×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kecurangan UTBK, Hasil Pendidikan Gaya Kapitalis Sekuler

Jumat, 09 Mei 2025 | 09:05 WIB Last Updated 2025-05-09T02:05:36Z

TintaSiyasi.id -- Menuju pertengahan tahun, banyak hal yang terjadi. Mulai harga sembako yang tinggi tanpa mau turun kembali, ujian sekolah yang dihadapi para siswa, pengangguran yang terus bertambah, dan lainnya. Termasuk pula persoalan saudara kita nun jauh di sana yang sampai saat ini masih menyisakan luka mendalam. 

Berbicara soal pendidikan dan ujian yang dihadapi oleh peserta didik, membuat kita sedih dan miris melihatnya. Sebut saja tentang praktik kecurangan ketika pelaksanaan UTBK SNBT di tahun ini. Dikutip dari kompas.com (25/05/2025), panitia menemukan 14 kasus kecurangan dalam dua hari pertama pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Mulai dari memanfaatkan akses remote desktop sampai pada penggunaan kamera tersembunyi. Ketua Umum SNPMB (Prof. Eduart Wolok) menegaskan bahwa praktik ini tetap tidak dapat ditoleransi, walaupun dengan persentase kecil. Parahnya lagi, ada beberapa kasus terstruktur yang melibatkan pihak eksternal. 

Dari data Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 yang dirilis oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyampaikan bahwa kasus mencontek 98% terjadi di kampus dan 78% di sekolah. Yang lebih parahnya adalah 38,4% siswa dan 51,7% mahasiswa meminta joki mengerjakan tugas mereka. Dan yang melakukan plagiarisme 44,59%. (detik.com, 25/05/2025)

Melihat fakta di atas, maka kita menyadari bahwa dunia pendidikan tidak baik-baik saja. Bagaimana nasib bangsa kelak jika para generasinya seperti tersebut di atas? Melakukan berbagai macam cara demi menggapai apa yang diinginkannya, walaupun mengetahui bahwa cara tersebut salah. 

Sebagai orang tua, tentunya saya sendiri merasa begitu prihatin terhadap kondisi pendidikan sekarang. Kecurangan yang ada tentunya tidak di tahun sekarang saja, namun jauh sebelumnya telah diterapkan dan menjadi rahasia umum. Itu semua jika kita dalami dan telusuri dengan teliti bahwa tak jauh dari sistem yang ditetapkan saat ini. Maksudnya, aktivitas kecurangan itu adalah hasil didikan dari sistem pendidikan yang diterapkan. Tujuan pendidikan hanya ingin mencapai keberhasilan dunia saja tanpa ada bekal untuk kehidupan kelak yang abadi. Sehingga mendapatkan nilai bagus, ijazah yang baik, dan mendapat pekerjaan menjadi target utama yang harus mereka (baca: peserta didik) capai. Dengan metode atau cara apapun, yang penting bisa goal impian mereka. Inilah titik kritis yang perlu kita perhatikan dengan teliti, karena bisa berbahaya bagi semua pihak. Termasuk pula akan mengancam keberlangsungan kehidupan manusia dan negara ini. 

Sebut saja kurikulum yang diterapkan berbasis pada kapitalis sekuler. Maksudnya, peserta didik hanya dipacu agar mendapat nilai bagus dan ijazah memuaskan guna mendaftar untuk mencari pekerjaan. Sementara sisi akidah dan adab termasuk akhlak tidak benar-benar diberikan. Tentu saja kita bisa melihat dan menilai hasilnya akan seperti apa. Generasi yang kurang beradab, termasuk akhlak mereka juga kurang baik. Itulah didikan sistem saat ini yang hanya mengedepankan pada sisi nilai saja. Termasuk pula pada peran negara yang begitu mandul terhadap dunia pendidikan. Negara tampak berlepas tangan terhadap operasional sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya. Mereka enggan untuk memprioritaskan pendidikan, bahkan dana bos saja sengaja disunat demi kata efisiensi anggaran. Nah, inilah poin berikutnya yang menjadi pokok mengapa akhirnya budaya mencontek akan terus dan tetap ada. 

Di dalam Islam, sistem yang diterapkan sesuai dengan hukum syarak. Akidah Islam dijadikan sebagai fondasi di seluruh tingkat pendidikan, tanpa kecuali. Negara juga mempunyai andil besar dalam proses pendidikan. Selain menentukan kurikulum yang sesuai dengan hukum syarak dan akidah Islam, negara pun turut andil dalam hal pembiayaan operasional seluruh sekolah yang ada di negara Islam. Dengan sokongan Baitul Mal yang kokoh, biaya pendidikan tidak akan menjadi masalah serius. Baitul Mal sendiri mempunyai 12 pos pemasukan yang nantinya bisa dijadikan sebagai dana pendidikan. Makanya dalam Daulah Islam pendidikan tidak dipungut biaya alias gratis. Karena itu merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki ataupun perempuan. 

Islam juga menjadikan akidah sebagai patokan ketika para siswa beraktivitas, apapun itu. Artinya, segala sesuatunya akan merujuk pada Islam atau hukum syarak saja. Tidak mengacu pada akal manusia saja. Sebagaimana Allah Swt. berfirman:

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (TQS. Adz-Dzariyat: 56)

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa sebagai seorang hamba yang diciptakan Allah maka kita harus patuh dan tunduk pada-Nya. Termasuk melakukan ibadah sesuai dengan perintahNya. Dengan begini maka para siswa akan mempunyai akidah yang kuat dan memiliki akhlak yang luar biasa. Tak mungkin lagi ada yang namanya kecurangan atau mencontek lagi, karena mereka sadar benar bahwa itu dilarang Islam. Amar makruf nahi mungkar juga akan digalakkan ketika Islam ada, sehingga tidak mungkin manusia mau melakukan kesalahan. Karena itu merupakan dosa yang nantinya akan dipertanggungjawabkan kelak di Yaumil Akhir. 

Masalah kecurangan di atas akan selesai dan berakhir manakala Islam hadir dalam kehidupan manusia. Dalam sebuah institusi yang menetapkan Islam secara sempurna dan menyeluruh. Intitusi tersebut adalah Daulah Islam yang akan membuat kurikulum sesuai dengan tuntunan syarak dan akan membentuk generasi menjadi sosok yang kuat, tangguh, cerdas, serta memiliki akhlak yang luar biasa. Semoga segera terwujud dan terlaksana. []


Oleh: Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga

Opini

×
Berita Terbaru Update