TintaSiyasi.id -- Aliansi Buruh Indonesia Imam Ghozali, memaparkan faktor pendorong meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia.
"Faktor pendorongnya banyak, namun secara garis besar, peningkatan pengangguran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk misalkan perlambatan ekonomi dan juga dampak dari pemutusan hubunhan kerja (PHK)," ungkapnya di channel YouTube Khilafah News, Janji 19 Juta Lapangan Kerja, Rakyat Malah Disuruh ke Luar Negeri?, Senin (30/6/2025).
Ia mengutip pernyataan Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Abdul Kadir Karding mendorong untuk bekerja ke luar negeri untuk mengurangi angka pengangguran di dalam negeri.
Dia menilai, apa yang dikatakan Menteri Perlindungan Pekerjaan Migran Indonesia mendorong untuk bekerja ke luar negeri untuk mengurangi pengangguran dalam negeri menunjukkan faktor pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan kerja di dalam negeri.
"Terlepas dari janji-janji waktu kampanye katanya 19 atau 20 juta lapangan kerja, akhirnya cara yang paling mudah dan tidak berpikir adalah ya silakan rakyat Indonesia ini kerja di manapun dan kerja apapun yang penting kerja, itu yang pertama," ketusnya.
Kedua, kondisi ini menunjukkan keadaan ekonomi tidak baik-baik saja. Karena biasanya pengangguran ada relasinya dengan ekonomi, bahwa keadaan ekonomi tidak baik-baik saja.
"Kalau keadaan sekarang dianggap baik-baik saja atau beberapa pejabat atau siapapun mengatakan bahwa ekonomi kita baik-baik saja, kita menyadari jangan-jangan Ini adalah sebuah pencitraan. Sebagaimana masa pemerintahan sebelumnya, politiknya politik pencitraan. Pada akhirnya kita semua nantinya akan menanggung akibatnya. Kita semua (rakyat) baik di Indonesia," paparnya.
Ia memaparkan fakta, tenaga asing di Indonesia tahun 2024 kurang lebih sekitar 184.000. Dari tahun ke tahun meningkat, seperti tahun 2024 itu meningkat sekitar 8,9 persen. Pada tahun 2023 jumlah tenaga kerja hanya sekitar 168.000, dari 2024 naik menjadi 180.000 dan tahun 2025 juga akan naik lagi.
"Negara asal terbanyak tenaga kerja asing, yaitu dari Cina. Ironisnya bahwa pekerjaan itu tidak hanya pekerjaan yang bersifat skill tetapi juga pekerjaan unskill yang digunakan oleh tenaga kerja asing itu. Meskipun ada peraturan atau imbuhan tenaga kerja asing haruslah mereka yang bekerja skill tetapi itu dikalahkan dengan perjanjian bilateral dan sebagai terkait dengan investasi," ungkapnya.
Artinya, bagaimana mungkin pemerintah mendorong rakyat untuk bekerja di luar negeri sementara di dalam negeri peluang-peluang kerja itu diisi oleh asing.
"Saya katakan migrant oriented orang yang berpikir secara mudah, udah kerja di manapun kerja apapun di luar negeri enggak apa-apa itu memang bisa jadi menunjukkan bahwa bukti adanya kegagalan menciptakan ekonomi yang berdaulat," pungkasnya.[] Alfia Purwanti