×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jadilah Benar, Niscaya Engkau Menjadi Fasih: Menyelami Kebijaksanaan Ruhani Sayyid Abdul Qadir al-Jailani

Sabtu, 12 Juli 2025 | 23:34 WIB Last Updated 2025-07-12T16:34:57Z

TintaSiyasi.id -- "Jadilah benar, niscaya engkau menjadi fasih. Jadilah benar dalam hukum, niscaya engkau menjadi fasih dalam ilmu. Jadilah benar dalam keadaan sepi, niscaya engkau menjadi fasih dalam keadaan ramai. Seluruh keselamatan hanya bisa diraih dengan menaati Al-Haqq ‘Azza wa Jalla."
— Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, Fathur Rabbani

Pendahuluan: Jalan Kebenaran, Jalan Para Kekasih Allah.
Di zaman yang penuh kepalsuan, di mana kepura-puraan seringkali lebih dipuji daripada kejujuran, dan penampilan lebih digandrungi daripada ketulusan, maka nasihat Sayyid Abdul Qadir al-Jailani ini datang bagai cahaya penuntun di tengah kegelapan. Ia bukan sekadar seruan moral, tapi adalah petunjuk jalan ruhani yang dalam: bahwa kebenaran adalah pangkal segala keberkahan ilmu, hikmah, dan keselamatan.

Nasehat ini mengajarkan bahwa keberhasilan sejati dalam ilmu, amal, dan kehidupan bersumber dari satu hal: kejujuran dan kebenaran yang lahir dari hati yang bersih dan taat kepada Al-Haqq, Allah SWT.

1. “Jadilah Benar, Niscaya Engkau Menjadi Fasih”

Fasih bukan hanya soal lidah yang lancar, tetapi hati yang jernih, ucapan yang tulus, dan kebenaran yang meyakinkan. Banyak orang berbicara dengan kata-kata indah, tetapi tak memiliki kekuatan ruhani. Sebaliknya, orang-orang yang jujur, sekalipun bicaranya sederhana, mampu menggetarkan jiwa dan menyentuh relung hati.
Sayyid Al-Jailani menyiratkan bahwa kejujuran adalah sumber kekuatan batin, dan kekuatan batin melahirkan kefasihan sejati. Bukan retorika yang memenangkan hati manusia, tapi kebenaran yang keluar dari nurani yang suci.

2. “Jadilah Benar dalam Hukum, Niscaya Engkau Menjadi Fasih dalam Ilmu”

Ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang ditopang oleh integritas. Ilmu yang hanya digunakan untuk berdebat, pamer, atau kepentingan pribadi, tidak akan memberi cahaya. Tetapi ilmu yang ditopang oleh kebenaran—baik dalam memahami hukum syariat, maupun dalam menegakkan keadilan—itulah yang akan membuka pintu-pintu hikmah dari langit.
Kebenaran dalam hukum berarti:
• Adil dalam penilaian.
• Jujur dalam fatwa.
• Tidak takut pada manusia, hanya takut kepada Allah.
Siapa yang benar dalam syariat, maka Allah akan bukakan baginya rahasia makrifat. Siapa yang bersih hatinya, maka ilmunya akan bermanfaat bukan hanya bagi dirinya, tapi juga bagi umat.

3. “Jadilah Benar dalam Keadaan Sepi, Niscaya Engkau Menjadi Fasih dalam Keadaan Ramai”

Kunci utama dari kekuatan ruhani adalah kejujuran dalam kesendirian. Siapa yang jujur ketika tak ada yang melihat, dia akan kuat ketika berada di hadapan banyak orang. Keberanian di hadapan manusia lahir dari ketaatan di hadapan Allah dalam sunyi.
Orang yang hanya baik di hadapan manusia, tapi rusak di hadapan Allah dalam kesendirian, akan mudah hancur ketika diuji. Tapi mereka yang memelihara dirinya dalam sepi, akan diberikan wibawa dan keteguhan dalam keramaian. Itulah rahasia para wali, para ulama rabbani, dan para shalihin.

4. “Seluruh Keselamatan Hanya Bisa Diraih dengan Menaati Al-Haqq Azza wa Jalla”

Segala bentuk keselamatan—baik lahir maupun batin, di dunia maupun akhirat—hanya bisa diraih dengan ketaatan mutlak kepada Allah. Ketaatan yang tidak pura-pura. Ketaatan yang tidak ditumpangi kepentingan duniawi. Ketaatan yang lahir dari pengakuan bahwa kita adalah hamba yang lemah, dan Allah-lah satu-satunya sumber kekuatan dan keselamatan.

Menaati Al-Haqq berarti:
• Meninggalkan segala bentuk maksiat, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
• Menjaga keikhlasan dalam ibadah dan amal.
• Menundukkan hawa nafsu dan ego di bawah kehendak Ilahi.

Keselamatan bukan dari jabatan, koneksi, atau kekuatan materi. Keselamatan hakiki datang dari ketaatan total kepada Sang Pencipta, yang mengatur segala urusan dengan penuh hikmah.

Refleksi: Jalan Keselamatan dan Kemuliaan

Mari bertanya pada diri sendiri:
• Apakah aku sudah benar dalam pikiranku, ucapanku, dan niatku?
• Apakah aku jujur dalam kesendirian, sebagaimana aku ingin terlihat baik di hadapan orang?
• Apakah ilmunya mendekatkan aku kepada Allah, atau menjauhkan aku karena kesombongan?

Nasehat Sayyid Abdul Qadir al-Jailani bukan hanya untuk para ulama atau penuntut ilmu, tetapi untuk seluruh umat Islam. Karena kebenaran adalah pakaian setiap hamba yang ingin mulia di sisi Allah.

Penutup: Jadilah Benar, Maka Engkau Akan Dijaga Allah

Di tengah zaman penuh fitnah, ketika yang salah dibela dan yang benar dicaci, maka berpegang teguhlah pada kebenaran. Jadilah orang yang jujur dalam kesunyian, lurus dalam keilmuan, dan taat kepada Al-Haqq, niscaya Allah akan memberimu kefasihan, kemuliaan, dan keselamatan dunia akhirat.

“Jadilah benar dalam segala keadaan. Maka engkau tidak butuh banyak kata untuk membela dirimu. Allah sendiri yang akan membelamu di dunia dan akhirat.”

Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update