×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Penghormatan pada Negara Pengusung Islamofobia, Layakkah?

Jumat, 13 Juni 2025 | 06:31 WIB Last Updated 2025-06-12T23:31:38Z

TintaSiyasi.id -- Kunjungan Kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia pada 27-29 Mei 2025 menjadi momen penting yang mempertegas hubungan bilateral antar kedua negara ini. Lawatan ini menghasilkan sederet kesepakatan strategis yang mencakup sektor energi, infrastruktur, kesehatan hingga budaya. (Tempo.com, 30/05/2025)

Sambutan diadakan dengan hangat dan meriah atas kedatangan Presiden Perancis. Negara yang dengan jelas banyak membuat kebijakan islamofobia perlu menjadi perhatian. Kaum Muslim seharusnya tidak lupa dengan negara yang membuat kebijakan memusuhi Islam dan umatnya. Islamofobia yang ada saat ini adalah rekayasa politik yang diciptakan Barat untuk menghalangi kebangkitan Islam. Di negara-negara Barat seperti Amerika, Inggris, Jerman, Perancis, Denmark, Swedia, dan Norwegia, lazim terjadi islamofobia. Eskalasi islamofobia meningkat di Perancis seperti larangan berhijab, karikatur yang menghina Nabi Muhammad SAW. Hari Internasional untuk memerangi islamofobia yang diperingati setiap 15 Maret sepertinya tiada hasil. Ironisnya dunia dan Barat semakin marak menghembuskan pemahaman ini.

Sikat tegas dengan menunjukkan pembelaan atas kemuliaan agama seharusnya ditunjukkan oleh pemimpin negeri Muslim, terlebih sebagai negara yang mayoritas penduduknya umat Islam. Namun, saat ini umat bagai ayam yang kehilangan induknya, tidak adanya pemimpin yang dengan lantang dan berani membela agamanya. Pada hasilnya, ajaran Islam semakin ditakuti dan dianggap tidak sesuai dengan zaman.

Semua ketakutan terhadap syariat Islam adalah akibat ketiadaan khilafah sebagai institusi politik. Yang ada hanyalah opini buruk yang berkembang tentang umat Islam dan ajarannya yang dihembuskan oleh Barat agar membenci Islam itu sendiri. Umat Islam hari ini terhalang sekularisme dan tersekat-sekat dengan negara dan bangsa. Umat tidak pernah tergambar betapa indah dan sejahtera hidup dalam penerapan syariat Islam secara sempurna di bawah naungan khilafah.

Islam telah mengajarkan dengan jelas bagaimana bersikap terhadap orang yang memusuhi Islam. Seorang Muslim seharusnya bersikap lemah lembut terhadap sesama Muslim dan tegas terhadap kaum kafir. Dalam Islam, negara di dunia hanya dibagi menjadi dua bagian yaitu Darul Islam dan Darul Kufur. Islam juga sudah menentukan dengan jelas posisi negara kafir tersebut terhadap negara Islam. Tuntunan Islam ini seharusnya menjadi pedoman setiap Muslim terlebih penguasa Muslim. Apalagi di tengah penjajahan Palestina yang mendapat dukungan dari penguasa Barat. Sudah seharusnya para pemimpin kaum Muslim bangkit melawan penjajahan ini, bersatu melawan dengan jihad di bawah satu komando yaitu institusi khilafah.

Ada banyak contoh sikap tegas para khalifah atas negara penjajah dan kebijakannya yang menghina Islam. Sebagaimana saat Prancis hendak menggelar pertunjukan teater melecehkan Nabi Mulia Muhammad SAW, Khalifah Abdul Hamid menentang dengan keras dengan berkata kepada duta Prancis saat itu "Jika kalian tidak menghentikan pertunjukan tersebut, maka tunggulah kehancuran dunia di sekitarmu". Bahkan Rasul SAW dengan tegas mengusir Yahudi Bani Qainuqa dan Bani Nadhir dari Madinah karena melanggar kesepakatan piagam Madinah. Dan Khalifah Abu Bakar yang terkenal dengan kelembutannya, dengan tegas dan marah menampar pipi pemuda yang bernama Fanhash karena mengolok-olok Allah SWT. Masih banyak contoh-contoh ketegasan pemimpin Umat Islam terhadap pelecehan agamanya. Sikap tegas dan berwibawa ini seharusnya dimiliki oleh para pemimpin kaum Muslim saat ini.

Umat Islam seharusnya memiliki negara yang kuat dan berpengaruh dalam konstelasi hubungan negara-negara di dunia. Sebagaimana pernah diraih oleh Daulah Islam dan kekhilafahan selanjutnya. Di bawah naungan khilafah seorang khalifah akan mengambil tindakan tegas terhadap serangan yang ditujukan kepada Islam dan umatnya. Sehingga terjaga kewibawaan agama Islam. Umat harus berjuang kembali untuk mewujudkan khilafah yang menjadi negara adidaya disegani dan diperhitungkan oleh negara-negara lain. Tidak lama lagi musuh-musuh Islam akan terperangah dengan kekuatan kaum Muslim yang menggenggam Barat dan Timur sebagaimana kejayaan Islam 13 abad yang lalu.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Farida Marpaung
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update