Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jalan Menuju Ketenangan Jiwa menurut Al-Jailani

Senin, 28 April 2025 | 10:50 WIB Last Updated 2025-04-28T03:50:24Z

TintaSiyasi.id-- Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang wali agung dan pembaharu spiritual umat di masanya, banyak meninggalkan warisan ruhani yang membimbing jiwa-jiwa yang mencari Allah. Ajarannya tidak hanya menyentuh akal, tetapi juga menggetarkan hati dan membersihkan ruh.

Berikut ini adalah tulisan reflektif yang mencoba merangkum jalan menuju ketenangan jiwa menurut Al-Jailani, berdasarkan petikan-petikan hikmah dari karya dan khutbah beliau:

Jalan Menuju Ketenangan Jiwa Menurut Al-Jailani

Ketenangan jiwa bukanlah milik orang yang hidupnya tanpa masalah, tetapi milik mereka yang hatinya terpaut pada Allah, meski dunia berguncang. Dalam karya-karya dan nasihat-nasihatnya, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani mengajarkan bahwa ketenangan jiwa hanya bisa diraih oleh mereka yang menempuh tiga jalan utama:

1. Takwa: Penjaga Jalan

"Takwalah yang akan menjagamu di saat tak ada yang bisa melindungi selain Allah."
Takwa bukan hanya takut kepada Allah, tapi juga tunduk, patuh, dan sadar penuh bahwa hidup ini di bawah pengawasan-Nya. Takwa melahirkan kehati-hatian dalam ucapan, keikhlasan dalam amal, dan kesabaran dalam ujian.

Syaikh Al-Jailani berkata:
"Takwalah yang akan mengangkatmu ketika amal tak sanggup menyelamatkanmu."
Orang yang bertakwa, hatinya lapang. Ia tidak mudah resah oleh dunia karena jiwanya telah berteduh di bawah rahmat Allah.

2. Tawakal: Sandaran Jiwa

"Serahkan segala urusanmu kepada Allah. Karena Dia lebih tahu tentang dirimu daripada dirimu sendiri."

Menurut Al-Jailani, tawakal bukan sikap pasrah tanpa usaha, melainkan keyakinan penuh bahwa hasil adalah milik Allah. Tawakal memadamkan api kecemasan dan melahirkan kekuatan batin.
"Bertawakallah setelah engkau berikhtiar. Maka engkau akan melihat keajaiban takdir."

Orang yang bertawakal akan merasa cukup dengan Allah. Ia tidak berharap dari makhluk, sehingga hatinya tenang, tidak sibuk dengan penilaian manusia.

3. Yakin: Cahaya yang Menuntun

"Yakin adalah lentera di tengah gelapnya jalan. Dengan yakin, kau tak akan salah arah."
Syaikh Al-Jailani menjadikan yakin sebagai fondasi ruhani yang kokoh. Yakin kepada janji Allah, kepada hikmah di balik musibah, dan kepada rahmat yang tersembunyi dalam setiap cobaan.
"Jangan percaya pada apa yang ada di tanganmu lebih dari apa yang ada di sisi Allah."

Orang yang memiliki yakin sejati tidak terguncang oleh kehilangan, tidak tamak oleh keuntungan. Ia tahu bahwa apa yang ditetapkan Allah adalah yang terbaik, bahkan ketika ia tak memahaminya.

Penutup: Jiwa yang Tenteram

Bagi Al-Jailani, jalan menuju ketenangan jiwa bukanlah jalan yang mudah. Tapi itu jalan yang pasti membawa pada Allah, jika dilalui dengan takwa, tawakal, dan yakin. Maka jiwa pun menjadi jiwa yang tenang, sebagaimana yang disebut dalam Al-Qur’an:
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ   
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai."
(QS. Al-Fajr: 27-28)

Tiga Pilar Kehidupan: Takwa, Tawakal, dan Yakin

Hidup ibarat sebuah perjalanan panjang menuju tempat yang tak kasat mata: keabadian. Dalam perjalanan itu, manusia diuji dengan kebahagiaan dan kesedihan, kelapangan dan kesempitan, harapan dan kehilangan. Agar tidak terombang-ambing oleh gelombang kehidupan, kita butuh fondasi yang kuat. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani menyebutkan tiga pilar utama yang menopang kehidupan ruhani: Takwa, Tawakal, dan Yakin.

1. Takwa – Fondasi Kejernihan Hati
Takwa adalah penjaga hati. Ia membuat seseorang waspada terhadap dosa sekecil apa pun, dan terbiasa menyaring setiap lintasan niat. Takwa menjadikan hidup penuh makna, karena semua hal dilihat dari kacamata ridha Allah.
“Takwalah kepada Allah dalam sunyi dan terang. Maka engkau akan melihat pintu-pintu rahmat dibukakan untukmu dari arah yang tak terduga,”
ujar Al-Jailani.

Dengan takwa, seseorang tidak hanya selamat dari keburukan, tetapi juga naik menuju derajat kehambaan yang hakiki. Takwa menjadikan dunia ladang amal, bukan jebakan.

2. Tawakal – Sandaran yang Membebaskan

Tawakal adalah meletakkan segala harap dan cemas kepada Allah semata. Ia bukan alasan untuk bermalas-malasan, tapi sikap yang lahir setelah usaha maksimal.
“Jangan bersandar pada kekuatanmu, tapi bersandarlah pada Dzat yang menguasai segalanya. Maka engkau akan bebas dari kegelisahan,”
kata Syaikh Al-Jailani.

Tawakal melahirkan ketenangan, sebab hati tidak tergantung pada sebab, melainkan pada Musabbibul Asbab—Allah Yang Maha Mengatur. Seseorang yang bertawakal akan merasa cukup meski sedikit, dan tidak merasa kekurangan meski belum memiliki apa yang diharapkan.

3. Yakin – Cahaya dalam Gelap

Yakin adalah keyakinan total kepada janji-janji Allah. Bahwa kebaikan akan datang, bahwa pertolongan-Nya dekat, dan bahwa hidup ini punya tujuan suci.
“Jadilah yakin dengan apa yang ada di sisi Allah lebih dari apa yang kau lihat di depan matamu,”
pesan Al-Jailani.

Yakin menjadikan seseorang tabah dalam cobaan, karena ia tahu bahwa di balik badai pasti ada pelangi. Yakin menguatkan hati dalam kegelapan, karena ia percaya bahwa cahaya Allah tak pernah padam.

Menopang Hidup dengan Tiga Pilar

Ketika takwa menjaga langkahmu, tawakal menenangkan hatimu, dan yakin menerangi jalanmu—maka hidup akan terasa ringan, meski penuh ujian. Tiga pilar ini adalah tiang yang menopang kemuliaan jiwa dan kebahagiaan abadi.
Sebagaimana Al-Jailani mengajarkan:
"Kekuatan bukan pada tubuh, tapi pada tawakal. Kekayaan bukan pada harta, tapi pada yakin. Kemuliaan bukan pada pujian manusia, tapi pada takwa."

Maka, siapa yang ingin hidupnya teguh, hatinya damai, dan akhiratnya indah—bangunlah kehidupan di atas tiga pilar ini: Takwa, Tawakal, dan Yakin.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update