×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tiga Pertanyaan Agung yang Menentukan Hidupmu

Minggu, 15 Juni 2025 | 13:40 WIB Last Updated 2025-06-15T06:40:34Z

Menemukan Makna Hidup Melalui Akidah Islam.

TintaSiyasi.id-- Setiap manusia, cepat atau lambat, akan berdiri di hadapan tiga pertanyaan paling mendasar dalam hidupnya:
1. Dari mana kita berasal?
2. Untuk apa kita hidup?
3. Ke mana kita akan kembali?

Pertanyaan-pertanyaan ini bukan sekadar bahan renungan filsafat, tapi inti dari eksistensi manusia. Dalam literatur pemikiran Islam, tiga pertanyaan ini disebut sebagai Uqdatul Kubra – simpul agung, yang bila tidak terurai dengan jawaban yang benar, akan membuat hidup manusia terombang-ambing tanpa arah, tanpa makna, dan tanpa pegangan.

Jawaban yang sahih atas Uqdatul Kubra hanya satu: Akidah Islam. Karena hanya Islam yang menjelaskan asal, tujuan, dan akhir perjalanan hidup manusia secara komprehensif, logis, dan ruhani.

1. Dari Mana Kita Berasal?
Pertanyaan ini membawa kita pada hakikat asal mula manusia. Sains bisa menjelaskan proses biologis kelahiran, tapi tak pernah menjawab “Siapa yang menciptakan kita dan untuk apa kita diciptakan?”

Islam menjawab dengan jelas:
إِنَّا خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن نُّطۡفَةٍ أَمۡشَاجٖ نَّبۡتَلِيهِ فَجَعَلۡنَٰهُ سَمِيعَۢا بَصِيرًا  

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
(QS. Al-Insan: 2)

Manusia berasal dari kehendak Allah, bukan dari kebetulan, bukan dari proses tanpa makna. Kita diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla, dengan ilmu, kehendak, dan kasih sayang-Nya. Kita bukan sekadar makhluk biologis, tapi hamba yang dititipkan akal, hati, dan fitrah untuk mengenal dan menyembah Pencipta-Nya.

2. Untuk Apa Kita Hidup?

Pertanyaan ini menyentuh tujuan keberadaan kita. Apakah hidup hanya untuk mengejar harta, jabatan, atau kepuasan inderawi? Apakah manusia diciptakan hanya untuk bekerja, bertransaksi, menikah, lalu mati?
Islam memberikan jawaban yang tegas dan mulia:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Hidup adalah ibadah, bukan hanya dalam bentuk ritual, tetapi dalam totalitas aktivitas manusia yang diarahkan untuk meraih ridha Allah. Makan, tidur, belajar, bekerja, memimpin, menolong orang — semua bisa menjadi ibadah jika diniatkan untuk Allah dan dilakukan sesuai syariat-Nya.

Hidup bukanlah kesenangan kosong, tapi amanah besar yang harus dijalani dengan kesadaran ruhani, tanggung jawab moral, dan orientasi ukhrawi.

3. Ke Mana Kita Akan Kembali?

Pertanyaan terakhir inilah yang sering dilupakan: kematian. Tapi justru di sinilah kesadaran puncak manusia bermuara. Sebab siapa pun, apa pun status sosialnya, akan menemui saat terakhirnya di dunia.

Islam menjawab dengan lugas dan penuh harapan:
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ  
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
(QS. Al-Baqarah: 156)

Manusia tidak lenyap setelah mati. Ia akan dibangkitkan, dihisab, dan dibalas sesuai amalnya. Inilah yang disebut akhirat, kehidupan yang kekal, tujuan akhir semua manusia. Maka, dunia bukan rumah tinggal, melainkan jalan menuju perjumpaan dengan Allah.

Mengapa Jawaban Islam Adalah Satu-satunya yang Benar?
Karena hanya Islam yang:

• Mengakui dan menjelaskan asal-usul penciptaan manusia oleh Tuhan Yang Maha Esa.
• Menyediakan makna hidup yang menyeluruh, tidak terjebak pada dunia, tapi juga tidak meninggalkan dunia.
• Memberikan gambaran akhir kehidupan yang adil dan menggugah, bahwa amal baik dan buruk tidak akan sia-sia.

Tanpa jawaban yang shahih ini, manusia akan hidup dalam keraguan, kesia-siaan, dan kecemasan. Ia bisa kaya, berkuasa, dan terkenal, tapi tetap merasa kosong — karena jiwanya belum pulang kepada kebenaran.

Mengapa Uqdatul Kubra Harus Dijawab Sejak Dini?

Karena inilah yang menjadi fondasi cara berpikir, bersikap, dan bertindak. Seseorang yang tidak tahu dari mana ia berasal, untuk apa ia hidup, dan ke mana ia akan kembali, akan mudah terseret arus materialisme, sekularisme, dan hedonisme. Ia akan menjadikan dunia sebagai tujuan, bukan jalan.

Tapi orang yang hidup dengan akidah Islam:
• Akan teguh dalam prinsip meski dunia menggoda.
• Akan sabar dalam ujian, karena tahu semua akan dipertanggungjawabkan.
• Akan mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segala-galanya, karena tahu inilah jalan sejatinya.

Akidah: Jawaban Ilmiah dan Ruhani

Aqidah bukan sekadar dogma atau warisan budaya. Ia adalah kebenaran yang bisa dipahami akal, dirasakan hati, dan dibuktikan dalam sejarah. Islam bukan hanya memuaskan jiwa, tapi juga menjawab kebutuhan nalar dan keadilan.

Karena itulah, menanamkan akidah yang shahih sejak dini adalah investasi terbesar dalam kehidupan. Ia akan menjadi pelita saat gelap, kompas saat tersesat, dan benteng saat tergoda.

Kesimpulan: Hidup yang Bermakna Hanya Dimiliki oleh yang Menemukan Jawaban Uqdatul Kubra

Wahai jiwa yang mencari kebenaran, jangan sia-siakan hidup dengan berjalan tanpa arah. Jangan sampai napasmu habis di dunia, tapi jiwamu belum tahu untuk apa ia diciptakan.

Renungilah tiga pertanyaan agung ini — dan carilah jawabannya dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Karena di sanalah letak ketenangan sejati.

“Ya Allah, tunjukkan kami jalan hidup yang benar. Mantapkan hati kami dalam akidah yang lurus. Jadikan kami hamba yang tahu asal, tahu tujuan, dan tahu ke mana kami akan kembali.”

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update