×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iman dan Ilmu: Pilar Perjalanan Menuju Cahaya Amal Saleh

Minggu, 15 Juni 2025 | 13:37 WIB Last Updated 2025-06-15T06:37:56Z

TintaSiyasi.id-- Mukadimah: Di Antara Gelapnya Kehidupan dan Terangnya Hidayah

Di tengah dunia yang serba cepat, serba instan, dan serba materi, banyak manusia tersesat dalam fatamorgana. Mereka berlari mengejar bayangan kebahagiaan, namun kerap lupa arah. Di sinilah iman dan ilmu hadir sebagai pelita jiwa dan kompas hidup. Dua hal inilah yang akan menuntun manusia menemukan arah hakiki: menuju Allah, sumber segala kebenaran dan kebahagiaan sejati.

Tanpa iman, jiwa mengering. Tanpa ilmu, amal menjadi buta. Maka, iman dan ilmu adalah dua sayap yang akan mengangkat manusia terbang menuju langit amal shalih, sebuah jalan lurus yang pernah dilalui oleh para nabi, siddiqin, syuhada, dan shalihin.

Bab I: Iman, Pondasi Jiwa yang Menumbuhkan Harapan

Iman bukan sekadar pengakuan lisan. Ia adalah keyakinan mendalam yang menetap di hati, menciptakan kedamaian, membangkitkan harapan, dan menumbuhkan keberanian dalam menjalani hidup. Iman menjadikan manusia sadar bahwa hidup ini bukan tanpa arah. Bahwa di balik segala ujian, ada Allah yang Maha Melihat dan Maha Membalas.

Ketika seseorang beriman, ia akan tetap tegar dalam badai, tetap tenang dalam kehilangan, dan tetap bersyukur dalam kelapangan. Seperti Nabi Ayyub a.s. yang tetap sabar dalam derita, atau seperti Bilal bin Rabah yang tetap kokoh meski diinjak di padang pasir.

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami adalah Allah,' kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati."
(QS. Al-Ahqaf: 13)

Iman bukan hanya memberi kekuatan batin, tapi juga menjadi daya dorong untuk berbuat baik. Tanpa iman, amal bisa hanya menjadi pencitraan. Tapi dengan iman, sekecil apa pun amal akan bernilai besar di sisi Allah.

Bab II: Ilmu, Cahaya Jalan yang Menyambung Ke Langit

Ilmu adalah warisan para nabi. Ia bukan sekadar hafalan atau gelar akademik, tapi nur (cahaya) yang Allah masukkan ke dalam hati hamba-hamba-Nya yang ikhlas. Dengan ilmu, seseorang tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hak dan mana yang batil.

Ilmu meluruskan niat, menyempurnakan amal, dan membentengi dari kesesatan. Orang yang berilmu tahu bahwa amal tanpa bimbingan wahyu dapat menyesatkan, bahkan meski tampak indah di mata manusia.

Imam Syafi’i pernah berkata:
"Barang siapa yang ingin dunia, hendaklah dengan ilmu. Barang siapa yang ingin akhirat, hendaklah dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin keduanya, maka hendaklah dengan ilmu."

Ilmu juga menjadikan seseorang rendah hati. Semakin ia tahu, semakin ia sadar bahwa banyak yang belum ia ketahui. Ia menjadi seperti padi: makin berisi, makin merunduk. Di sinilah ilmu menjadi sarana tazkiyah (penyucian jiwa), bukan alat kesombongan.

Bab III: Amal Shalih, Buah yang Tumbuh dari Pohon Iman dan Ilmu

Iman tanpa amal adalah pengakuan kosong. Ilmu tanpa amal adalah beban. Namun ketika iman dan ilmu bersatu, maka amal shalih tumbuh seperti pohon yang rindang, berbuah setiap musim, dan bermanfaat bagi sekitar.

Amal shalih bukan hanya ibadah ritual, tapi seluruh kebaikan yang dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah dan sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ. Membantu orang tua, mengajarkan anak mengaji, menahan amarah, atau bahkan senyum yang tulus—semua bisa bernilai amal shalih.

> "Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin..."
(QS. At-Taubah: 105)

Amal shalih adalah bukti hidupnya hati dan benarnya iman. Ia tidak butuh sorotan manusia, cukup penglihatan Allah. Ia terus tumbuh meski tak dilihat, dan terus memberi meski tak dipuji.

Bab IV: Refleksi Diri: Di Mana Posisi Kita?

Pertanyaan reflektif yang patut kita renungkan:

Sudahkah iman menjadi cahaya dalam hati kita?

Sudahkah ilmu mendorong kita untuk semakin dekat kepada Allah?

Sudahkah amal shalih menjadi nafas keseharian kita?

Banyak orang belajar agama, tapi tidak semakin rendah hati. Banyak pula yang beramal, tapi niatnya menyimpang. Maka jangan hanya belajar, tapi belajarlah untuk berubah. Jangan hanya tahu, tapi berilmulah untuk mengenal Allah dan takut kepada-Nya.

Penutup: Menyatukan Tiga Pilar Kehidupan

Dalam dunia yang penuh tipu daya ini, kita butuh tiga hal:

1. Iman untuk menguatkan hati.

2. Ilmu untuk membimbing langkah.

3. Amal shalih untuk mengisi waktu dengan kemuliaan.

Jika ketiganya menyatu, lahirlah manusia yang kokoh seperti gunung, lembut seperti embun, dan bermanfaat seperti matahari. Itulah insan kamil, manusia paripurna yang menjadi rahmat bagi semesta.

“Barang siapa berjalan meniti jalan ilmu, Allah akan mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)

Semoga kita termasuk hamba yang terus bertumbuh dalam iman, bersinar dalam ilmu, dan subur dalam amal shalih.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update