×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

AI Dalam Perspektif Islam

Minggu, 06 Juli 2025 | 13:54 WIB Last Updated 2025-07-06T06:54:37Z

Tintasiyasi.id com -- Di era kecanggihan teknologi yang semakin pesat ini, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Manusia telah memanfaatkannya di berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, bisnis, bahkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Di satu sisi, sebagai hasil dari teknologi, AI menawarkan efisiensi dan kemudahan. Namun, di sisi lain, AI muncul sebagai sesuatu yang memberikan kekhawatiran terhadap aspek etika kehidupan, seperti pelanggaran privasi, bias algoritma, penggantian tenaga kerja manusia, hingga penyalahgunaan dalam bidang militer atau politik.

Sebagai contoh, akhir-akhir ini, maraknya konten-konten hasil AI yang menuai pro kontra dari pengguna media sosial seperti konten AI menunjukkan aktivitas hari pertama di ‘neraka’ (19/06/2025,https://www.mui.or.id.).

Begitu juga dengan konten AI yang menggambarkan Ka'bah sebagai tempat kaum LGBT. Tentunya, konten-konten semacam ini jelas menimbulkan keresahan dan tergolong sebagai bentuk penistaan terhadap agama.

Begitu juga, AI mulai banyak digunakan untuk tindak kejahatan dan penipuan seperti untuk pembuatan foto dan video palsu dengan teknologi AI yang disebut sebagai deepfake (13/04/2025, https://www.komdigi.go.id/). 

Bahkan, dunia pendidikan pun dibuat khawatir dengan perkembangan penggunaan AI ini seperti plagiarisme karya tulis, karya seni buatan pengerjaan tugas siswa oleh AI, dan lain-lain.

Hal tersebut dikhawatirkan banyak orang karena akan melemahkan kemampuan berpikir manusia dan menurunkan kreatifitasnya.
Bagaimana hakikat dari AI itu sendiri? Kita sangat perlu untuk memahaminya. AI sebagai hasil dari kecanggihan teknologi dan manusia menciptakan AI sebagai alat bantu manusia untuk memudahkan mereka dalam melakukan aktivitas kehidupannya. 

Hanya saja, dalam perjalanannya, AI menjadi hal yang menakutkan ketika ada di tangan orang-orang yang salah. Apalagi di alam kapitalisme liberal dimana manusia dibiarkan bebas untuk melakukan apapun dengan cara apapun. Bahkan mereka mendapatkan ruang yang luas dan materi yang besar meski hasilnya merusak seperti lahirnya konten-konten AI yang unfaedah atau menyesatkan.

Jika kondisi ini terus dibiarkan bebas dengan jaminan alam kapitalis liberal maka akan sangat membahayakan kehidupan manusia. Banyak negara mulai membuat regulasi ketat terhadap penggunaan AI, sementara masyarakat global masih terus memperdebatkan batas antara manfaat dan potensi bahayanya. 

Hanya saja, jika kapitalis liberal masih menguasai dunia ini, maka siapa pun akan sulit untuk mengendalikan penyalahgunaan AI tersebut. Dunia memerlukan sebuah sistem yang mampu menyelamatkannya.

Islam sebagai sebuah konsep hidup yang paripurna memiliki cara pandang yang unik terhadap AI. Islam memandang terhadap teknologi secara umum termasuk di dalamnya AI sebagai alat/sarana dan bersifat universal karena tidak dipengaruhi cara pandang agama manapun.

Sehingga, memanfaatkannya sebagai sesuatu yang diperbolehkan. Bahkan di saat perkembangan teknologi telah menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup ini, Islam sangat mendorong manusia agar menggunakan akalnya untuk berpikir dan berinovasi.

Sekaligus, Islam pun memberikan tuntunan agar penggunaan teknologi tersebut tidak membawa kerusakan terhadap kehidupan manusia.

Dalam Islam, penggunaan teknologi harus selaras dengan prinsip-prinsip yang ada di dalam ajarannya. Prinsip mendasar yang harus dipahami bahwa Allah menciptakan manusia itu untuk beribadah kepada-Nya.

Dengan konsep dasar ini, Islam menuntun manusia agar menggunakan teknologi sebagai alat untuk memperkokoh tujuan hidupnya. Sehingga, bentuk pengetahuan dan inovasi harus dikembalikan pada prinsip keimanan, kemaslahatan, dan tanggung jawab.

Begitu juga, Islam mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi ini. Ini berarti manusia harus menggunakan teknologi sebagai amanah, bukan untuk kesombongan atau kerusakan. 

Teknologi harus diarahkan untuk mendukung kehidupan yang adil dan membawa kemaslahatan umum. Penggunaan teknologi tidak boleh melanggar maqashid syariah (tujuan syariah), yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Oleh karena itu, teknologi termasuk AI adalah alat, dan alat akan mengikuti kehendak tangan yang mengendalikannya. Islam menuntun kita agar menggunakannya dalam jalur yang benar, bertujuan untuk kemaslahatan umat, dan tidak menyalahi prinsip-prinsip syariat. 

Penting bagi kita untuk menjadi pelaku aktif dalam perkembangan teknologi, namun tetap menjaga nilai-nilai ilahiyah sebagai panduan moral yang tidak bisa digantikan oleh algoritma mana pun.[]

Oleh: Sri Mellia Marinda
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update