×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dahulukanlah Akhirat daripada Dunia: Kunci Keberuntungan SejatiRefleksi Ruhani atas Nasehat Sayyid Abdul Qadir al-Jailani

Sabtu, 12 Juli 2025 | 23:35 WIB Last Updated 2025-07-12T16:36:08Z

TintaSiyasi.id -- “Dahulukanlah akhirat daripada dunia, maka engkau akan beruntung mendapatkan keduanya.”
— Sayyid Abdul Qadir al-Jailani

Pendahuluan: Mengurai Orientasi Hidup Manusia.

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan materialistis, manusia cenderung mengejar apa yang tampak oleh mata: harta, kedudukan, popularitas, dan kesenangan sesaat. Ukuran keberhasilan pun bergeser menjadi sebatas pencapaian duniawi semata. Padahal, Islam sejak awal telah mengingatkan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, seperti yang tertulis dalam firman Allah:
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
(QS. Al-Hadid: 20)

Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, seorang wali besar dan ulama sufi ternama, mengingatkan kita agar menata kembali prioritas hidup. Nasihat beliau bukan sekadar ungkapan motivasi spiritual, melainkan ajakan untuk mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan: dahulukan akhirat, maka dunia pun akan ikut menghampiri.

Makna Mendalam: Akhirat sebagai Kompas Kehidupan

Apa artinya mendahulukan akhirat?
Mendahulukan akhirat bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi menempatkan dunia pada posisinya yang proporsional. Dunia adalah ladang, sementara akhirat adalah tempat panen. Bila kita hanya sibuk menghias ladang tetapi lupa menanam benih amal, maka kita akan datang ke akhirat dengan tangan kosong.
Mendahulukan akhirat berarti:
• Meniatkan setiap aktivitas duniawi untuk mencari ridha Allah.
• Memprioritaskan waktu untuk ibadah dan amal saleh.
• Tidak tertipu oleh gemerlap dunia hingga melalaikan kewajiban ruhani.
• Hidup dengan kesadaran bahwa mati adalah pintu gerbang menuju keabadian.

Mereka yang menjadikan akhirat sebagai tujuan, akan menjalani hidup dengan ketenangan, kebeningan jiwa, dan kelapangan hati, karena tahu bahwa dunia bukanlah tempat tinggal selamanya, melainkan tempat ujian.

Keseimbangan yang Sempurna: Dunia akan Mengikuti

Sayyid Abdul Qadir al-Jailani menegaskan bahwa siapa yang mendahulukan akhirat, akan mendapatkan keduanya—akhirat dan dunia. Hal ini bukan sekadar teori, tetapi telah dibuktikan dalam perjalanan hidup para nabi, sahabat, dan orang-orang saleh.
Mereka tidak miskin, tapi hidup sederhana. Mereka tidak hina, tetapi mulia karena akhlak. Mereka tidak tersesat dalam ambisi dunia, tetapi menjadikan dunia sebagai kendaraan menuju akhirat.
Allah berfirman:
وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورٗا  
19. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedang dia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.”
(QS. Al-Isra’: 19)

Dengan menjadikan akhirat sebagai kiblat kehidupan, maka Allah akan menundukkan dunia untuknya. Dunia tidak perlu dikejar dengan kerakusan, karena Allah akan mendatangkannya sebagai anugerah bagi hamba yang taat dan ikhlas.

Refleksi: Mari Bertanya pada Diri Kita
• Apakah aku lebih sibuk mengejar dunia daripada mencari ilmu agama?
• Apakah waktu shalatku sering dikorbankan demi urusan bisnis?
• Apakah amal ibadahku dikerjakan dengan hati yang ikhlas, atau demi citra sosial?
Jika jawabannya membuat kita merenung, maka inilah saatnya untuk mengalihkan orientasi hidup kita kembali ke poros akhirat.

Dunia Tidak Layak Dijadikan Tujuan

Dunia bukan tempat menetap. Ia seperti air laut yang takkan menghilangkan haus, bahkan makin diminum makin menjerumuskan. Imam Al-Ghazali menulis:
“Dunia ini seperti bayangan, jika engkau kejar, ia akan menjauh. Tapi jika engkau tinggalkan, ia akan mengikutimu.”
Banyak orang kehilangan akal demi dunia: korupsi, menipu, membunuh karakter orang lain. Namun dunia yang mereka kejar tidak pernah memberikan ketenangan. Sebaliknya, mereka yang menjadikan akhirat sebagai prioritas, hidup dengan tenteram dan mulia, meski mungkin secara kasat mata tak memiliki banyak harta.

Penutup: Jalan Menuju Keberuntungan Sejati

Sayyid Abdul Qadir al-Jailani tidak mengajak kita membenci dunia, tetapi menyadarkan kita bahwa dunia harus diletakkan di tangan, bukan di hati. Dunia hanyalah titipan yang suatu saat akan diminta kembali. Maka siapa yang lebih mencintai dunia daripada akhirat, hakikatnya sedang membangun rumah di tempat yang akan ia tinggalkan, dan melalaikan bangunan abadi di akhirat.

Dahulukanlah akhirat—dalam pikiran, perasaan, niat, dan tindakan. Maka insyaAllah, Allah akan berikan dunia sebagai bonus, dan akhirat sebagai kemenangan.
"Hidupmu hanya satu kali. Maka pastikan satu-satunya hidup ini berarti untuk kehidupan yang kekal di akhirat nanti."

Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update