×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Negara Penggagas Islamofobia, Pantaskah Diberi Karpet Merah?

Jumat, 13 Juni 2025 | 06:16 WIB Last Updated 2025-06-12T23:16:12Z

TintaSiyasi.id -- Kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Marcon ke Indonesia pada tanggal 27-29 Mei semakin mempertegas hubungan bilateral antar kedua negara tersebut. Lewat lawatan pertemuan tersebut menghasilkan sederet kesepakatan strategis yang mencakup sektor energi, infrastruktur, kesehatan hingga budaya. (Tempo.co, 30 Mei 2025)

Padahal Prancis adalah salah satu negara di dunia yang anti terhadap Islam. Namun kedatangannya di sambutan hangat dan meriah, sebagaimana yang dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia yang mengucapkan selamat datang kepada Presiden Prancis Emanuel Macron dan Presiden mengatakan bahwa kunjungan Macron dan delegasi nya merupakan kehormatan besar bagi Indonesia. (Kompas.com, Rabu Mei 2025)

Sungguh tidaklah layak bagi seorang pemimpin yang penduduknya mayoritas Muslim mengadakan sambutan hangat dan meriah atas kedatangan kepala negara Perancis tersebut, terlebih lagi negara tersebut banyak membuat kebijakan yang memusuhi Islam dan kaum Muslim. Seperti membuat kebijakan yang menguatkan islamofobia, pelarangan hijab, kasus kartun yang menghina Nabi SAW dan lain sebagainya.

Padahal sebagai pemimpin negeri Muslim yang mayoritas penduduknya beragama Islam sudah selayaknya harus menunjukkan sikap tegas dan pembelaan terhadap agamanya. Namun dalam sistem sekuler kapitalisme semua itu tidak akan pernah terjadi karena hubungan antar negara hanya dilihat berdasarkan manfaat dan keuntungan saja, akibatnya semua abai atas sikap yang dilakukan oleh suatu negara atas penghinaan atau pelecehan terhadap Islam bahkan islamofobia.

Sungguh dalam sistem sekuler kapitalisme pelaku pelecehan dan penghinaan terhadap Islam semakin tumbuh subur, terlebih saat ini para pelaku penistaan malah diberi karpet merah sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka. Sungguh sangat mengherankan.

Berbeda jauh dengan sistem Islam, Islam memberikan tuntunan bagaimana bersikap terhadap orang yang memusuhi agama Allah. Negara Islam atau khilafah akan menjadi garda terdepan dalam memberikan pembelaannya terhadap negara yang melecehkan Islam dan syariatnya. Apalagi menyangkut kebijakan yang dapat menyengsarakan umat Islam.

Dalam Islam, negara-negara di dunia hanya dibagi menjadi dua yaitu darul Islam dan darul kufur. Islam juga sudah menentukan tuntunan harus bersikap tegas terhadap negara kafir sesuai posisi negara tersebut dan perlakuan mereka terhadap Daulah Islam. 

Tuntunan Islam ini seharusnya menjadi pedoman bagi setiap Muslim, terlebih penguasa. Apalagi terhadap penguasa dan negara yang menjadi pendukung terhadap genosida yang terjadi di Gaza Palestina, maka setiap pemimpin Muslim wajib mengirimkan pasukan dan tentaranya untuk membebaskan warga Palestina.

Sikap tegas juga pernah dicontohkan oleh Khalifah Abdul Hamid II yang langsung mengultimatum Kerajaan Inggris agar menghentikan pementasan drama yang akan menistakan kemuliaan Nabi SAW. Khalifah menegaskan, “Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!” Inggris pun membatalkan pementasan drama tersebut.

Sudah saatnya umat Islam memiliki negara yang kuat dan berpengaruh dalam konstelasi hubungan negara-negara di dunia sebagaimana yang pernah diraih oleh Daulah Islam dan Khilafah Islam terdahulu.
Oleh karenanya umat harus berjuang untuk mewujudlkan kembali Daulah Khilafah Islamiyah sebagai negara adidaya yang disegani negara-negara dunia.

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Nur Afrida
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update