati.

Ketika hati mulai lelah mengejar dunia, Allah tidak pernah menutup pintu. Ia menanti hamba-Nya yang kembali, dengan dada sesak dan mata basah.

Frustrasi, Kegagalan, dan Luka Batin: Jalan Menuju Cahaya

Sungguh, rasa kecewa, sakit hati, dan air mata adalah bahasa jiwa yang sedang mencari Tuhan. Betapa banyak orang yang mendekat kepada Allah, justru setelah dunia mengecewakannya.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 216).

Kadang Allah merobohkan sandaran kita, agar kita hanya bersandar kepada-Nya.
Kadang Allah runtuhkan rencana kita, agar kita sadar bahwa hanya rencana-Nya yang sempurna.
Kadang Allah buat hati kita sakit, agar kita sadar bahwa cinta sejati hanya ada pada-Nya.

Frustrasi bisa jadi awal perjalanan ruhani yang paling indah. Sebab dari kejatuhan, banyak orang menemukan sujudnya. Dari kegagalan, banyak hati mengenal ikhlas. Dari luka, lahirlah iman yang lebih dalam.

Saat Hidup Tak Lagi Terkendali, Serahkan pada Pemilik Hidup

Kita tidak dituntut untuk tahu semua jawaban. Kita hanya dituntut untuk yakin bahwa Allah Maha Tahu, Maha Bijaksana, dan tidak pernah menzalimi hamba-Nya.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286).

Apa yang tampak berat hari ini, bisa jadi adalah anak tangga menuju takdirmu yang lebih baik. Jangan terburu-buru menyimpulkan hidupmu dari satu babak saja.

Jalan Pulang Itu Selalu Terbuka

Mungkin engkau pernah jauh, mungkin engkau banyak salah, tetapi ketahuilah, Allah tidak menilai masa lalumu, tetapi arah langkahmu hari ini.

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai. Masuklah ke dalam golongan hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku.”
(QS. Al-Fajr: 27-30).

Ayat ini bukan hanya untuk orang yang wafat, tetapi juga untuk jiwa yang mati karena dosa dan ingin kembali hidup. Kembalilah. Tidak perlu menunggu sempurna. Allah menyukai hamba yang kembali dengan air mata penyesalan, lebih dari hamba yang tak pernah merasa berdosa.

Rahasia Hidup Tenang dalam Islam

Islam mengajarkan kunci-kunci hidup tenang di tengah dunia yang bising:
1. Shalat tepat waktu: seperti oasis dalam hari-hari yang panas dan melelahkan.

2. Dzikir dan istighfar: membersihkan racun batin dan menyiram keteduhan.

3. Tawakal: melepaskan kendali yang bukan milik kita.

4. Syukur: seni menikmati yang ada.

5. Tafakur dan muhasabah: menyalakan cahaya kesadaran.

6. Memberi dan berbagi: karena hati yang memberi adalah hati yang paling hidup.

Menjadi Lentera di Tengah Gelap Zaman

Umat hari ini butuh lentera, bukan hanya ceramah. Butuh contoh, bukan hanya kritik. Maka, mari kita mulai dari diri sendiri. Jadilah pribadi yang menguatkan, bukan menyalahkan. Yang meneduhkan, bukan membakar.

Jangan remehkan kebaikan kecil:

Satu senyum bisa menyelamatkan hati yang hampir menyerah.

Satu kata bisa menyalakan semangat yang nyaris padam.

Satu doa bisa mengubah arah hidup seseorang.

“Barangsiapa menghidupkan hati satu orang mukmin, maka seolah ia menghidupkan seluruh manusia.”

Penutup: Hati yang Terhubung ke Langit Tidak Takut pada Gelapnya Dunia

Jika dunia terasa sempit, jangan cari jalan keluar di lorong yang sama. Naiklah ke langit dalam sujud, dalam doa, dalam pengakuan bahwa kita lemah dan hanya Allah yang Maha Kuat.

"Jika engkau memiliki Allah, maka engkau memiliki segalanya, meski dunia meninggalkanmu. Tapi jika engkau kehilangan Allah, maka engkau kehilangan segalanya, meski seluruh dunia bersamamu."

Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis, Pendidik, dan Pencari Cahaya

Opini

×
Berita Terbaru Update