Tintasiyasi.ID-- Pendahuluan: Menuntut Ilmu adalah Jalan Menuju Kemuliaan
Imam Nawawi berkata:
“Menuntut ilmu merupakan salah satu bentuk pendekatan diri yang paling utama, dan ibadah yang paling mulia.”
Oleh karena itu, menuntut ilmu (thalab al-‘ilm) tidak cukup hanya dengan duduk dan mencatat. Ia adalah perjalanan ruhani dan akhlak, yang menuntut adab, ketulusan, dan kesungguhan. Imam Nawawi — seorang ulama besar dari kalangan Syafi’iyyah — menjadikan adab murid sebagai fondasi kesuksesan ilmu.
1. Niat yang Lurus dan Ikhlas
Dalam At-Tibyan, Imam Nawawi memulai dengan niat sebagai pilar utama:
“Seorang murid hendaknya mengikhlaskan niatnya karena Allah dalam menuntut ilmu, bukan karena dunia, pangkat, atau popularitas.”
Refleksi:
Tanpa niat yang ikhlas, ilmu menjadi beban, bukan cahaya. Ilmu yang tidak diniatkan karena Allah akan kehilangan keberkahan, meskipun secara lahir tampak luas dan tinggi.
2. Menghormati Guru
Dalam Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, Imam Nawawi menjelaskan:
“Hendaknya murid menghormati gurunya, tidak mendahului pendapatnya, dan tidak mengangkat suara di hadapannya.”
Adab-adab terhadap guru menurut Imam Nawawi:
• Duduk di hadapan guru dengan tenang dan sopan
• Tidak banyak berbicara atau memotong
• Tidak menatap langsung dengan keras atau kasar
• Mendoakan guru, baik semasa hidup maupun setelah wafat
Refleksi:
Kehilangan rasa hormat pada guru adalah awal dari kegelapan ilmu. Kemuliaan ilmu datang bersama tawadhu’ terhadap orang yang mengajarkan.
3. Kesungguhan dan Kontinuitas dalam Menuntut Ilmu
“Murid hendaknya memiliki semangat tinggi, tidak merasa cukup dengan yang sedikit, dan terus belajar seumur hidup.” (Al-Majmu’)
Etika ini meliputi:
• Memiliki jadwal belajar yang teratur
• Mencatat dengan rapi dan teliti
• Mengulang pelajaran dan memperdalamnya
• Tidak cepat puas dan terus haus akan ilmu
Refleksi:
Kesungguhan adalah kunci keberhasilan. Banyak orang gagal bukan karena tidak mampu, tapi karena tidak tekun.
4. Bersuci dan Beradab Sebelum Belajar
Imam Nawawi menyebutkan bahwa murid sebaiknya:
• Berwudhu sebelum belajar
• Mengenakan pakaian yang bersih
• Duduk dengan khusyuk dan tidak malas
• Tidak menguap sembarangan saat pelajaran
Refleksi:
Menuntut ilmu adalah ibadah, dan setiap ibadah menuntut kesucian lahir dan batin.
5. Menjauhkan Diri dari Dosa dan Maksiat
“Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.” (Imam Nawawi, mengutip Imam Syafi‘i)
Seorang murid harus menjaga lisannya dari ghibah, penglihatannya dari hal haram, dan hatinya dari dengki. Sebab maksiat adalah penghalang terbesar datangnya ilmu yang bermanfaat.
6. Tidak Sombong dan Merasa Sudah Cukup
“Orang yang sombong tidak akan mendapatkan ilmu, sebagaimana tanah yang keras tidak bisa menyerap air.”
Sikap sombong ilmiah adalah penyakit yang membinasakan. Seorang murid sejati selalu merasa butuh, selalu rendah hati, dan selalu siap belajar bahkan dari yang lebih muda atau lebih sederhana darinya.
7. Berdoa dan Mengamalkan Ilmu
Imam Nawawi menekankan pentingnya:
• Berdoa memohon ilmu yang bermanfaat
• Mengamalkan setiap ilmu yang telah didapat
• Menyampaikan ilmu kepada orang lain dengan hikmah
Refleksi:
Ilmu yang tidak diamalkan akan hilang. Dan ilmu yang tidak disebarkan akan mati dalam dada.
Penutup: Menjadi Murid Sejati Sepanjang Hidup
Imam Nawawi sendiri adalah teladan seorang murid sejati:
• Beliau hanya tidur sekitar 2 jam sehari untuk belajar dan menulis
• Beliau tidak menikah karena ingin fokus belajar dan mengajar
• Beliau wafat dalam usia muda (45 tahun), tapi meninggalkan ribuan halaman ilmu yang terus hidup hingga hari ini
Maka, jika kita ingin menjadi penuntut ilmu yang diberkahi:
• Perbaiki niat
• Hormati guru
• Jaga adab
• Bersihkan hati
• Dan teruslah belajar hingga akhir hayat
“Ilmu adalah warisan para Nabi, dan penuntut ilmu adalah pewarisnya. Maka jangan sia-siakan kesempatan menjadi bagian dari pewaris para Rasul.”
Doa untuk Para Penuntut Ilmu:
"Ya Allah, berikan kepada kami ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyuk, adab yang mulia, dan rezeki yang halal. Jadikan kami murid-murid yang ikhlas dan guru-guru yang amanah. Aamiin."
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)