×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Anak Muslim Uighur Ditindas, Negeri Muslim Menutup Mata.

Minggu, 15 Juni 2025 | 06:23 WIB Last Updated 2025-06-14T23:26:16Z

Tintasiyasi.ID -- Aktivis Muslimah Nasional Ustazah Iffah Ainur Rochmah mengatakan ada banyak kepentingan ekonomi yang menjerat negeri-negeri Muslim sehingga mereka menutup mata dari melihat penindasan yang dilakukan terhadap anak-anak Muslim Uighur di wilayah Xinjiang.

 

“Kemajuan-kemajuan secara fisik itu menjadi kebanggaan bagi pemerintah negara mereka masing-masing sampai mereka menutup mata tidak mau tahu apa yang terjadi pada anak-anak mereka sendiri, saudara-saudara mereka sendiri yang tertindas di provinsi yang disebut provinsi Xinjiang tadi,” ujarnya di rubrik World View berjudul Asimilasi Paksa: Membunuh Identitas Muslim Uighur di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Ahad (08/06/25).

 

Ia mengutip sebuah laporan dari Pusat Studi Uighur berjudul Breaking The Roots yang mengungkapkan bahwa anak-anak Muslim Uighur di usia sekolah dasar hari ini dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka dan ditempatkan di sekolah-sekolah berasrama.

 

“Kalau sebelumnya kita banyak membaca atau mendapatkan gambaran bagaimana program asimilasi itu menyasar orang-orang dewasa, menyasar anak-anak muda, maka hari ini program tersebut sudah menyasar anak-anak usia sekolah dasar,” katanya.

 

Ia menjelaskan, mereka diajarkan beberapa hal yang sangat berbahaya bagi anak-anak Muslim yang dikeluarkan dari keluarganya.

 

Pertama, dilarang menggunakan bahasa Uighur. Artinya mereka ingin dijadikan sebagai sosok-sosok yang tidak mengenal akarnya. Mereka ingin dijadikan sebagai orang yang tidak lagi mengingat atau mengidentifikasi dirinya sebagai orang-orang Uighur yang mana orang Uighur adalah Muslim 100 persen,” jelasnya.

 

Kedua, mereka diajar memberikan loyalitas kepada guru mereka, bukan orang tua mereka. “Jadi di sini ikatan keluarga dilemahkan,” tandasnya.

 

Ketiga, kesetiaan kepada Partai Komunis ditanamkan secara paksa walaupun mereka pada awalnya dilahirkan sebagai Muslim.

 

“Tetapi suara umat Islam termasuk suara dari negeri kita, suara Muslim mayoritas di negeri ini tidak lantang berteriak, kemudian mengecam, atau kemudian melakukan tindakan tegas terhadap China,” tegasnya.

 

Ia memperlihatkan bahwa provinsi yang dulunya merupakan wilayah khilafah yaitu Turkistan Timur itu dicaplok oleh China dan kemudian diganti menjadi provinsi Xinjiang. “Kaum Muslim diperlakukan dengan  sangat keji, digenosida secara sistematis dengan bermacam-macam cara,” ungkapnya.

 

“Kaum Muslim dalam keadaan tertindas di negeri mereka sendiri, yang negeri ini kemudian diakuisisi atau dicaplok, diambil oleh China, karena kaum Muslim tidak bisa mempertahankan otonominya ataupun mempertahankan independensinya di negeri tersebut,” terangnya.

 

“Ini adalah buah dari malapetaka politik yang harus dihadapi oleh kaum Muslim setelah tidak memiliki Khilafah Islamiyah,” imbuhnya lagi

 

Ia juga menggambarkan bahwa rasa persaudaraan antara sesama Muslim telah benar-benar hilang akibat tiadanya sistem khilafah dan bercokolnya hegemoni sistem kapitalisme di negeri-negeri kaum Muslim.

 

“Kita membutuhkan kesatuan politik kaum Muslim, yaitu adanya kekuatan politik di bawah naungan sistem khilafah yang memiliki kekuatan ekonomi, kekuatan militer yang akan membuat musuh-musuh mereka gentar dan tidak ada satu pihak pun yang berani mengambil anak-anak Muslim dari keluarganya tanpa hak dan tidak akan ada gerakan sistemis untuk menghilangkan identitas kaum Muslim sistematis dan massal,” pungkasnya.[] Syamsiyah Jamil

Opini

×
Berita Terbaru Update