×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Satukan Kekuatan Untuk Membebaskan Palestina

Rabu, 30 April 2025 | 21:30 WIB Last Updated 2025-04-30T14:31:03Z

Tintasiyasi.id.com -- Penderitaan kaum muslim di Gaza belum berakhir menurut badan PBB (UNRWA) merilis data jumlah korban yang tewas baik anak anak ataupun dewasa. Sejak berakhirnya gencatan senjata pada tanggal 18 Maret 2025 mencapai 600 orang dewasa dari 1.522 orang korban. 

Sementara jumlah anak-anak yang terluka mencapai lebih dari 1.600 orang dari total 3.834 korban.
Pasca gencatan senjata, kini mereka bukan hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi krisis pangan pun melanda mereka.

Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) telah memperingatkan tentang krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza, dengan menyatakan bahwa setidaknya dua juta orang - yang sebagian besar mengungsi - saat ini hidup tanpa sumber pendapatan apa pun, dan sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan pangan utama mereka (Metrotv.news).

WFP mengatakan saat ini Gaza sangat membutuhkan aliran bahan pangan yang terus menerus, WFP juga memperingatkan tentang akibat fatal yang akan terjadi jika kondisi terus berlanjut. Kondisi ini menujukkan bahwa warga sipil Palestina di Gaza sudah menghadapi kondisi kemanusiaan yang mengerikan dengan kekurangan sumber daya penting untuk menopang kehidupan.

Sampai detik ini bumi Gaza masih dihujani oleh darah dan serpihan daging manusia akibat serangan bom yang diluncurkan oleh zionis israel yang semakin menjadi. Mereka dengan mudah membakar hidup-hidup warga sipil dan menyerang tenda pengungsian mereka, dan semua ini terjadi disaat pemberlakuan blokade yang menyebabkan krisis pangan yang akut.

Tidak hanya itu jutaan penduduka palestina pun kehilangan pendapatan, hingga banyak dari mereka sampai memakan daging kura-kura untuk menyambung hidup. Pada tanggal 06 April 2025 dalam Sidang Umum ke-150 Inter-Parliamentary Union (IPU) di Tashken, Uzbekistan, terkait Gaza dan Palestina hanya dibahas sepintas saja. 

Numan kurtulmus sebagai Kartua Parlemen menyebutkan Palestina adalah ujian lakmus bagi keadilan dan hati nurani global. Ia mengaku bahwa ada kebutuhan sistem baru dan arsitektur politik eknomi global, tetapi langkah konkretnya tidak dibahas lebih detail.

Begitu pun ketika para perwakilan parlemen dunia berkumpul dan berdiskusi dalam acara bertema “The Group of Parliaments in Support of Palestine” di Istanbul, Turki pada 18 April 2025, masalah Gaza Palestina hanya dibahas sebatas perbincangan. Deklarasi yang dihasilkan pun hanya mengulang-ulang kata klise seputar kemestian mendukung kemerdekaan Palestina serta desakan agar Zionis menghentikan genosida.

Bahkan seruan jihad dan tuntutan pengiriman tentara yang sudah disampaikan oleh para ulama dunia dlam International Union Of Muslim Scholars (IUMS) pada tanggal 04 April 2025 pun tidak ada tindak lanjut seperti angin berlalu saja. 

Para Penguasa pun tidak ada yang menggubris pernyataan tersebut karena mereka benar-benar menghitung konsekuensi yang didapatkan jika mereka membantu rakyat palestina. Tampak sekali ketakutannya terhadap negara Amerika dan sangat mencintai bangku kekuasaanya.

Seperti itu gambaran dunia saat ini dibawah naungan sistem yang rusak, mengakibatkan manusia juga rusak. Para penguasa pun seperti tidak bisa berbuat apa-apa karena semua komando dibawah naungan negara adidaya. Seolah-olah hilang dan lenyap kekuatan pada saat itu.

Karena pada faktanya kekuasaan yang sekarang mereka dapatkan atas dasar “Legitimasi” dari negara Adidaya salah satunya adalah AS. Jadi secara tidak langsung apapun kebijakan maka mereka beririsan dengan kekuasaan mereka.

Akhirnya mereka lebih memilih untuk bersikap netral pada zionis dan Amerika. padahal dibelakang layar mereka berjabatan tangan dengan para musuh dan mendukung skenario mereka. 

Mereka bermuka dua hanya demi mendapatkan simpati dari rkyat dan umat Islam dunia. Namun, pada saat yang sama mereka juga seperti tidak mau kehilangan simpati dari para tuannya. Wajar jika mereka mempunyai suara dan tangan yang kelu terutama untuk memobilisir tentara dan senjata yang sejatinya ada pada genggaman mereka (Muslimahnews.id).

Semua ini terjadi karena masih adanya ikatan Nasionalisme yang hanya memfokuskan pada kepentingan sendiri dan negaranya. Tanpa adanya kesadaran bahwa ini menjadi masalah untuk kita bersama sebagai seorang muslim.
Umat seharusnya sadar bahwa urusan Gaza, Palestina ini berada pada tangan-tangan mereka (rakyat) pemilik hakiki kekuasaan. 

Karena ditangan merekalah hak untuk memilih penguasa yang siap menjalankan syariat Islam, termasuk yang siap mengurus dan menjaga rakyatnya dari segala bentuk kezaliman dan upaya penjajahan.

Hanya saja kekuasaan itu sudah lama direnggut paksa oleh para penjajah dan diberikan para anteknya dengan berbagai cara, hingga dampaknya fatal adalah dengan penerapan sistem sekuler demokrasi di negeri-negeri Islam. 

Sehingga para penguasa haus akan kekuasaan. Oleh karena itu sudah sehrausnya kita sebagai muslim memilih pemimpin yang menjalankan syariat Islam.
Saat ini sudah seharusnya kita sebagai umat islam menyeru dengan seruan yang sama bahwa masalah palestina adalah masalah yang serius dan harus kita selesaikan bersama. 

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk menolong muslim lainnya sesuai dengan hadis Rasul “Bahwa sesama muslim adalah diibaratkan satu tubuh,” jika ada salah satu tubuh nya ada yang sakit maka tubuh yang lainnya pun merasakan. 

Seruan untuk kita sebagai ummat Islam yakni dengan melaksanakan jihad dan diterapkannya syariah Islam kaffah dibawah naungan khilafah. Karena hanya itu yang menjadi solusi untuk palestina dan terselesaikannya segala macam problematika kehidupan.
Wallahu’alam bishshawwab.[]

Oleh: Siti Nurhasna Fauziah
(Guru dan Pemerhati Generasi)

Opini

×
Berita Terbaru Update