“Kita memerlukan political will
yang lebih besar untuk benar-benar menyelesaikan persoalan Palestina demi
menghapuskan keberadaan penjajah Yahudi tersebut,” katanya dalam kanal YouTube
Rayah TV berjudul Di Balik Konflik Iran vs Israel, Iran Bebaskan
Palestina?, Sabtu (21/06/2025).
Menanggapi konflik yang terjadi, ia
menyatakan bahwa telah terjadi beberapa kali dan kali ini fasilitas nuklir
serta militer Iran menjadi sasaran serangan oleh Israel, sementara kota-kota
utama Israel dibalas serang oleh Iran.
“Israel telah mengirim lebih dari 200
pesawat tempur untuk menghancurkan fasilitas nuklir dan membunuh beberapa
pejabat tinggi militer Iran. Sebanyak 14 ilmuwan nuklir Iran turut terbunuh.
Ini menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana Israel bisa menyerang dengan begitu
tepat hingga dapat menyasar pejabat-pejabat tertinggi militer dan para ilmuwan
nuklir ini,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa serangan balasan
Iran kali ini adalah yang paling kuat dibanding sebelumnya, namun tetap
bersifat terbatas, seperti yang dinyatakan oleh pihak berwenang Iran.
“Menlu Iran juga pernah menyatakan
bahwa Iran tidak berniat meningkatkan ketegangan. Operasi ini bersifat terbatas
dan defensif,” katanya lagi.
Farid juga menjelaskan tentang sikap
Amerika yang tidak bereaksi, karena serangan-serangan Iran masih belum dianggap
sebagai ancaman terhadap eksistensi penjajah Yahudi.
Menurutnya, Amerika Serikat memiliki
tiga kepentingan strategis utama di Timur Tengah, “Pertama, pasokan
energi, minyak, dan gas. Amerika sangat berkepentingan dalam hal ini karena
jika sumber energi ini tidak lagi berada di bawah kendali Amerika, itu akan
mengancam kepentingan Amerika dan juga negeri-negeri Barat lainnya,” ungkapnya.
Kedua, ancaman
dari kebangkitan kekuatan politik Islam di Timur Tengah. “Timur Tengah dahulu
pernah disatukan oleh Khilafah ala Minhajin Nubuwwah, dan ini dipandang sebagai
sebuah ancaman. Amerika sadar bahwa jika umat Islam bersatu, mereka tidak akan
membiarkan kekuatan politik manapun yang berusaha menyatukan umat Islam, terutama
di Timur Tengah – apalagi di bawah Khilafah ala Minhajin Nubuwwah,” ujarnya.
Ketiga,
mempertahankan eksistensi penjajah Yahudi. “Bagi Amerika, ini adalah hal yang
tidak bisa dikompromikan. Politik Israel akan digunakan sebagai alat politik
Amerika untuk menjalankan kejahatan yang sebenarnya diinginkan oleh Amerika,
tanpa mencemarkan citra Amerika itu sendiri. Ini memang menjadi karakter
politik Amerika,” jelasnya lagi.
Menurutnya, jika serangan Iran
benar-benar mampu menghapuskan keberadaan penjajah Yahudi, terdapat beberapa
hambatan besar yang harus diatasi agar umat Islam benar-benar terbebas dari
cengkeraman penjajahan.
“Jika Iran mampu menghapuskan
penjajah Yahudi Zionis, terdapat beberapa hambatan besar di antaranya: pertama,
konsep negara bangsa (nation-state) menjadi hambatan terbesar untuk
menggerakkan mobilisasi militer dan menyatukan umat Islam, terlebih lagi untuk
membebaskan bumi Palestina karena dibelenggu oleh alasan ‘kepentingan
nasional’,” terangnya.
Kedua, hambatan
dari hukum internasional. “Para pemimpin negeri Islam sangat patuh pada hukum
internasional, padahal Israel dan Amerika sendiri tidak pernah peduli
terhadapnya,” ujarnya.
“Selama negeri-negeri Islam, termasuk
Iran, masih terikat pada hukum internasional, ini akan terus menjadi hambatan
besar untuk melancarkan serangan menyeluruh terhadap Israel,” ujarnya.
Ketiga, campur
tangan Amerika. “Amerika akan tetap campur tangan karena kebijakan mereka
selalu mengutamakan eksistensi militer Israel. Oleh karena itu, setiap ancaman
yang dikategorikan sebagai ‘ancaman terhadap eksistensi’ akan dijawab dengan
respons besar-besaran oleh Amerika,” jelasnya.
Ia menyimpulkan bahwa sangat relevan
jika ada seruan agar umat Islam kembali menegakkan Khilafah ala Minhajin
Nubuwwah, yang akan menghapuskan batas negara bangsa serta menyatukan dan
menggerakkan pasukan-pasukan dari negeri-negeri Islam.
“Umat Islam memerlukan sebuah
kekuatan global yang benar-benar mewakili ideologi dan kepentingan Islam serta
umat Islam, dan bentuknya adalah Khilafah 'ala Minhajin Nubuwwah,” pungkasnya.[]
Rahmah